Persiapan
Pelaksanaan Pembuatan gambar kerja
Inventarisasi dan analisis
Desain Konsep
Pengembangan desain
Sumber data berasal dari klien, pihak perusahaan, semua pihak yang terkait dengan proyek dan studi pustaka.
3.5. Batasan Magang
Kegiatan magang yang dilakukan meliputi pembelajaran terhadap sistem manajemen serta mekanisme kerja studio di PT. Idea Consultant. Selain itu juga
pemahaman terhadap proses selama pengerjaan proyek yang dilakukan di perusahaan. Tahapan perancangan lanskap yang dilakukan perusahaan meliputi
tahap persiapan, inventarisasi dan analisis, desain konsep, pengembangan desain, pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan Gambar 1.
Tahap 1
– Persiapan Tahap
2 – Pengumpulan data
dan Penilaian Tapak Tahap
3 – Pembuatan konsep
dan rencana tata ruang Tahap 4 – Design Development
Planning Application
Gambar 1. Tahapan Perancangan Lanskap perusahaan dan Batasan Magang Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang
Pada setiap proyek yang dikerjakan perusahaan selama kegiatan magang berlangsung, mahasiswa magang hanya mengikuti sampai pada tahap
BATASAN MAGANG Tahapan Perancangan Lanskap
Perusahaan Tahapan Pengerjaan Proyek
Pulau Peucang TNUK
pengembangan desain. Untuk tahap pembuatan gambar kerja dilakukan oleh tim teknis perusahaan, sedangkan tahap pelaksanaan perusahaan bisa bertindak
sebagai pengawas maupun pelaksana. Untuk pengerjaan proyek Kajian Terapan Desain Tapak di Pulau Peucang
TNUK, lingkup pekerjaan proyek yaitu berupa pembuatan rencana tata ruang dan planning application. Tahapan yang dilakukan untuk proyek ini meliputi tahap
persiapan, pengumpulan data dan penilaian tapak, pembuatan konsep dan rencana tata ruang, serta pengembangan desain planning application Gambar 1.
Kegiatan studio yang dilakukan untuk proyek Pulau Peucang TNUK berupa kegiatan drafting gambar teknis. Pekerjaan tersebut meliputi pembuatan gambar
tampak atas, detil potongan, gambar perspektif dan gambar ilustrasi dengan gambar dalam bentuk CAD, SketchUp dan Photoshop. Output yang dihasilkan
pada proyek ini berupa rekomendasi desain untuk setiap sarana dan prasarana yang akan diterapkan pada tapak.
IV. HASIL KEGIATAN MAGANG
4.1. Kondisi Umum Perusahaan
4.1.1. Profil Perusahaan
PT. Innovative Development for Eco Awareness Idea Consultant merupakan perusahaan konsultan perencanaan dan perancangan lanskap yang
berbasis lingkungan dan ekologis bagi pemerintah, swasta, dan masyarakat. Perusahaan konsultan ini beralamat di Kompleks Perumahan Dosen Kampus IPB
Dramaga, Jalan Cempaka No.3 Bogor. PT. Idea Consultant menyediakan
pelayanan untuk klien swasta dan umum dengan cakupan layanan yaitu land planning dan master planning. Dalam perencanaannya PT. Idea tidak hanya
melibatkan detail studi mengenai kawasan, tetapi juga melibatkan pemahaman aspek ekologis kawasan tersebut berdasarkan pemetaan lingkungan.
PT. Idea
Consultant mencari
metode baru dan unggul dalam setiap pengembangan kawasan untuk memenuhi kebutuhan setiap pengguna dengan cara
yang terbaik. PT. Idea Consultant menerapkan konsep “eco” yaitu eco- perencanaan, eco-desain, eco-teknologi, dan eco-aktivitas untuk menciptakan
pengembangan kawasan yang berbasis ekologis dan ramah lingkungan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup alam dan penggunanya serta masa depan
yang berkelanjutan. PT. Idea Consultant menitikberatkan pada pelayanan bidang desain,
master plan, perencanaan lingkungan dan ekologi, untuk hasil yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup
masyarakat yang tinggal di dalamnya. Layanan bidang arsitektur lanskap yang dimiliki PT. Idea Consultant memiliki sumber daya dan kemampuan untuk
memandu suatu proyek dari langkah yang paling awal yaitu tahap konseptual desain hingga tahap administration construction sampai tahap akhir evaluasi dan
konsultasi konstruksi. PT. Idea Consultant telah menangani beberapa proyek sejak tahun 2004.
Beberapa proyek yang telah dikerjakan oleh perusahaan antara lain: 1. Kajian Lanskap Prospektif Kota Lama Sawahlunto pada tahun 2009
2. Dukungan pengembangan pariwisata daerah Kelimutu, NTT pada tahun 2007
3. Rencana Pemanfaatan Pariwisata Taman Nasional Kelimutu pada tahun 2006 4. Perancangan Zona Pemanfaatan intensif Sukamade dan Bande Alit, Taman
Nasional Meru Betiri pada tahun 2006 5. Master Plan Kebun Raya Kuningan pada tahun 2006
6. Perancangan Area Parkir Baru Taman Safari Indonesia, Cisarua pada tahun 2005
7. Master Plan Pengembangan Pariwisata Alam dan jasa lingkungan Taman Nasional Berbak, Jambi pada tahun 2004
PT. Idea Consultant juga turut berperan aktif dalam beberapa kompetisi desain lanskap dan memperoleh beberapa penghargaan desain. Penghargaan yang
pernah didapat perusahan ini antara lain: 1. Memenangkan Juara Pertama pada Sayembara Desain Kebun Raya Kuningan
yang diadakan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asosiasi Arsitek Indonesia pada tahun 2006.
2. Mengembangkan Caravan Camping Ground Pertama di Asia Untuk Taman Safari Indonesia pada tahun 2005.
4.1.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi memegang peranan yang cukup penting dalam kinerja para karyawan dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi ini berfungsi untuk
mengatur hubungan kerja dan juga efisiensi kerja sehingga kegiatan dalam perusahaan dapat berkembang dengan baik serta meningkatkan kinerja para
karyawan. PT. Idea Consultant memiliki struktur organisasi yang sederhana untuk menjalankan perusahaannya. Perusahaan memiliki direktur yang sekaligus
menjadi pemilik perusahaan. Terdapat tiga divisi di dalam perusahaan, yaitu divisi Produksi,
Manajemen, Pemasaran dan Sumber Daya Manusia. Divisi produksi merupakan bagian perencanaan dan perancangan. Divisi ini mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
teknis yang berhubungan dengan proses perencanaan dan perancangan lanskap. Mulai dari kegiatan awal seperti pengumpulan data, analisis, sintesis,
pemmbuatan konsep, sampai mempresentasikan produk akhir. Divisi ini memiliki beberapa tenaga ahli yang dipimpin oleh manajer produksi.
Divisi manajemen merupakan merupakan divisi yang bertugas mengelola studio proyek perusahaan. Selain itu, manajer pengelola juga mengerjakan
kegiatan yang berhubungan dengan perpajakan dan administrasi seperti menyiapkan dan membuat kontrak proyek. Divisi Pemasaran dan SDM
merupakan divisi yang bertugas mengelola sumber daya manusia yang terdapat di dalam perusahaan serta mencari proyek-proyek yang dapat dikerjakan oleh
perusahaan melalui kegiatan lelangtender. Jumlah seluruh sumber daya manusia yang terdapat di perusahaan saat kegiatan magang berlangsung adalah 10 orang,
yang terdiri dari 4 orang staf tetap, 4 orang mahasiswa magang dan 2 orang pekerja lepas freelance. Bagan struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada
Gambar 2.
Keterangan : Alur komunikasi langsung
Alur komunikasi tidak langsung Sumber : Idea, 2011
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Perusahaan
Direktur Eksekutif PT. Idea Consultant
Ir. Soehartini Sekartjakrarini M.Sc, Ph.D
Produksi Manajemen
Pemasaran SDM Manajer
Produksi Manajer
Pengelola Manajer
Pemasaran SDM Tenaga Ahli :
-
Regional and Urban
Planner
-
Tourism Planner
-
Landscape Architect
Studio :
-
Drafter
-
GIS Operator
-
Perpajakan Administrasi
Direktur Eksekutif
perusahaan memberikan pengarahan kepada setiap
divisi serta melakukan diskusi dalam mengerjakan proyek agar menghasilkan produk yang baik dan maksimal. Produk yang dihasilkan yaitu produk yang
fungsional, estetik, tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitarnya, dan juga sesuai dengan keinginan klien. Komunikasi dua arah yang dilakukan semua
staf perusahaan bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kesalahan, tercapainya efisiensi waktu pada proses perancangan, pelaksananaan dan penanganan proyek.
4.1.3. Pengelolaan Proyek Lanskap 4.1.3.1. Fasilitas Peralatan Kerja Perusahaan
PT. Idea Consultant memiliki fasilitas peralatan kerja yang cukup lengkap dalam membantu pengerjaan proyek-proyek yang dikerjakan. Beberapa fasilitas
yang dimiliki perusahaan dapat dilihat melalui kondisi studio proyek perusahaan pada Gambar 3.
Sumber : Idea, 2011 Gambar 3. Kondisi studio proyek perusahaan
Peralatan kerja yang digunakan perusahaan meliputi peralatan gambar secara manual serta fasilitas lainnya. Peralatan gambar yang digunakan perusahaan dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Peralatan gambar yang digunakan Perusahaan
No. Jenis alat gambar
Kegunaan
1. Alat gambar spidol, drawing
pen, penggaris, rapido dengan berbagai ukuran ketebalan, serta
pensil dengan berbagai ukuran ketebalan.
Pembuatan gambar secara manual
2. Tracing paper dan kertas kalkir
Pembuatan gambar secara manual serta untuk menjiplak gambar
3. Kertas HVS ukuran A3 dan A4
Pembuatan gambar secara manual, mencetak laporan serta gambar-gambar
kerja
4. Meja kerja panjang 2 unit dan
kursi kerja 8 unit Pengerjaan proyek
Selain peralatan gambar seperti yang telah disebutkan, terdapat juga fasilitas seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Fasilitas yang digunakan Perusahaan
No. Fasilitas Jumlah
Kegunaan
1. PC, komputer
3 unit Pelaksanaan pekerjaan proyek, pembuatan
gambar, pembuatan laporan, pencarian data. 2.
Printer A3 dan A4
Masing- masing 1 unit
Mencetak laporan serta gambar-gambar kerja
3. Scanner A4
1 unit Mendapatkan images reference untuk
proyek dari sumber berupa hardcopy. 4.
Mesin Fax dan Telepon
Masing- masing 1 unit
Berkomunikasi dengan klien ataupun kontraktor, memudahkan dalam hal
pengiriman data atupun informasi
5. Harddisk
2 unit Penyimpanan data
6. Wifi
Memudahkan dalam penyelesaian suatu proyek,
searching materi yang berhubungan dengan proyekide,konsep,dll serta cara
berkomunikasi dengan klien. 7.
Berbagai buku sumber
perencanaan, perancangan
Referensi materi untuk mendukung pengerjaan proyek
Dalam kegiatan studio perusahaan didukung dengan berbagai perangkat lunak software dan aplikasi seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Aplikasi software yang digunakan Perusahaan
No. Software Kegunaan
1. AutoCAD 2004, 2007
CAD Drawing 2.
Google Sketch Up 7 3D Rendering
3. Adobe Photoshop CS3
3D Rendering 4.
3D Studio Max Animasi dan 3D Rendering
5. Google Earth
Mengetahui bentuk tapak sebelum site visit dilakukan dan juga untuk mengetahui lokasi
proyek yang berlangsung, kondisi fisik.
6. MS. Office 2007
Terkait untuk presentasi kepada klien, daftar RAB, list material. Document
Publishing
4.1.3.2. Cara Mendapat Proyek
Proyek yang ditangani oleh PT. Idea Consultant baik proyek mengenai perencanaan, perancangan, maupun pengelolaan lanskap diperoleh melalui tiga
cara, yaitu : 1. Permintaan langsung dari klien
PT. Idea Consultant mendapatkan proyek tanpa harus mengajukan penawaran pada pihak lain, melainkan permintaan langsung dari klien. Klien merupakan
individu ataupun suatu perusahaan ataupun suatu lembaga pemerintahan yang mempunyai proyek dan menyediakan kebutuhan finansial dari proyek
tersebut. Klien yang dimaksud adalah klien yang baru ataupun klien yang sudah berlangganan menggunakan jasa perusahaan.
2. Mengikuti tenderlelang Cara lain yang digunakan PT. Idea Consultant dalam memperoleh sebuah
proyek adalah dengan mengajukan penawaran tender pada klien baik klien swasta maupun dari lembaga pemerintahan. Tahap proses lelang untuk
proyek pemerintah dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap awal penetapan proyek Sebelum proses lelang dilakukan, telah terdapat Judul Proyek yang telah
ditetapkan dalam DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran serta produk yang akan dihasilkan dari proyek tersebut. Anggaran yang
ditetapkan untuk suatu proyek berasal dari dana APBD atau APBN. Setelah penetapan judul dan anggaran proyek, Dewan Perwakilan Rakyat
DPR akan memutuskan untuk dilakukan proses lelang. Setelah itu pihak panitia lelang membuat Term of Reference
TOR untuk lelang tersebut.
b. Tanggapan terhadap TOR Dalam proses lelang tersebut, setiap perusahaan yang mengikuti kegiatan
lelang membuat usulan teknis sesuai dengan TOR yang telah dibuat panitia lelang. Dalam proses TOR perusahaan membuat usulan teknis
dari proyek tersebut yang anggarannya kurang dari anggaran yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Usulan teknis berisi tahapan-tahapan yang
akan dilakukan oleh perusahaan serta hasil produk yang dibutuhkan untuk proyek tersebut. Dalam proses lelang, masing-masing perusahaan
membuat anggaran untuk pelaksanaan proyek tersebut. c. Proses lelang
Peraturan lelang perusahaan swasta tidak mengikuti peraturan lelang yang dilakukan oleh pemerintah. Peraturan lelang pemerintah hanya
berlaku untuk kalangan lembaga pemerintahan, BUMN dan BUMD. Jenis pengadaan jasa sesuai dengan nilai kontrak diuraikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis dan Nilai Kontrak lelang
Nilai Kontrak rupiah Metode Pengadaan Jasa
0 – 50 juta Penunjukan langsung
50 – 125 juta Lelang diikuti oleh tiga perusahaan
Lebih dari 125 juta Lelang diikuti oleh lima perusahaan
Sumber : Idea, 2011 Penggunaan jasa pada proyek pemerintah yang bernilai lebih dari 125
juta rupiah dilakukan dengan perbandingan 70 : 30, yang dijelaskan sebagai berikut:
-
Biaya sebesar 70 merupakan biaya yang digunakan langsung dalam pengerjaan proyek seperti membayar tenaga ahli untuk
pelaksanaan pengerjaan proyek tersebut.
-
Biaya sebesar 30 merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan survey, meeting ataupun kegiatan FGD
Focused Group Discusion lainnya. 3. Kerjasama dengan lembaga
Dalam mendapatkan proyek, PT. Idea Consultant juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga baik pemerintahan maupun swasta. Dinas
pemerintahan yang dimaksud contohnya Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Kehutanan dan lainnya di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan
pihak swasta adalah perusahaan-perusahaan atau kantor non pemerintah. Contoh kerjasama PT. Idea Consultant dengan Dinas pemerintahan yaitu
kerjasama dengan Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas dan Departemen Kehutanan dalam proyek Rencana Penyusunan Site Plan Taman Nasional
Bukit Dua Belas. Sedangkan kerjasama PT. Idea Consultant dengan pihak swasta yaitu kerjasama dengan Taman Safari Indonesia dalam proyek
Penyusunan Rencana Tapak Site Plan dan Rancangan Arsitektur Parkir Baru Taman Safari Indonesia Cisarua.
4.1.3.3. Prosedur dan Sistem Kerja Perusahaan
1. Prosedur Kerja Perusahaan PT. Idea Consultant memiliki prosedur standar dalam mengerjakan
proyek lanskap. Prosedur pengerjaan setiap proyek memiliki tahapan yang berbeda-beda tergantung kesepakatan awal dari klien. Prosedur standar
pengerjaan proyek yang telah ditetapkan oleh perusahaan meliputi tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap desain konsep, tahap
pengembangan desain, tahap pembuatan gambar kerja, dan pelaksanaan. a. Tahap persiapan
Tahap pertama yang dilakukan oleh PT. Idea Consultant pada semua proyek yang ditangani melalui tahap persiapan. Tahap ini
memiliki tujuan untuk mempersiapkan berbagai teknis kebutuhan proyek
dan juga urusan administrasi proyek. Pada tahap ini terjadi pertemuan pertama dengan klien. Pada pertemuan ini klien membicarakan mengenai
keinginannnya dan harapannya akan proyek yang ditangani, konsep yang ingin dicapai dan kepentingan lainnya yang berhubungan dengan
pekerjaan proyek. Selanjutnya pihak perusahaan mempersiapkan usulan kegiatan yang lebih detail yang mencakup pelayanan, bentuk produk, dan
biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja. Pada tahap ini dilakukan penerimaan proyek.
b. Tahap inventarisasi dan analisis Tahap inventarisasi merupakan tahap awal pada proses
perancangan. Tujuan dari tahap ini adalah melakukan pengumpulan data mengenai proyek serta mempelajari kondisi tapak. Tahap ini dilakukan
secara langsung ke lokasi proyek untuk melihat kondisi awal tapak dengan survei lapang oleh staf perusahaan. Data untuk keperluan proyek
diperoleh melalui data primer dan sekunder. Data primer merupakan data eksisting yang ada pada tapak seperti letak dan luas, aksesibilitas, tata
guna lahan, vegetasi, topografi dan hidrologi serta merekamnya dalam gambar berupa foto. Data sekunder merupakan data yang berhubungan
dengan tapak dan lingkungannya. Pencarian data sekunder dilakukan melalui internet atau melalui buku-buku yang berkaitan dengan tapak.
Data ini diperlukan juga untuk proses analisis. Selanjutnya dilakukan proses analisis, yang bertujuan untuk
melakukan evaluasi terhadap data yang diperoleh pada proses inventarisasi serta mempelajari potensi dan kendala dalam tapak. Pada
tahap ini dilakukan diskusi bersama di dalam perusahaan untuk mendapatkan sintesis setelah analisis dilakukan. Pada semua proyek yang
dikerjakan, tahapan analisis dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama singkat, karena staf perusahaan telah berpengalaman dalam
banyak proyek lain yang sudah ditangani. c. Tahap desain konsep concept design
Tahap ini bertujuan untuk membuat arahan mengenai rancangan yang akan dibuat selanjutnya pada proyek. Pada tahap ini juga terdapat
proses pembuatan rencana tata ruang jika klien belum memiliki masterplan dari tapak yang akan dirancang. Desain konsep merupakan
tahap awal untuk membuat perancangan lanskap secara konseptual dengan memasukan semua ide untuk menciptakan sebuah tema dan
karakter yang sesuai dengan keinginan klien. Untuk pembuatan konsep awal ini dilakukan diskusi tim proyek untuk mempertimbangkan
keinginan dari klien. d. Tahap pengembangan desain design development
Tahap pengembangan desain merupakan pengembangan dari desain konsep. Tahap ini bertujuan untuk mengaplikasikan perencanaan
tapak planning application pada tiap zona tapak. Pada tahap ini juga dibuat gambar-gambar ilustrasi yang mendukung konsep, gambar
potongan, serta imagery boards untuk memberikan gambaran kepada klien mengenai desain yang diusulkan.
e. Tahap pembuatan gambar kerja Tahap ini merupakan tahap yang bertujuan untuk menghasilkan
gambar-gambar kerja detail seperti detail rancangan, detail zonasi, detail material, detail konstruksi, RAB dan informasi lainnya yang mendukung.
Produk dari tahap ini digunakan sebagai acuan dalam proses pelaksanaan.
f. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan memiliki tujuan untuk mewujudkan atau
membangun rancangan pada tapak. Meskipun tahap ini biasanya ditangani oleh kontraktor, arsitek lanskap tetap bisa memantau tahap
pembangunan untuk memberikan saran apabila diperlukan. 2. Sistem Kerja Perusahaan
Selain prosedur standar pengerjaan proyek, perusahaan juga memiliki sistem kerja. Sistem kerja perusahaan merupakan suatu bentuk
pengorganisasian proyek dalam perusahaan. Sistem kerja perusahaan ini dalam pengerjaan proyek diketahui oleh seluruh staf dengan dilakukannya
briefing terlebih dahulu dan mendapatkan penjelasan dari owner direktur. Suatu proyek dikerjakan dengan cara teamwork. Setiap proyek memiliki
struktur tim proyek yang dibentuk pada tahap persiapan. Tim proyek dipimpin oleh project leader. Direktur atau owner menjelaskan mengenai
proyek tersebut kepada project leader kemudian project leader menyampaikan, berdisikusi dan mengerjakan bersama dengan tim.
Struktur tim proyek yang ditetapkan perusahaan terdiri dari project leader, main designer, dan tim teknis. Project leader bertanggung jawab
untuk mengatur dalam pelaksanaan proses pembagian kerja dalam tim. Main designer bertugas membuat konsep dan desain awal untuk proyek yang
dikerjakan. Tim teknis pada proyek bertanggung jawab dalam pengamatan lapang serta pengerjaan pengembangan desain dan gambar kerja.
4.2. Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang TNUK
4.2.1. Deskripsi Proyek
Proyek ini mengkaji penerapan desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk pengembangan kegiatan wisata alam di kawasan taman nasional. Proyek
yang terletak di Pulau Peucang ini, termasuk ke dalam wilayah Provinsi Banten, Indonesia. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang termasuk ke dalam TNUK
dan berbatasan langsung dengan Selat Panaitan. Pada pulau ini terdapat 100 ha zona pemanfaatan taman nasional yang terletak di bagian timur pulau ini.
Proyek dengan judul Kajian terapan Desain Tapak Wisata Alam di Pulau Peucang, TNUK adalah proyek yang dimintakan langsung kepada PT. Idea
Consultant oleh Dinas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung PJLKKHL yang berada langsung dibawah Departemen
Kehutanan. Proyek ini merupakan proyek kajian terapan desain tapak sebagai suatu bentuk percontohan proses pengerjaan desain tapak yang akan digunakan
pihak balai taman nasional lainnya dalam mengembangkan kawasan wisata alam. Maksud dari kajian tersebut adalah untuk mengkaji kesesuaian lingkungan dari
zona pemanfaatan yang tersisa di Pulau Peucang dengan aktifitas dan fasilitas yang akan diterapkan pada tapak sebagai kawasan wisata alam. Rentang waktu
proses pengerjaan proyek adalah satu bulan. Struktur tim yang terlibat dalam pengerjaan proyek ini seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4.Struktur Tim Proyek Kajian terapan Desain Tapak Wisata Alam di Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon
Dari 100 ha zona pemanfaatan di kawasan Pulau Peucang ini, 50 ha sebelumnya sudah dimanfaatkan untuk pengembangan beberapa fasilitas
penginapan bagi wisatawan yang berkunjung dibawah pengelolaan pihak Wana Wisata Alam Hayati WWAH. Pekerjaan yang dilakukan oleh PT. Idea
Consultant ini adalah melakukan kajian terapan desain tapak pada 50 ha zona pemanfaatan yang tersisa. Zona pemanfaatan ini dikelola pihak balai TNUK untuk
dimanfaatkan sebagai kawasan wisata alam. Dari kawasan seluas 50 ha ini akan CLIENT
Dinas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan
Konservasi dan Hutan Lindung Balai Taman Nasional
Ujung Kulon
MAIN DESIGNER Puspita Galih Resi
LANDSCAPE ARCHITECT PT. Innovative Development for Eco
Awareness Idea Consultant
PROJECT LEADER Soehartini Sekartjakrarini
Penanggungjawab Sumaedi
Penanggungjawab I Putu Garjita
MAPPING Haryono
INTERN STUDENT Fika Widya Nastiti IPB
INTERN STUDENT Faizol Hatzri UPM
diletakan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata alam dimulai dari kawasan pantai hingga kawasan dalam hutan. Dalam proyek ini PT. Idea Consultant
terlibat dari awal proyek dan berperan dalam penentuan tata ruang pada tapak. Sebagian besar data awal untuk proyek merupakan data sekunder yang di dapat
dari pihak Balai TNUK. Disamping itu dilakukan survei langsung ke lokasi tapak serta dilakukan juga studi pustaka untuk pengerjaan proyek ini.
4.2.2. Kondisi Umum TNUK
Kawasan Ujung Kulon dinyatakan sebagai calon Taman Nasional pada tahun 1982, dari fungsi awalnya sebagai Cagar Alam berdasarkan SK Menteri
Pertanian Nomor: 736KptsMentanX1982 tanggal 14 Oktober 1982 pada saat kongres III taman nasional sedunia di Bali. Kemudian, tahun 1992 kawasan Ujung
Kulon ditetapkan sebagai taman nasional dan pengelolaannya dibawah Balai Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor:
284Kpts-II1992 tanggal 26 Februari 1992 BTNUK, 2010. Taman Nasional Ujung Kulon bersama Cagar Alam Krakatau merupakan
aset nasional, dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia World Heritage oleh UNESCO pada tahun 1991. Untuk meningkatkan kemampuan
pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan pendanaan dan bantuan teknis. TNUK
merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat, serta merupakan habitat yang Ideal bagi kelangsungan
hidup satwa langka badak Jawa Rhinoceros sondaicus dan satwa langka lainnya. Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem perairan laut,
ekosistem rawa, dan ekosistem daratan BTNUK, 2010.
4.2.1.1. Batas Geografis dan Administratif
Secara geografis kawasan ini terletak antara 6q30’43”-6q52’17” LU dan 102q2’32”-105q37’37” BT. Secara administratif TNUK terletak di Kecamatan
Sumur dan Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. TNUK memiliki batas wilayah sebagai berikut BTNUK, 2010:
1. Sebelah Barat dan Utara, berbatasan dengan Selat Sunda dan Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang.
2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Teluk Selamat Datang dan Kecamatan Cimanggu, Kab. Pandeglang.
3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia. TNUK yang terdiri dari daratan dan perairan merupakan salah satu taman
nasional di Indonesia yang memiliki peranan penting dalam konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya. TNUK merupakan hutan tropis dataran rendah
dengan luas wilayah 122.956 ha, yang terdiri dari 78.619 ha daratan dan 44.337 ha perairan laut. Ditetapkannya taman nasional ini bertujuan untuk pelestarian
sumber daya alam serta memberikan dukungan dalam kesejahteraan masyarakat setempat. Bagian-bagian penting dalam kawasan terbagi menjadi 5 wilayah yaitu,
Semenanjung Ujung Kulon, Gunung Honje, Pulau Handeleum, Pulau Pecang, dan Pulau Panaitan Gambar 5.
Sumber : BTNUK, 2010 Gambar 5. Peta Taman Nasional Ujung Kulon
4.2.1.2. Iklim
TNUK memiliki iklim tropis laut dengan curah hujan tahunan rata-rata 3.250 mm. Suhu dalam kawasan berkisar antara 25-30qC dengan kelembaban
antara 80-90. Bulan April-Oktober merupakan musim kering, khususnya Juli- Oktober. Musim hujan mulai dari Bulan November dan berakhir pada Bulan
Maret dengan rata-rata curah hujan 400 mm. Musim hujan terberat antara Bulan Desember-Januari dan disertai dengan angin kencang. Musim kemarau terjadi
pada Bulan Mei-September dengan curah hujan normal tiap bulan rataǦ rata tidak melebihi 100 mm BTNUK, 2010.
Pada musim angin barat antara Bulan Oktober hingga Bulan April angin bertiup kencang. Musim angin barat ini sering menyebabkan pohon tumbang dan
menyulitkan perjalan kapal karena ombak besar. Angin timur berlangsung selama Bulan Mei hingga Bulan September membuat perairan bagian utara Semenanjung
Ujung Kulon menjadi terang dan kurang berombak.
4.2.1.3. Flora dan Fauna
Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di TNUK mulai dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan Inggris sejak tahun 1820. Kurang lebih 700
spesies tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 spesies diantaranya langka seperti Merbau Intsia bijuga, Palahlar Dipterocarpus haseltii, Bungur
Lagerstroemia speciosa, Cerlang Pterospermum diversifolium, Ki Hujan Engelhardia serrata dan berbagai macam jenis anggrek BTNUK, 2010.
Satwa di
TNUK terdiri
dari 35
spesies mamalia, 59 spesies reptilia, 22
spesies amfibia, 240 spesies burung, 72 spesies insekta, 142 spesies ikan dan 33 spesies terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi selain Badak Jawa
Rhinoceros sondaicus adalah Banteng Bos javanicus javanicus, Ajag Cuon alpinus javanicus, Surili Presbytis comata comata, Lutung Trachypithecus
auratus auratus, Rusa Cervus timorensis russa, Macan Tutul Panthera pardus, Kucing Batu Prionailurus bengalensis javanensis, Owa Hylobates
moloch, dan Kima Raksasa Tridacna gigas. Pada Gambar 6 dapat dilihat beberapa jenis satwa yang terdapat pada TNUK BTNUK, 2010.
Sumber : BTNUK, 2010 Gambar 6. Satwa-satwa di TNUK
Jenis-jenis ikan
yang menarik
di TNUK baik yang hidup di perairan laut
maupun sungai antara lain Ikan Kupu-Kupu Pantodon buchholzi, Ikan Badut Clown Fish, Ikan Bidadari Angle Fish, Ikan Glodok Mudskipper dan Ikan
Sumpit Archer Fish. Ikan Glodok dan Ikan Sumpit Gambar 7 adalah dua jenis ikan yang sangat aneh dan unik yaitu ikan glodok memiliki kemampuan memanjat
akar pohon bakau, sedangkan ikan sumpit memiliki kemampuan menyemprot air ke atas permukaan setinggi lebih dari satu meter untuk menembak mangsanya
serangga kecil yang berada di daun-daun yang rantingnya menjulur di atas permukaan air.
Sumber : BTNUK, 2010 Gambar 7. Jenis-jenis ikan yang menarik di TNUK
Rusa
Babi Hutan Badak Jawa
Banteng dan Burung Merak
Ikan Glodok Ikan Sumpit
4.2.1.4. Aksesibilitas
Balai TNUK beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 51 Labuan, Pandeglang. Aksesibilitas menuju ke kawasan Balai TNUK dapat dicapai melalui
beberapa jalur darat, yaitu sebagai berikut Gambar 7: 1. Jakarta – Serang via jalan Tol – Pandeglang – Labuan, dengan jarak 153 km
dan waktu tempuh ± 3,5 jam. 2. Jakarta – Cilegon via jalan Tol – Labuan, dengan jarak 153 Km dan waktu
tempuh ± 3 jam. 3. Bogor – Rangkasbitung – Pandeglang – Labuan, dengan jarak 160 Km dan
waktu tempuh ± 4 jam. Untuk
menuju kawasan-kawasan
TNUK, dari Balai TNUK Labuan ditempuh melalui daerah Sumur yang merupakan kawasan transit. Daerah Sumur
juga merupakan kawasan tambat kapal-kapal kecil nelayan dan perahu motor. Kapal-kapal kecil nelayan dan perahu motor digunakan sebagai kapal transit
menuju kapal-kapal besar yang akan digunakan untuk penyebrangan laut. Aksesibilitas menuju kawasan-kawasan TNUK dapat ditempuh dengan melalui
jalan darat atau laut Gambar 8, antara lain: 1. Kawasan Resort Taman Jaya 90 km
Perjalanan melalui darat menggunakan kendaraan umum dari Labuan menuju Sumur dengan jarak 70 km memakan waktu ± 2 jam. Perjalanan dari Sumur
menuju kawasan Resort Taman Jaya dapat ditempuh dengan kendaraan mobil dan motor 20 kmjam atau perjalanan laut dengan cara menyewa perahu
motor dari Sumur 1,5 jam. 2. Pulau Handeleum
Perjalanan laut speed boat dengan waktu tempuh 2-6 jam dari Carita atau dari Labuan, 2 jam perjalanan laut speed boat dari Sumur dan 40 menit
perjalanan laut dari Taman Jaya. 3. Pulau Peucang dan Pulau Panaitan
Perjalanan laut speed boat dengan waktu tempuh 2-6 jam dari Carita atau dari Labuan, 3,5 jam perjalanan laut speed boat dari Sumur dan 3 jam
perjalanan laut dari Taman Jaya.
Sumber : BTNUK, 2010 Gambar 8. Peta Aksesibilitas Menuju TNUK
4.2.3. Kondisi Umum Pulau Peucang
Pulau Peucang
terletak di
sebelah barat laut Semenanjung Ujung Kulon Gambar 9. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang termasuk ke dalam
kawasan TNUK dan berbatasan langsung dengan Selat Panaitan. Pulau Peucang merupakan pulau dengan luas kurang lebih 450 ha. Pada pulau ini terdapat zona
pemanfaatan taman nasional seluas 100 ha. Pulau Peucang memiliki hutan hujan dataran rendah yang merupakan
tempat berlindung bagi aneka ragam satwa liar. Kawasan ini merupakan kawasan yang lanskap alaminya masih sangat terjaga dan terlindungi. Dari Pulau Peucang
menyeberangi selat perairan laut selebar 800 m, terletak Semenanjung Ujung Kulon yang memiliki berbagai jenis daya tarik. Pulau ini terletak pada perairan
yang biru jernih, serta pantainya yang berpasir putih Gambar 10.
Provinsi Banten TNUK
Pulau Peucang : Lokasi Pulau Peucang
Sumber : BTNUK, 2010 Gambar 9. Orientasi Pulau Peucang
Sumber : Survei, Juni 2011 Gambar 10. Kondisi perairan di Pulau Peucang
Dari 100 ha zona pemanfaatan di kawasan Pulau Peucang ini, 50 ha sudah dimanfaatkan untuk pengembangan beberapa fasilitas sarana dan prasana untuk
wisatawan yang berkunjung. Pengelolaan 50 ha zona pemanfaatan ini dikelola oleh Wana Wisata Alam Hayati WWAH. Balai TNUK merencanakan 50 ha
zona pemanfaatan yang tersisa sebagai kawasan wisata alam. Oleh karena itu, tapak ini menjadi lokasi proyek kajian terapan desain tapak wisata alam Gambar
11. Selain untuk pengembangan kegiatan wisata alam, proyek ini juga merupakan contoh proses pengerjaan desain tapak yang akan digunakan pihak balai taman
nasional lain.
Sumber: BTNUK, 2010 Gambar 11. Lokasi Proyek
Fasilitas sarana dan prasarana yang telah ada di Pulau Peucang antara lain, pusat informasi, penginapan, tempat ibadah, dan restoran. Lokasi sarana dan
prasarana yang ada di Pulau Peucang dapat dilihat pada Gambar 12.
Sumber : Survei, Juni 2011 Gambar 12. Lokasi Sarana dan Prasarana di Pulau Peucang
Terdapat juga fasilitas lain berupa beberapa signage di Pulau Peucang. Signage berfungsi sebagai penunjuk lokasi maupun peta objek-objek wisata yang terdapat
di Pulau Peucang dan sekitarnya Gambar 13.
f. Mushola e. Pusat informasi
c. Penginapan d. Penginapan
g. Kamar petugas b. Restoran
a. Darmaga
a b
c d
e f g
Sumber : Survei, Juni 2011 Gambar 13. Signage yang terdapat di Pulau Peucang
Satwa-satwa liar seperti rusa, babi, monyet dan kadal merumput dan bermain di sekitar tempat penginapan yang tersedia. Hal ini menjadi objek yang menarik bagi
wisatawan yang meyukai fotografi, untuk mengambil beberapa foto dari aktifitas yang dilakukan oleh satwa-satwa tersebut Gambar 14.
Sumber : Survei, Juni 2011 Gambar 14. Wisatawan sedang mengambil foto rusa
Penunjuk Lokasi
Peta Objek-objek Wisata
4.2.4. Proses Pengerjaan Proyek 4.2.4.1. Persiapan
Persiapan adalah tahap awal dari proses pekerjaan perancangan. Pada tahap ini dilakukan pengaturan terhadap semua pihak yang terkait dan
menyiapkan anggota tim untuk melaksanakan proses pengerjaan proyek. Tahap awal yang dilakukan oleh PT. Idea Consultant adalah membentuk suatu tim
proyek yang terdiri dari project leader, main designer, dan tim teknis. Pada proyek Kajian terapan desain tapak Pulau Peucang ini mahasiswa magang
bertindak sebagai tim teknis
4.2.4.2. Inventarisasi dan Analisis
1 Inventarisasi Sebelum
dilakukan inventarisasi, terlebih dahulu dibuat rencana awal untuk fasilitas yang akan dikembangkan pada tapak. Fasilitas utama yang
akan dikembangkan pada tapak adalah darmaga dan chalets penginapan. Inventarisasi dilakukan dengan cara survei langsung untuk mendapatkan data-
data pada tapak dengan menggunakan GPS Global Positioning System dan kamera. GPS dan kamera digunakan untuk menentukan titik-titik lokasi yang
sesuai untuk darmaga dan chalets tersebut. 2 Analisis
Analisis yang
dilakukan perusahaan pada tapak menitikberatkan kepada
perlindungan kawasan sehingga mengacu pada hal-hal sebagai berikut, yaitu filosofi pengembangan kawasan, prinsip panduan pengembangan kawasan,
peraturan dan pedoman pengembangan kawasan, serta studi arsitektur lokal. a. Filosofi Pengembangan Kawasan
Berdasarkan konsep arahan pengembangan, rencana tapak harus dibuat sebagai arahan untuk pembangunan fasilitassarana dan prasarana.
Rencana tapak tersebut harus didasarkan pada kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan dalam pengembangan, yaitu penerapan etika eco-
design yang telah ditetapkan perusahaan. Perusahaan telah menetapkan
etika eco-design yang akan diterapkan dalam konsep pengembangan
sarana dan prasarana wisata alam di Pulau Peucang, yaitu:
i Pengembangan sarana dan prasarana harus proporsional dengan
luas area pengembangan dan tidak mendominasi sumber daya alam kawasan. Konsep pengembangan teknis tidak terlepas dari
ketentuan yang mengatur pengembangan pariwisata alam di Taman Nasional, yaitu luas area yang diizinkan untuk pengembangan
wisata tidak melebihi dari 10 luas seluruh Zona pemanfaatan. Dari luas area pengembangan tersebut, maksimum luas area
pembangunan sarana dan prasarana dibatasi sampai dengan 10. ii Pengembangan sarana dan prasarana menghindari sejauh mungkin
daerah-daerah perlindungan setempat seperti: sempadan pantai dan sungai, tumbuhan dan atau koral endemik, jelajah satwa.
iii Pengembangan sarana dan prasarana harus seminimal mungkin melakukan perubahan terhadap lanskap yang ada, namun
memberikan kepuasan kepada pengunjung semaksimal mungkin. iv Kepedulian terhadap lingkungan harus dicerminkan dengan
pengembangan pusat interpretasi, yang bertujuan untuk memperkaya pengalaman pengunjung melalui pelayanan yang
menyenangkan dan penyampaian informasi yang akurat tentang sumber daya alam dan budaya di dalam dan di sekitar kawasan.
Fungsi pusat interpretasi yaitu: a menjelaskan sumber-sumber daya alam dan budaya kawasan; b memberikan dan merangsang
pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjung; c memberikan sarana pendidikan lingkungan; d menambah daya tarik wisata.
v Penurunan kualitas sumber daya kawasan harus dikurangi atau dihindari dengan memberikan alternatif atau mengembangkan
desain sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan kebersihan, kesehatan, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan.
vi Pengembangan sarana dan prasarana kegiatan harus merupakan kesatuan sistem dengan mempertimbangkan, misalnya: waktu dan
jarak yang digunakan pengunjung untuk mencapai masing-masing sarana dan prasarana, koordinasi antar sarana prasarana,
kemudahan mendapatkan informasi tentang sarana prasarana.
vii Pengembangan sarana dan prasarana harus sesuai dengan kegunaan dan kebutuhan.
viii Penggunaan bahan untuk sarana dan prasarana harus sesuai dengan kondisi iklim kawasan dan menerapkan konsep arsitektur
tradisional setempat. b. Prinsip Panduan Pengembangan Kawasan
Dalam penyusunan kajian ini, pemanfaatan lingkungan bertujuan untuk membangun hubungan simbiosis antara wisata dengan lingkungan
yang dilandaskan pada prinsip-prinsip, antara lain : i Pemanfaatan untuk perlindungan.
ii Penggalian serta penyajian produk wisata yang diselaraskan dengan potensi dan karakter lingkungan setempat dan bermuatan
pendidikan dan pembelajaran. iii Pemanfaatan yang memberikan nilai tambah terhadap
penyelenggaraan program konservasi. iv Keindahan lingkungan ternikmati dan terapresiasi oleh pengunjung,
penyelenggara kegiatan dan masyarakat. c. Peraturan dan Pedoman Pengembangan Kawasan
Untuk memastikan bahwa pengembangan tidak melebihi daya dukung dan secara bersamaan berwawasan pariwisata dan konservasi,
diperlukan panduan atau pedoman penataan ruang secara menyeluruh di TNUK serta panduan pengembangan fasilitas atau sarana dan prasarana
pendukung program kegiatan wisata alam di Pulau Peucang. Peraturan dan pedoman yang digunakan dalam pengerjaan proyek ini antara lain
Peraturan Direktur Jendral No. P.3IY-SET2011 tanggal 9 Maret 2011 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
Peraturan Direktur Jendral No. P.3IY-SET2011 tanggal 9 Maret 2011 mengenai Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan
Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, menetapkan bahwa untuk perlindungan
kawasan atau tapak yang akan dimanfaatkan diberlakukan hal-hal sebagai berikut, untuk daerah mangrove diberlakukan garis sempadan
400 m dari batas terluar mangrove dan pada daerah pantai garis sempadan adalah 100 m dari pasang tertinggi. Pengecualian
pembangunan fisik dalam kawasan diberlakukan untuk pembangunan dermaga atau jeti dan bangunan dengan konstruksi tidak permanen untuk
keperluan tempat berteduh shelter serta fasilitas penunjang kegiatan rekreasi. Sedangkan untuk batas sempadan sungai adalah 50 m dari batas
kanan dan kiri sungai. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, menetapkan jika zona pemanfaatan akan
diusahakan oleh pihak ketiga, areal tapak peruntukan pengembangan sarana dan prasarana maksimal 10 dari luas areal tapak yang akan
dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan. Koefisien Dasar Bangunan KDB pada proyek ini adalah sebesar 10, yang diperhitungkan dari
luas tapak peruntukan. Angka koefisien ini mencakup konstruksi sarana dan prasarana yang akan dibangun pada tapak. Untuk jumlah lantai dan
bangunan aturan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1 jumlah lantai bangunan maksimal dua lantai dengan tinggi maksimal bangunan
sepuluh meter, 2 pengecualian diberlakukan untuk menara pengamatan yang menuntut ketinggian lebih.
Arahan perancangan arsitektur yang digunakan pada proyek pengembangan wisata alam ini antara lain, yaitu dermaga dirancang
dengan ketinggian minimal 50 cm lebih tinggi dari ketinggian air pasang pada umumnya. Tanggapijakan untuk naik ke dermaga harus dirancang
seaman mungkin. Material yang dipilih untuk pijakan tidak boleh licin dalam keadaan basah.
Arahan yang
digunakan untuk
arsitektur bangunan antara lain : i
Bangunan mengambil bentuk panggung, lantai tidak melekat langsung di permukaan tanah. Ketinggian lantai dasar minimal 50
cm lebih tinggi dari ketinggian air pasang.
ii Arsitektur bangunan mencerminkan cirikarakter arsitektur lokal, minimal berupa adaptasi bentukankemiringan atap.
iii Bahan atap tidak menggunakan bahan dari metal dan aluminium. Dianjurkan menggunakan atap kayusirap atau genting berwarna
natural atau gelap. iv Bahan bangunan menggunakan bahan-bahan asal setempat tetapi
tidak diperkenankan mengambilmemanfaatkan bahan dari kawasan pelestarian alam.
v Pemilihan bahan dan warna bahan bangunan diserasikan dengan lingkungan alam sekitar untuk memberikan kesan harmonis. Jika
pengecatan dibutuhkan, dianjurkan menggunakan warna yang netral.
Aturan-aturan yang digunakan untuk Signage adalah sebagai berikut :
i Tanda-tanda dan petunjuk arah, laranganperingatan dan rambu lalu lintas ditempatkan di lokasi-lokasi yang strategis dan terlihat
serta terbaca jelas. ii Papan informasi untuk keperluan indirect interpretation, denah
kawasan, dibuat dalam skala besaran yang memungkinkan untuk jelas terbaca dalam jarak yang wajar, dan ditempatkan di lokasi-
lokasi strategis. iii Tidak diperkenankan memajang papan reklameiklan komersial di
areal ruang terbuka. iv Pemajangan elemen estetik dalam tatanan lanskap diperbolehkan,
terbatas pada pencerminan budaya setempat atau alam lingkungan setempat.
d. Studi Arsitektur Lokal Pulau Peucang merupakan pulau yang terletak di Provinsi Banten.
Suku asli yang terdapat di Provinsi Banten ini adalah Suku Baduy. Oleh karena itu, ciri arsitektur bangunan yang digunakan dalam pengerjaan
proyek ini adalah filosofi arsitektur lokal Suku Baduy. Bangunan rumah tinggal Suku Baduy berbentuk rumah panggung. Konsep rancangannya
mengikuti kontur lahan, tiang penyangga masing-masing bangunan memiliki ketinggian berbeda-beda.
Pada bagian tanah yang datar atau tinggi, tiang penyangganya relatif rendah. Adapun pada bagian yang miring, tiangnya lebih tinggi.
Material atap yang digunakan adalah ijuk dengan alasan pemilihan ijuk sebagai material atap karena ijuk merupakan material yang dapat
menyerap panas dengan baik sehingga tidak menimbulkan suasana panas di dalam rumah. Arsitektur rumah tinggal dapat dilihat pada Gambar 15.
Sumber : www.iai-banten.org Gambar 15. Rumah tinggal Suku Baduy
3
Hasil Inventarisasi dan Analisis Hasil dari inventarisasi dan analisis melalui data primer dan sekunder
pada tapak meliputi faktor letak dan luas, hidrologi, topografi, aksesibilitas, tata guna lahan, aspek visual, vegetasi, dan satwa.
a. Letak dan luas Lokasi proyek ini terletak di Pulau Peucang, tepatnya di bagian
timur Pulau Peucang. Luas keseluruhan wilayah untuk proyek kawasan wisata alam ini adalah 50 ha. Namun luas wilayah yang akan di lakukan
kajian terapan desain tapak oleh PT. Idea Consultant mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 mengenai Pengusahaan
Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam adalah 10 dari luas wilayah yaitu 5 ha.
Berdasarkan pertimbangan hasil inventarisasi dan analisis yang telah dilakukan maka luas 5 ha dari tapak yang akan dilakukan kajian terapan
desain tapak dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 memperlihatkan letak dan luasan tapak proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau
Peucang. Tapak dikeilingi oleh hutan kecuali pada bagian sebelah timur yang berbatasan langsung dengan Selat Panaitan.
b. Hidrologi Di Pulau Peucang tidak dijumpai adanya sungai, tetapi pada
bagian timur laut Pulau Peucang terdapat Salt lick yaitu daerah tergenangrawa yang termasuk di dalam kawasan tapak. Apabila di area
ini terjadi surut air laut, rawa tersebut akan berubah menjadi suatu danau kecil karena rawa tersebut terpisahkan oleh daratan pasir putih. Apabila
air pasang atau musim hujan, rawa tersebut akan menyatu dengan air laut. Gambar kondisi rawa dan daerah disekitar rawa saat air surut dapat
dilihat pada Gambar 16.
Sumber : Survei, Juni 2011 Gambar 16. Kondisi rawa pada tapak
47
Sumber : BTNUK, 2011 Gambar
17. Letak
dan Luasan
Tapak 47
9 8
1 6
3 4
5 2
7
c. Topografi Dilihat dari keadaan topografi berdasarkan hasil survei yang
dilakukan, lokasi tapak dikategorikan sebagai daerah yang relatif datar. Ketinggian tanahnya berkisar antara 0 m sampai 10 m diatas permukaan laut.
d. Tata Guna lahan Sebagian besar lahan yang terdapat di Pulau Peucang merupakan
kawasan hutan lebat. Terdapat banyak sekali jenis vegetasi di dalamnya, karena termasuk ke dalam hutan hujan tropis dataran rendah yang kaya akan
jenis vegetasi. Terdapat satu lokasi yang tergenangrawa. Lokasi ini merupakan tempat minum bagi satwa seperti rusa, monyet, dan babi. Keadaan
air laut yang masih jernih dan belum terjadi perusakan pada sekitar daerah pantai melengkapi keindahan kawasan ini. Gambar 18 merupakan kondisi
eksisting dan tata guna lahan pada tapak dan sekitarnya.
Sumber : BTNUK, 2010 Gambar 18. Tata Guna Lahan disekitar tapak
e. Aspek Visual Kondisi eksisting pada tapak merupakan lanskap yang masih alami.
Tapak merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah yang memiliki kerapatan vegetasi yang sangat tinggi. Daerah pesisir memiliki hamparan
Digambar oleh : Fika W. N.
pasir putih yang cukup luas dan indah, sehingga sangat potensial untuk dijadikan objek wisata. Berdasarkan kondisi eksisting tapak, beberapa view
yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Gambar 19.
Sumber: Google Earth
Sumber : Survei, Juni 2011 Gambar 19. Beberapa view yang terdapat pada tapak
a
f e
d c
b
g h
f. Vegetasi Secara umum vegetasi yang terdapat di Pulau Peucang adalah hutan
hujan dataran rendah. Terdapat berbagai jenis tumbuhan yang terdapat kawasan hutan Pulau Peucang antara lain
Pohon Ara Ficus carica, Pohon Salam Syzygium polyanthum, Pohon Bayur
Pterospermum javanicum dan
Pohon Putat Planchonia valida. Pohon Ara Ficus carica tumbuh dari biji
yang ditimbun di dalam lubang di pohon oleh burung, kelelawar, dan binatang-binatang kecil lainnya. Sekali bertumbuh, pohon ini menyatukan
selubung sulurnya ke tanah, yang kemudian membentuk kisi-kisi akar disekeliling batang pohon yang dirambati. Pohon Salam Syzygium
polyanthum, Pohon Bayur Pterospermum javanicum,
dan Pohon Putat Planchonia valida merupakan tumbuhan-tumbuhan yang terdapat di
kawasan hutan primer Pulau Peucang. Pohon Salam Syzygium polyanthum
merupakan salah satu jenis pohon tertinggi pada hutan primer ini. Ketinggian
pohon ini dapat mencapai 40 meter melebihi tinggi kanopi jenis-jenis lainnya BTNUK, 2010.
Selain vegetasi hutan terdapat pula vegetasi hutan pantai. Menurut Nasrullah 2009, berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai
dapat dibedakan menjadi 3, yaitu Formasi Pes-Caprae, Formasi Barringtonia dan Formasi Mangrove. Hutan formasi Pes Caprae didominasi oleh
tumbuhan merambat, hutan formasi Barringtonia didomonasi pepohonan, sedangkan hutan mangrove di dominasi oleh jenis bakau Gambar 20.
Sumber: Nasrullah, 2009 Gambar 20. Ekosistem Hutan Pantai
Formasi ekosistem hutan pantai yang terdapat pada tapak adalah Formasi Pes-Caprae dan Formasi Barringtonia. Formasi Pes-Caprae
didominasi oleh tanaman Daun Katang-Katang Ipomea pescaprae, sedangkan Formasi Barringtonia didominasi oleh Pohon Butun Barringtonia
asiatica, Pohon Nyamplung Calophyllum inophyllum dan Pohon Ketapang Terminalia catappa dan Daun Katang-Katang Ipomea pescaprae. Jenis
jenis vegetasi yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Gambar 21.
Sumber: BTNUK, 2010 Gambar 21. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada tapak
g. Satwa Terdapat berbagai jenis satwa yang terdapat pada tapak antara lain
rusa Cervus timorensis, kera Macaca fasicularis, Biawak Varanus salvator dan Babi Hutan Sus verrucosos Gambar 22. Satwa ini
Pohon Nyamplung Ipomea pescaprae
Pohon Putat Pohon Salam
Pohon Ara Pohon Bayur
Pohon Butun
memperoleh sumber air minum yang berasal dari Salt lick lokasi tergenang airrawa pada tapak. Oleh karena itu, lokasi rawa tersebut direncanakan
sebagai salah satu area yang berpotensi untuk melakukan pengamatan satwa liar pada tapak.
Sumber: Survei, Juni 2011 Gambar 22. Jenis-jenis satwa yang terdapat pada tapak
4.2.4.3. Konsep dan Rencana Tata Ruang
1 Konsep Desain Konsep desain pada pengerjaan proyek ini adalah “The Windows To The
Last Home Of The Javan Rhinos”. Konsep The Windows Gambar 23 digunakan karena pada tapak terdapat beberapa “jendela view” yang membentuk beberapa
vista ke arah lautan dan Pulau Semenanjung Ujung Kulon.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 23. Konsep The Windows
Rusa
Monyet Biawak
Babi hutan
The Last Home Of The Javan Rhinos menerangkan bahwa Pulau Semenanjung Ujung Kulon merupakan lokasi habitat asli penangkaran badak jawa. Jendela-
jendela view ini terbentuk oleh dahan-dahan pepohonan yang menjulur sehingga membentuk sebuah vista Gambar 24.
Sumber: Idea,
2011 Gambar 24. Salah satu vista yang terbentuk pada tapak
2 Konsep Ruang Setelah dilakukan inventarisasi dan analisis, konsep pembagian ruang
pada tapak secara umum dibagi ke dalam lima ruang yaitu area penerimaan, area gedung multifungsi, area chalet dan ecotoilet, area multifungsi dan area
danau Gambar 25. Sarana dan prasarana yang akan didirikan pada ruang- ruang tersebut adalah:
a. Area penerimaan terdiri dari mooring buoy area dan jetty area. b. Area gedung multifungsi terdiri dari beberpa fasilitas yaitu, information
centre, canteen and resto, toko souvenir dan gudang. c. Area chalet dan ecotoilet merupakan area yang digunakan untuk
penerapan konsep The Windows. Area ini merupakan titik-titik lokasi vista yang terdapat pada tapak yang akan digunakan untuk mendirikan
chalets bersama dengan ecotoilet. Chalet adalah jenis bangunan yang terbuat dari kayu, dengan atap yang memiliki kemiringan landai, dalam
Jendela view The Last Home Of The Javan Rhinos
proyek ini chalet direncanakan sebagai penginapan wisatawan. Sedangkan ecotoilet merupakan toilet yang mnggunakan sistem biofil.
d. Area multifungsi merupakan ruang yang akan digunakan untuk area berkemah camping ground.
e. Area danau merupakan daerah rawa yang membentuk sebuah danau saat air laut surut. Pada area ini akan didirikan shelter untuk menikmati
pemandangan danau. f. Pedestrian circulation merupakan penghubung antar fasilitas yang akan
direncanakan pada tapak. g. Pada setiap ruang-ruang tersebut juga akan didirikan signage sebagai
petunjuk lokasi.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 25. Pembagian ruang pada tapak
Digambar oleh : Fika W. N.
4.2.4.4. Pengembangan Desain Design Development
Pada tahap pengembangan desain ini, pembagian ruang yang telah dilakukan pada tahap desain konsep diterapkan pada tapak planning application.
Rencana dan rancangan sarana dan prasarana yang akan diterapkan dibuat dalam bentuk ilustrasi gambar maupun imagery board. Imagery board adalah susunan
dari foto-foto referensi desain yang disusun oleh PT. Idea Consultant dan diajukan kepada klien sebagai gambaran untuk desain sarana dan prasarana yang akan
diterapkan pada tapak. Tujuan dari pembuatan imagery board adalah untuk mempresentasikan jenis karakter material yang akan digunakan, serta gambar-
gambar suasana yang memberikan kesan lanskap yang terbentuk.
1 Area penerimaan Area penerimaan terdiri dari mooring buoy area dan jetty area. Tujuan
dirancangnya fasilitas ini adalah sebagai pintu masuk utama pada tapak dari luar pulau. Mooring buoy area direncanakan untuk area darmaga apung
sebagai tempat peralihan kapal. Darmaga apung ini merupakan tempat pemberhentian kapal-kapal besar, dari area ini jika akan memasuki tapak
digunakan kapal-kapal boat kecil sehingga tidak merusak terumbu karang yang ada pada kawasan perairan Gambar 26.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 26. Lokasi mooring buoy area
Digambar oleh : Fika W. N.
Mooring buoy didesain dengan empat sisi tambat kapal Gambar 27. Tiang pancang dibangun dipusat darmaga apung ini yang berfungsi sebagai
penahan keseimbangan darmaga apung ini Gambar 28.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 27. Ilustrasi tampak atas mooring buoy
Sumber: Idea,
2011 Gambar 28. Rekomendasi desain mooring buoy
Jetty area dirancang sebagai kawasan darmaga pemberhentian kapal- kapal boat kecil. Area ini direncanakan sebagai kawasan pintu masuk utama
Digambar oleh : Fika W. N.
pada tapak. Pada jetty area ini juga direncanakan adanya signage Pulau Peucang yang berfungsi sebagai penunjuk lokasi pintu masuk kawasan wisata
alam Pulau Peucang. Kondisi eksisting untuk untuk jetty area dapat dilihat pada Gambar 29. Jetty dirancang dengan material kayu dan memiliki dua area
tambat kapal Gambar 30.
Sumber: Survei, Juni 2011 Gambar 29. Kondisi eksisting jetty area
Sumber: Idea,
2011 Gambar 30. Ilustrasi tampak atas jetty area
Terdapat tiang-tiang tambat kapal untuk mengikatkan tali-tali kapal. Di sisi kanan dan kiri jetty terdapat railing sebagai pelindung agar wisatawan dapat
berjalan dengan nyaman saat berjalan di darmaga Selain itu, digunakan Digambar oleh : Fika W. N.
beberapa lampu yang berfungsi sabagai penerangan ketika malam hari Gambar 31.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 31. Rekomendasi desain jetty
2 Area Gedung Multifungsi Pada area ini direncanakan beberapa fasilitas yang akan didirikan
antara lain information centre, kantin, toko souvenir dan gudang. Kondisi eksisting area ini dapat dilihat pada Gambar 32. Kerapatan pohon yang ada
pada area ini tidak terlalu tinggi sehingga sesuai untuk dibangun gedung multifungsi.
Sumber: Survei, Juni 2011 Gambar 32. Kondisi eksisting area gedung multifungsi
Information centre berada ditengah area di antara kantin, toko souvenir dan gudang. Gedung information centre ini berfungsi sebagai pusat informasi
bagi wisatwan yang datang Gambar 33. Digambar oleh : Fika W. N.
Sumber: Idea,
2011 Gambar 33. Ilustrasi tampak atas area gedung multifungsi
Seluruh bangunan pada area ini dirancang dengan bentuk panggung. Bangunan-bangunan didesain panggung mengikuti arsitektur lokal bangunan
rumah Baduy. Material yang digunakan untuk atapnya adalah ijuk. Selain menggunakan filosofi arsitektur rumah Baduy, tujuan bangunan didesain
berbentuk panggung yaitu agar tidak mengganggu jalur satwa yang ada pada tapak. Area ini juga dilengkapi dengan ecotoilet Gambar 34.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 34. Information centre dan canteen yang dilengkapi dengan ecotoilet
Digambar oleh : Fika W. N.
Di sisi kanan teras bangunan terdapat railing sebagai pelindung agar wisatawan dapat berjalan dengan nyaman saat berjalan di darmaga. Material
yang digunakan adalah kayu. Penggunaan material ini berfungsi agar ketika cuaca panas kayu tersebut dapat menyerap panas, sehingga suhu didalam
ruangan bangunan tersebut tetap sejuk tanpa perlu menggunakan alat pendingin udara Gambar 35.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 35. Rekomendasi desain bangunan pada area gedung multifungsi
3 Area Chalet dan Ecotoilet Area ini merupakan area yang digunakan untuk penerapan konsep The
Windows. Pada area ini, titik-titik lokasi vista yang terdapat pada tapak yang akan digunakan untuk mendirikan chalets bersama dengan ecotoilet. Tujuan
perancangan fasilitas ini adalah untuk mengakomodasi sarana penginapan bagi wisatawan yang datang.
Terdapat empat titik lokasi vista yang direncanakan akan didirikan Chalet dan ecotoilet. Keempat Chalet dan ecotoilet tersebut memiliki desain
yang sama. Selain itu, pada area Chalet dan ecotoilet akan dilengkapi dengan signage dan juga bangku-bangku untuk menikmati view dan vista pada tapak.
Gambar 36 menunjukkan titik lokasi Chalet 1 dan 2 beserta ecotoilet. Area chalet 1 merupakan lokasi yang sangat indah untuk melihat matahari terbit.
Sedangkan area chalet 2 berpotensi sebagai lokasi snorkling karena kawasan perairan dilokasi ini memiliki terumbu karang yang sangat indah Gambar 37
dan 38.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 36. Ilustrasi tampak atas area chalet 1 dan 2
Sumber: Survei, Juni 2011 Gambar 37. Kondisi eksisting area chalet 1
Digambar oleh : Fika W. N.
Sumber: Survei, Juni 2011 Gambar 38. Kondisi eksisting area chalet 2
Area Chalet 3 dan 4 memiliki hamparan pasir putih yang luas dan berpotennsi untuk kegiatan berenang karena kondisi perairannya yang jernih
Gambar 39 dan 40. Gambar 41 memperlihatkan titik-titik lokasi Chalet 3 dan 4 beserta ecotoilet.
Sumber: Survei, Juni 2011 Gambar 39. Kondisi eksisting area chalet 3
Sumber: Survei, Juni 2011 Gambar 40. Kondisi eksisting area chalet 4
Sumber: Idea, 2011 Gambar 41. Ilustrasi tampak atas area chalet 3 dan 4
Keempat bangunan chalet dan ecotoilet memiliki desain yang sama. Chalet didesain minimalis namun tetap menggunakan filosofi arsitektur lokal
baduy. Bangunan didesain berbentuk panggung menggunakan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy. Atap chalet dirancang dengan kemiringan atap
20
o
, dengan kemiringan tersebut udara dapat masuk ke dalam ruangan semaksimal mungkin sehingga suhu dalam ruangan menjadi sejuk. Material
atap yang digunakan juga sama seperti rumah Baduy yaitu menggunakan ijuk. Digambar oleh : Fika W. N.
Jendela pada chalet didesain menggunakan kasa transparan agar dapat menangkap cahaya matahri semaksimal mungkin Gambar 42.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 42. Kasa transparan yang digunakan sebagai material untuk jendela
Gambar detail chalet dan ecotoilet dapat dilihat pada Gambar 43. Pada rancangan ecotoilet digunakan teknologi biofil Gambar 44 sehingga air
limbah dapat dipergunakan kembali untuk keperluan ecotoilet. Pada sistem biofil, pipa saluran pembuangan air dipisahkan dengan pipa saluran kotoran.
Limbah air akan disalurkan langsung menuju sumur resapan dan saluran drainase. Untuk limbah kotoran akan masuk ke dalam tank biofil dan
mengalami tiga kali penyaringan didalam tank biofil tersebut. Lalu hasil akhir limbah kotoran yang sudah bersih dialirkan ke sumur resapan dan saluran
drainase. Digambar oleh : Fika W. N.
65
Sumber: Idea, 2011
Gambar 43. Gambar detail chalet dan ecotoilet
Detail Chalet Detail ecotoilet
65 Digambar oleh : Fika W. N.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 44. Sistem pemasangan septic tank biofil pada ecotoilet
4 Area Danau Area danau merupakan lokasi salt lake yang membentuk sebuah
danau saat air laut surut Gambar 45. Area ini merupakan sumber air minum bagi satwa liar yang terdapat pada tapak. Namun pada saat air laut pasang,
lokasi tergenang ini akan menyatu dengan laut. Pada area ini akan direncanakan didirikan shelter untuk menikmati pemandangan danau. Selain
untuk menikmati pemandangan, juga direncanakan sebagai lokasi pengamatan satwa liar.
Sumber: Survei, Juni 2011 Gambar 45. Kondisi eksisting area danau
Shelter didesain dengan bentuk atap menyerupai daun Gambar 46. Untuk atap, tetap menggunakan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy, yaitu
menggunakan material ijuk. Shelter dirancang langsung menghadap ke arah danau dengan tujuan agar wisatwan dapat langsung menikmati pemandangan
danau serta dapat mengamati satwa liar yang sedang minum di area ini Gambar 47. Shelter dirancang lengkap dengan bangku untuk tempat
beristirahat yang dibuat dengan menggunakan material kayu Gambar 48. Hal ini dikarenakan material kayu merupakan material yang paling sesuai
digunakan didalam kawasan hutan. Selain warna alami kayu yang tidak memantulkan cahaya seperti logammetal, kayu juga tidak menyerap panas
sehingga kondisi suhu disekitar shelter akan tetap sejuk.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 46. Ilustrasi tampak atas area danau
Sumber: Idea, 2011 Gambar 47. Ilustrasi area danau
Digambar oleh : Fika W. N.
Digambar oleh : Faizol dan Fika W. N.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 48. Rekomendasi desain shelter
5 Area Multifungsi Area multifungsi merupakan area yang direncanakan sebagai camping
ground area serta area pertemuan outdoor. Kerapatan pohon yang ada pada area ini tidak terlalu tinggi dan keadan permukaan tanahnya datar Gambar
49 sehingga sesuai untuk menjadi lokasi camping ground. Luas area ini direncanakan seluas 1 ha agar tidak melebih daya dukung kawasan dan tidak
merusak kondisi lanskap alami hutan hujan dataran rendah. Pada area ini juga direncanakan didirikan ecotoilet.
Sumber: Survei, Juni 2011 Gambar 49. Kondisi eksisting area multifungsi
Digambar oleh : Faizol dan Fika W. N.
Area ini tetap dibiarkan seperti kondisi aslinya. Tidak banyak sarana yang akan dibangun pada area ini, karena adanya area ini berfungsi sebagai area
camping untuk wisatawan yang tidak ingin menginap di dalam chalet. Imagery boards area multifungsi ini dapat dilihat pada Gambar 50.
Sumber: Google images, 2011 Gambar 50. Imagery Boards untuk area multifungsi
6 Signage Setiap area yang telah direncanakan pada tapak juga akan dilengkapi
dengan signage. Signage ini dirancang dengan bentuk sederhana dengan menggunakan material kayu agar tidak menyilaukan saat terbias oleh sinar
matahari serta dilengkapi dengan bangku-bangku untuk menikmati view-view di area tersebut. Namun untuk jetty area, desain signage menggunakan
material semen dan menyerupai tugu karena merupakan penunjuk lokasi Pulau Peucang Gambar 51.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 51. Rekomendasi desain signage di beberapa lokasi
Ilustrasi signage di area Chalet 1
Ilustrasi signage di area Chalet 2 dan 3
Ilustrasi signage di area Jetty Digambar oleh : Fika W. N.
Selain penunjuk lokasi, pada area-area tersebut direncanakan juga signage untuk edukasi Gambar 52, dimana pada signage diberikan penjelasan
mengenai kawasan yang dipandang dari spot didirikannya signage tersebut.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 52. Imagery Boards untuk education signage
7 Pedestrian circulation Boardwalk Boardwalk merupakan penghubung antar fasilitas yang telah
direncanakan pada tapak. Boardwalk ini dirancang dengan sistem deck dengan material kayu. Tujuan digunakan sistem deck agar jalur jalan
wisatawan tidak mengganggu jalur lintas satwa yang ada pada tapak. Selain itu, boardwalk ini juga dirancang dengan light walkway pada sisi kanan dan
kiri sebagai penerangan jika wisatawan berjalan pada malam hari Gambar 53. Imagery boards untuk boardwalk dapat dilihat pada gambar 54.
Sumber: Idea, 2011 Gambar 53. Rekomendasi desain boardwalk dan light walkway
Sumber: Idea, 2011 Gambar 54. Imagery Boards untuk boardwalk
Boardwalk Light walkway
V. PEMBAHASAN
5.1. Pengelolaan Perusahaan
PT. Innovative Development for Eco Awareness Idea Consultant merupakan perusahaan konsultan yang bergerak di bidang arsitektur lanskap.
Terdapat tiga divisi di dalam perusahan, yaitu divisi Produksi, Manajemen, Pemasaran dan Sumber Daya Manusia. Proses manajemen perusahaan
dilaksanakan melalui kerjasama yang dilakukan oleh semua staf yang terdiri dari pimpinan dan ketiga divisi dalam perusahaan. Stoner dan Freeman 1992
menyatakan bahwa pengorganisasian organizing, adalah suatu proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumberdaya di kalangan
anggota organisasi sehingga mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara optimum. Pada PT. Idea Consultant, pimpinan perusahaan bertugas dalam
memberikan arahan dan melakukan pengawasan terhadap semua pekerjaan yang dilakukan pada ketiga divisi dalam perusahaan. Pengarahan directing yang
dilakukan oleh seorang pemimpin merupakan tahap yang mencakup hal mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi karyawan untuk bekerja dan
menjalankan tugasnya dengan baik, khususnya dalam mengerjakan setiap proyek yang dikerjakan oleh perusahaan.
Perencanaan planning dan pengendalian controlling yang baik dalam manajemen yang dilakukan perusahaan dapat menjadi kunci sukses pengerjaan
suatu proyek Stoner dan Freeman, 1992. Komunikasi dan diskusi yang baik yang terjadi secara dua arah dilakukan antara pimpinan perusahaan dan semua staf
dari ketiga divisi dalam perusahaan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan pada proses pelaksanaan dan penanganan suatu proyek. Dengan struktur
organisasi yang ditetapkan perusahaaan, perusahaan dapat mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, sehingga dapat menghasilkan produk yang fungsional,
estetik, dan tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan serta sesuai dengan keinginan klien
. Hal ini terjadi karena pada pengerjaan suatu proyek, dalam
menghasilkan produk perencanaan dan perancangan lanskap perusahaan mengutamakan keinginan klien dengan memperhatikan kualitas lingkungan
sekitar agar tidak terjadi kerusakan lingkungan.
Pelayanan jasa dan produk hasil dari klien yang memuaskan bagi klien menjadikan perusahaan dipercaya oleh klien dalam mengerjakan proyek lanskap.
Hal inilah yang menjadikan perusahaan dapat memperoleh proyek dengan cara permintaan langsung dari klien dan kerjasama dengan lembaga. Cara komunikasi
yang baik yang digunakan oleh staf dengan klien menjadi salah satu kunci mendapatkan kepercayaan dari klien. Selain itu bentuk dan cara presentasi produk
yang baik kepada klien juga menjadi faktor yang dapat meyakinkan klien dan dapat memperoleh kepercayaan dari klien.
5.1.1. Fasilitas Perusahaan
Dalam pekerjaan studio yang dilakukan perusahaan, terdapat dua teknik yang digunakan yaitu dengan sistem manual dan operasi komputer. Penggunaan
dua sistem ini dilakukan untuk menghasilkan produk perancangan presentasi pada klien. Dalam pengerjaan proyek sistem manual digunakan peralatan gambar
seperti alat gambar, kertas, dan tracing paper. Penggunaan sistem manual ini dilakukan untuk tahap-tahap awal pengerjaan proyek, antara lain tahap
inventarisasi dan analisis, sintesis, serta pembuatan konsep. Dalam perusahaan untuk pengerjaan proyek menggunakan sistem operasi
komputer digunakan fasilitas PC dan komputer serta aplikasi software komputer grafis untuk menghasilkan produk yang akan dipresentasikan kepada klien.
Aplikasi software yang digunakan perusahaan antara lain AutoCAD, Google Sketch Up, Adobe Photosop, Google Earth, serta Microsoft Office. Dalam
pengerjaan proyek aplikasi tersebut digunakan untuk mempermudah proses pengerjaan proyek terutama dalam tahap pengembangan desain yaitu proses
pembuatan gambar-gambar seperti gambar potongan, site plan, gambar ilustrasi dan juga pembuatan laporan seperti RAB. Namun, perlu adanya penambahan
fasilitas komputer untuk mendukung peningkatan kinerja perusahaan dalam menghasilkan produk yang menggunakan komputer grafis. Penambahan fasilitas
komputer ini selain diperlukan untuk meningkatnya kinerja perusahaan, juga sangat berfungsi jika terdapat mahasiswa yang akan magang pada perusahaan atau
nantinya untuk digunakan oleh tenaga teknis dengan tugas yang sama dengan yang dikerjakan oleh mahasiswa magang.
Selain itu, terdapat juga fasilitas lain yang dimiliki perusahaan antara lain printer, scanner, mesin fax dan telefon, wifi, serta buku-buku referensi mengenai
prencanaan dan perancangan lanskap. Fasilitas-fasilitas tersebut sangat menunjang kelancaran perusahaan dalam proses pengerjaan proyek. Namun perlu adanya
penambahan fasilitas penunjang lain dalam perusahaan, fasilitas tersebut antara lain GPS Global Positioning System dan plotter. GPS diperlukan untuk
melakukan kegiatan survei lapang, yaitu untuk untuk menentukan titik-titik lokasi yang menjadi potensi maupun kendala pada tapak, sedangkan plotter diperlukan
untuk mencetak gambar atau peta dalam skala besar. Plotter dapat mengefisienkan waktu perusahaan dalam mengerjakan proyek, sehingga perusahaan tidak perlu
membuang waktu untuk mencetak gambar atau peta berskala besar ke tempat percetakan. Jika ada kesalahan pada gambar atau peta, perusahaan juga dapat
memperbaiki dan mencetaknya kembali dengan mudah. Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang telah dimiliki, perusahaan dapat
mengerjakan dan menyelesaikan setiap proyek sesuai dengan prosedur dan sistem kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu perusahaan juga dapat
menghasilkan produk presentasi sesuai dengan keinginan klien. Selain didukung oleh fasilitas yang ada, keberhasilan produk yang dihasilkan oleh perusahaan
tidak terlepas dari keterampilan dan kemampuan staf perusahaan.
5.1.2. Prosedur Pengerjaan Proyek Perusahaan
Prosedur kerja yang dimiliki perusahaan cukup baik, karena perusahaan telah memiliki prosedur standar pengerjaan proyek yang terdiri dari beberapa
tahapan antara lain: tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap desain konsep, tahap pengembangan desain, tahap pembuatan gambar kerja, dan
pelaksanaan. Prosedur standar pengerjaan proyek yang telah ditetapkan perusahaan ini, sesuai dengan pendekatan teori proses perancangan menurut
Booth 1983 Gambar 55.
Prosedur standar Perancangan Idea
Standar Perancangan menurut Booth 1983
Persiapan
Pelaksanaan Pembuatan gambar kerja
Inventarisasi dan analisis
Desain Konsep
Pengembangan desain Project acceptance
Research and analysis
Design
Construction drawings
Implementation
Gambar 55. Kesesuaian prosedur standar tahap pengerjaan proyek perusahaan dengan proses perancangan menurut Booth 1983
Untuk beberapa proyek tertentu, perusahaan mengerjakan proyek sesuai dengan prosedur standar pengerjaan proyek perusahaan. Dalam proyek berskala
kecil, selain bertindak sebagai konsultan, perusahaan juga dapat bertindak sebagai kontraktor sehingga desain yang diinginkan pihak perusahaan dengan klien dapat
diaplikasikan sesuai dengan gambar-gambar yang diusulkan oleh perusahaan. Pada proyek lainnya, tidak semua tahapan dalam prosedur standar pengerjaan
proyek dilakukan. Pada proyek berskala besar perusahaan hanya mengerjakan suatu proyek sampai tahap pengembangan desain atau tahap pembuatan gambar
kerja, namun perusahaan tetap bisa menjadi konsultan pengawas pada saat pelaksanaan jika klien menginginkan.
5.2. Pengerjaan Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau
Pecang TNUK
Prosedur standar pengerjaan proyek yang telah dimiliki perusahaan memudahkan mahasiswa dalam mengikuti proyek-proyek yang ada. Secara umum
proses dan metode yang dilakukan perusahaan sesuai dengan teori yang didapat mahasiswa selama di bangku perkuliahan sehingga tidak memerlukan waktu yang
lama bagi mahasiswa untuk memahami metode perencanaan dan perancangan yang dilakukan perusahaan.
5.2.1. Pengelolaan Proyek
Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang merupakan proyek yang dimintakan langsung kepada PT. Idea Consultant oleh
Dinas Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung PJLKKHL yang berada langsung dibawah Departemen Kehutanan. Proyek ini
memiliki tujuan yang telah ditetapkan oleh klien untuk dilaksanakan oleh perusahaan yaitu mengkaji penerapan desain sarana dan prasarana yang sesuai
untuk pengembangan kegiatan wisata alam di kawasan taman nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan melakukan menajemen proyek
agar pengerjaan proyek selesai sesuai dengan tujuan serta rentang waktu yang telah ditetapkan klien. Menurut Soeharto 1999 manajemen proyek adalah ilmu
dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari sumber daya manusia dan sumber daya material dengan menggunakan
teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
5.2.1.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Pengelolaan sumber daya manusia bertujuan untuk mengupayakan secara efektif sumber daya manusia untuk melaksanakan proyek. Pengelolaan ini
meliputi penyusunan organisasi, pembentukan tim, serta mempraktekan cara kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan kegiatan proyek Soeharto, 1999.
Pengerjaan proyek ini menggunakan struktur tim yang telah ditetapkan perusahaan. Perusahaan telah memiliki sistem kerja yang baik dengan adanya
pembentukan struktur tim untuk setiap proyek yang ditangani serta pengerjaan
proyek secara teamwork. Struktur tim proyek yang ditetapkan perusahaan pada tahap persiapan terdiri dari project leader, main designer, dan tim teknis.
Terdapat dua tenaga ahli perusahaan dalam pengerjaan proyek ini yaitu tourism planner yang memilik posisi sebagai project leader, serta arsitek lanskap
sebagai main designer. Dalam pengerjaan proyek, tim teknis digantikan posisinya oleh mahasiswa-mahasiswa magang. Dalam pengerjaan proyek ini mahasiswa
magang melakukan beberapa kegiatan menurut pembagian kerja yang telah ditetapkan project leader. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa magang pada
proyek ini antara lain survei lapang serta melakukan analisis dan sintesis. Selain itu mahasiswa juga berdiskusi dengan project leader dan main designer dalam
proses analisis, pembuatan konsep dan rencana tata ruang, serta pembuatan rekomendasi desain sarana dan prasarana. Pada saat survei lapang dan analisis
tapak mahasiswa magang dibimbing oleh project leader untuk mengamati beberapa aspek pada tapak yang kemudian didapatkan hasil invetarisasi dan
analisis yang sudah dijelaskan pada bab hasil kegiatan magang Tidak adanya peta dasar lokasi tapak merupakan salah satu kendala bagi
tim dalam pengerjaan proyek ini. Namun pihak balai TNUK menyediakan tenaga ahli pemetaan, untuk pembuatan peta dasar lokasi tapak dan sekitarnya sehingga
sangat membantu kelancaran tim dalam pengerjaan proyek. Dengan struktur tim dan pembagian kerja dalam pengerjaan proyek tersebut, secara keseluruhan
proyek dapat berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan setiap anggota tim menyelesaikan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan.
5.2.1.2 Pengelolaan Waktu Jadwal
Selain pengelolaan sumber daya manusia, dalam pengerjaan proyek juga diperlukan adanya pengelolaan waktu. Lebih lanjut Soeharto 1999 menyatakan
dalam manajemen proyek, pengelolaan waktu jadwal meliputi identifikasi kegiatan, penyusunan urutan kegiatan, perkiraan kurun waktu dan penyusunan
jadwal. Pada tahap awal pelaksanaan proyek ini perusahaan telah membuat susunan jadwal sebagai acuan dalam pengerjaan proyek. Rentang waktu yang
dimiliki perusahaan untuk mengerjakan proyek adalah satu bulan. Penyususnan jadwal yang dibuat oleh project leader dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jadwal Pengerjaan Proyek Kajian Terapan Desain Tapak
No. Kegiatan
Bulan Mei Bulan Juni
Minggu 3 Minggu 4
Minggu 1 Minggu 2
1. Pembuatan jadwal, pembagian
kerja, mengurus administrasi proyek.
2. Pencarian dan pengumpulan
data sekunder, proses analisis dan konsep awal sebelum
survei lapang.
3. Diskusi dengan klien, survei
lapang, analisis, pembuatan recana tata ruang, pembuatan
rekomendasi desain.
4. Pembuatan laporan dan
produk presentasi, serta presentasi hasil pengerjaan
proyek kepada klien.
Pada tahap awal pengerjaan proyek ini yaitu pada minggu ketiga Bulan Mei, tim proyek menyusun jadwal dan membuat pembagian kerja, sedangkan
pihak manajemen perusahaan mengurus administrasi proyek dengan klien. Penyusunan jadwal dan pembagian kerja dalam tim proyek merupakan pedoman
bagi tim untuk melaksanakan pengerjaan proyek sesuai dengan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh klien. Pada minggu keempat Bulan Mei, tim memulai
pengerjaan proyek dengan melakukan pengumpulan data sekunder tapak oleh mahasiswa magang. Melalui data sekunder ini, tim berdiskusi untuk melakukan
analisis awal serta pembuatan konsep dasar untuk mendapatkan ilustrasi mengenai kondisi tapak. Selain itu pengumpulan data sekunder ini bertujuan untuk
mempermudah tim dalam melakukan kegiatan survei lapang sehingga kegiatan survei dapat dilaksanakan tepat waktu.
Sebelum melakukan survei lapang di minggu pertama Bulan Juni, tim terlebih dahulu melakukan diskusi dengan klien mengenai keinginan pihak balai
TNUK dan PJLKKHL untuk produk akhir yang diinginkan oleh klien serta prosedur yang harus dilakukan saat melakukan survei lapang. Setelah
mendapatkan kesepakatan dengan klien, tim melakukan survei lapang selama dua hari. Kegiatan survei ini lebih cepat dari target yang telah ditetapkan yaitu tiga
hari, karena tim telah terlebih dahulu melakukan pengumpulan data sekunder. Setelah itu tim melanjutkan pengerjaan proyek dengan melakukan analisis dari
hasil survei lapang dan melakukan penyatuan dengan hasil analisis sebelumnya sehingga didapatlah konsep dan rencana tata ruang.
Proses analisis hingga mendapatkan rencana tata ruang berlangsung selama dua hari, sehingga tersisa satu hari kerja untuk membuat pengembangan
desain. Untuk kegiatan membuat pengembangan desain yaitu rekomendasi desain sarana dan prasarana dilakukan oleh main designer dan mahasiswa magang.
Namun untuk pembuatan gambar dan ilustrasi rekomendasi desain ini tidak dapat diselesaikan dalam waktu satu hari, mahasiswa magang melakukan lembur pada
akhir minggu weekend, sehingga pembuatan gambar dan ilustrasi desain ini dapat selesai tepat sesuai jadwal, yaitu minggu pertama Bulan Juni. Dengan
adanya keterbatasan waktu, tidak adanya evauasi lebih lanjut dari project leader mengenai hasil dari pengerjaan gambar-gambar yang telah diselesaikan oleh
mahasiswa magang juga merupakan kekurangan dalam proyek ini. Pada minggu terakhir rentang waktu pengerjaan proyek, project leader
membuat laporan berupa presentasi produk terhadap klien. Pertemuan antara tim dengan klien dilakukan pada minggu terakhir ini, untuk mempresentasikan hasil
dari pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tim. Setelah pertemuan dan diskusi dilakukan antara tim dengan klien, menghasilkan kepuasan klien terhadap produk
yang telah dibuat sehingga tidak perlu ada revisi dalam pembuatan gambar- gambar.
Pengerjaan proyek ini berjalan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat project leader pada tahap awal pengerjaan proyek. Hanya terjadi lembur pada
weekend disaat minggu pertama Bulan Juni untuk menyelesaikan pembuatan gambar-gambar rekomendasi desain. Secara keseluruhan pengerjaan proyek ini
berjalan dengan baik karena dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh klien karena perusahaan mengerjakan
proyek ini sesuai dengan jadwal yang dibuat tim pada awal tahap persiapan. Selain itu tidak ada koreksi dari klien mengenai produk yang telah dihasilkan oleh
perusahaan.
5.2.1.3 Pengelolaan Biaya
Pengelolaan biaya meliputi segala kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan dan pemakaian dana proyek Soeharto, 1999. Untuk pengelolaan
biaya dan pembuatan RAB proyek ini, pihak perusahaan tidak memberikan informasi detail mengenai hal tersebut. Namun pihak perusahaan
menginformasikan bahwa terdapat rentang biaya antara pendapat dan pengeluaran dimana pendapatan lebih besar daripada pengeluaran, sehingga dapat disimpulkan
bahwa perusahaan mendapat keuntungan dan melakukan pengelolaan biaya dengan baik.
5.2.1.4 Pengelolaan Komunikasi
Komunikasi dan diskusi yang baik yang terjadi secara dua arah dilakukan antara project leader, main designer, mahasiswa magang serta staf dari pihak
balai TNUK yang termasuk ke dalam struktur tim proyek ini. Selain itu, komunikasi dengan klien juga dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan hal-
hal yang diinginkan oleh klien dalam pengerjaan proyek ini. Pengelolaan komunikasi ini bertujuan meminimalisir terjadinya kesalahan pada proses
pelaksanaan proyek. Pengelolaan komunikasi ini merupakan proses yang diperlukan agar mereka yang terlibat dalam proyek, memperoleh informasi yang
diperlukan pada waktu yang tepat Soeharto, 1999.
5.2.2. Tahapan Pengerjaan Proyek
Pada pembahasan mengenai prosedur standar pengerjaan proyek perusahaan, terdapat kesesuaian antara prosedur standar pengerjaan proyek
perusahaan dengan pendekatan teori perancangan menurut Booth 1983. Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang TNUK dilakukan melalui beberapa
tahapan yang telah ditetapkan perusahaan, karena tahapan pengerjaan proyek ini merupakan kesepakatan antara pihak PT. Idea Consultant dengan klien.
Pengerjaan proyek Kajian Terapan Desain Tapak ini hanya dilakukan sampai pada tahap pengembangan desain design development. Penjelasan analisis setiap
tahapan pengerjaan proyek adalah sebagai berikut:
5.2.2.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, perusahaan mempersiapkan kebutuhan teknis proyek, mengurus administrasi dan berdiskusi dengan klien, membuat jadwal
serta pembagian kerja sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan proyek. Perusahaan terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan klien yaitu pihak
PJLKKHL. Pihak klien memberikan berita acara mengenai penjelasan pengerjaan proyek Anwijzing mengenai syarat administrasi, nilai kontrak proyek, dan output
hasil akhir dari pengerjaan proyek ini. Namun pada pertemuan tersebut, mahasiswa magang tidak terlibat langsung didalamnya, hanya pemilik perusahan
dengan klien yang bertemu. Untuk tahap persiapan ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan sejalan dengan proses perancangan yang telah ditetapkan perusahan
serta standar perancangan Booth 1983. Penyusunan jadwal dan pembagian kerja sangat penting pada tahap ini,
karena merupakan pedoman untuk mengerjakan proyek. Pembagian kerja juga merupakan salah satu metode yang digunakan tim untuk mengefisiensi waktu
dalam pengerjaan proyek, sehingga setiap anggota tim fokus terhadap pekerjaan masing-masing. Namun masing-masing anggota tim tetap saling berkomunikasi
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan proyek.
5.2.2.2. Tahap Inventarisasi dan Analisis
Pada awal tahap inventarisasi dan analisis, perusahaan terlebih dahulu mencari referensi data sekunder serta menganalisis dan membuat konsep awal
untuk pengerjaan proyek. Selanjutnya tim proyek melakukan survei lapang dan melakukan analisis lebih lanjut menggunakan data primer yang didapat dan juga
aturan-aturan yang harus diterapkan pada pengerjaan proyek ini. Pada saat survei lapang, digunakan GPS sebagai alat untuk menentukan titik-titik lokasi yang
menjadi potensi maupun kendala pada tapak. Setelah proses analisis selesai, tim mendapatkan sintesis untuk pengerjaan proyek pada tahap selanjutnya. Untuk
tahap ini, pengerjaan proyek sejalan dengan tahapan perancangan perusahaan serta tahapan perancangan yang ditetapkan oleh Booth 1983.
1 Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder terlebih dahulu
sebelum tim melakukan kegiatan survei lapang. Dari data sekunder berupa data deskriptif kondisi umum Pulau Peucang, tim melakukan analisis dan konsep awal
terhadap tapak. Pengumpulan data sekunder ini mempermudah tim pada saat kegiatan survei lapang, sehingga survei dapat selesai lebih cepat dari waktu yang
telah ditargetkan. Belum adanya base map tapak mengharuskan tim melakukan survei untuk mapping area tapak. Cara paling cepat dan mudah untuk membuat
mapping tapak ini yaitu dengan menggunakan GPS. Terdapat sedikit kendala karena perusahaan tidak memiliki alat GPS untuk pelaksanaan kegiatan survei
lapang, namun perusahaan mendapat bantuan alat GPS dari pihak balai TNUK, sehingga proses survei lapang dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, GPS juga
berguna untuk merekam posisilokasi penting secara geografis. Pada saat survei lapang dilakukan proses pengambilan data mengenai
batas tapak dan penentuan lokasi-lokasi yang sesuai untuk sarana dan prasara yang akan direncanakan dibangun pada tapak. Untuk veegetasi, perusahaan tidak
melakukan pengambilan data dan tidak melakukan identifikasi terhadap vegetasi yang terdapat pada tapak. Perusahaan hanya melakukan identifikasi terhadap
keberadaan terumbu karang pada tapak untuk menentukan lokasi peletakkan darmaga pada tapak. Output yang dihasilkan pada tahap ini berupa peta tata guna
lahan dan peta tutupan lahan. Namun, perusahaan diharapkan mempertimbangkan aspek-aspek penting dalam perancangan suatu kawasan konservasi seperti
vegetasi dan satwa yang merupakan elemen lanskap penting dan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan konservasi.
2 Analisis Perusahaan telah melakukan analisis cepat quick analysis secara
deskriptif dari beberapa aspek. Selain melakukan analisis melalui standar peraturan teknis dan undang-undang serta kondisi lingkungan tapak, perusahaan
juga melakukan studi terhadap arsitektur lokal daerah setempat yaitu rumah Baduy. Penggunaan filosofi arsitektur lokal dalam proses kajian ini sangat
diperlukan untuk menyesuaikan pengembangan sarana dan prasarana serta material yang akan digunakan terhadap kondisi lingkungan sekitar tapak.
Namun, perlu dilakukannya analisis secara spasial yang menghasilkan produk berupa gambar site analysis mengenai kondisi kawasan, daerah-daerah
yang merupakan danger signal, dan jalur lalu lintas satwa. Untuk melakukan site analysis tersebut dibutuhkan data tambahan mengenai karakter lanskap Pulau
Peucang yaitu segala sesuatu elemen lanskap pembentuk Pulau Peucang mulai dari iklim, jenis tanah, aspek visual, home range dari satwa-satwa pada Pulau
Peucang, dan vegetasi apa saja yang terdapat pada tapak dan dapat digunakan sebagai material dalam pembangunan proyek ini nantinya. Pihak balai TNUK
perlu membuat pemetaan mengenai kondisi home range dan jalur lalu lintas satwa pada Pulau Peucang untuk keperluan proyek ini jika nantinya pembangunan
proyek ini akan dilaksanakan. Home range satwa animal behavior penting dalam kajian ini terutama untuk pemilihan lokasi fasilitas. Hal ini dikarenakan
satwa memiliki kepekaan terhadap penciuman dan pendengaran, dan jika pada home range satwa-satwa tersebut dibuat sebuah fasilitas maka dampak negatif
terhadap kehidupan satwa liar tersebut.
5.2.2.3. Tahap Desain Konsep dan Rencana Tata Ruang
Setelah didapatkan sintesis, dilakukan pembuatan konsep serta pembuatan rencana tata ruang. Selain dilakukan analisis terhadap kondisi tapak, perusahaan
juga menelusuri sejarah TNUK sebagai World Heritage Site dan kawasan habitat asli badak jawa, sehingga menemukan desain konsep yang sesuai untuk proyek ini
yaitu konsep The Windows To The Last Home Of The Javan Rhinos. Tidak adanya master plan TNUK merupakan kendala bagi perusahaan, namun tidak mengurangi
kinerja perusahaan dalam pengerjaan pembuatan rencana tata ruang untuk proyek ini. Output dari pengerjaan proyek tahap ini adalah rencana tata ruang yang
berupa bubble diagram yang terdiri dari area penerimaan, area gedung multifungsi, area chalet dan ecotoilet, area multifungsi dan area danau. Untuk
tahap pembuatan rencana tata ruang ini, selain menggunakan hasil analisis terhadap kondisi tapak dan sekitarnya, perusahaan juga melakukan penyesuaian
terhadap desain konsep yang telah ditentukan. Mahasiswa magang sebelumnya juga membuat konsep untuk proyek ini, namun setelah melalui diskusi dengan
project leader telah disepakati bahwa konsep yang digunakan adalah konsep yang telah dibuat oleh perusahaan.
5.2.2.4. Tahap Pengembangan Desain
Pada tahap pengembangan desain proyek ini dilakukan pembuatan site plan untuk setiap area yang direncanakan serta sarana dan prasarana yang akan
dibangun pada setiap area tersebut. Dalam pengerjaan proyek ini tidak dibuat site plan secara keseluruhan. Hal ini perlu dievaluasi oleh perusahaan, karena
pembuatan site plan keseluruhan tapak sangat diperlukan untuk membantu klien dalam memahami hubungan antar ruang dari desain yang dibuat perusahaan.
Selain itu, untuk menghubungkan antara zona pemanfaatan yang telah dibangun sebelumnya dengan zona pemanfaatan yang akan dibangun perlu adanya jalur
sirkulasi penghubung sehingga terdapat kesinambungan antara zona yang akan dibuat dengan zona sebelumnya.
Hasil rencana tata ruang untuk proyek ini, merupakan arahan untuk mengembangkan aktifitas serta sarana dan prasarana yang akan direncanakan pada
setiap ruang. Peletakkan sarana dan prasarana telah sesuai dengan hasil analisis, rencana tata ruang dan desain konsep yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan penentuan peletakkan sarana dan prasana yang sudah menyesuaikan dengan kondisi arus pasang surut dan persebaran terumbu karang yang telah
diketahui pada tahap inventarisasi tapak. Penentuan peletakkan signage juga ditempatkan pada lokasi yang strategis dan disesuaikan dengan lokasi sarana dan
prasarana. Selain itu pada lokasi-lokasi chalets juga diletakkan signage edukasi yang berfungsi untuk memberikan pengetahuan mengenai kondisi kawasan sekitar
tapak. Peletakan sarana mooring buoy dan jetty telah disesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekitar agar tidak merusak terumbu karang yang ada disekitar tapak. Dengan empat sisi tambat kapal pada mooring buoy untuk delapan kapal berlabuh.
Dua sisi tambat muoring buoy cukup memuat 4 unit kapal dengan ukuran 6x3 m, sedangkan dua sisi tambat cukup memuat 4 unit kapal kecil dengan ukuran 3x1,5
m. Jetty dibuat dengan dua sisi tambat kapal sehingga cukup memuat 4 unit kapal kecil dengan ukuran 3x1,5 m untuk berlabuh.
Menurut Harris 1998 standar kebutuhan ruang rata-rata untuk sebuah tenda adalah 200 m
2
. Untuk area multifungsi yaitu camping ground seluas 1 ha dapat memuat maksimal 50 tenda dimana satu tenda dapat memuat maksimal 5
orang sehingga kapasitas maksimum untuk area ini dapat memuat 250 orang. Adanya kapasitas maksimum tersebut diharapkan tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan. Oleh karena itu perlu dibuat aturan lebih lanjut untuk penggunaan area berkemah ini dalam bentuk pembatasan jumlah pengunjung. Pada area ini
juga direncanakan akan dilengkapi ecotoilet untuk kebutuhan toilet bagi wisatawan yang akan berkemah. Untuk standar minimal ukuran toilet adalah
1,5x1 m. Sedangkan standar minimal lebar pedestrian circulation untuk 1 orang pejalan kaki adalah 0,6 m. Namun pihak perusahaan tidak merencanakan lebih
lanjut mengenai kapasitas kebutuhan ecotoilet dan lebar jalur pejalan kaki pada area ini dikaitkan dengan kemungkinan jumlah pengunjung yang dapat ditampung
dengan kapasitas fasilitas akomodasi yang ada. Desain dan material sarana dan prasarana pada proyek ini sejalan dengan
prinsip “the law of the similar” menurut Simonds 1983. Prinsip “the law of the similar” menjelaskan bahwa desain dan material yang digunakan dalam
pengerjaan suatu proses perancangan lebih menyerupai dengan kondisi lingkungan alam sekitar. Terdapat dua prinsip similar yang terlihat dalam proses
pengerjaan proyek ini yaitu similar dalam material dan similar dalam tekstur. Similar dalam material dan tekstur terlihat dari penggunaan material kayu pada
sarana dan prasarana. Hal ini bertujuan agar warna bangunan sarana dan prasarana menyerupai warna batang-batang pepohonan pada tapak, karena tapak merupakan
kawasan yang memiliki kerapatan vegetasi cukup tinggi. Begitu juga dengan penggunaan material atap menggunakan ijuk. Hal ini dimaksudkan agar atap
menyerupai dedaunan. Namun pihak perusahaan tidak membahas lebih lanjut apakah material
yang direncanakan untuk pengerjaan proyek ini akan menggunakan material yang terdapat pada tapak. Untuk material kayu sendiri banyak terdapat pada tapak. Saat
survei lapang terlihat beberapa pohon besar tumbang. Menurut pihak balai kayu- kayu pohon tersebut dapat digunakan untuk pengerjaan proyek ini kedepannya.
Sedangkan untuk material ijuk tidak terdapat pada tapak sehingga perlu didatangkan dari luar pulau.
Pada pengerjaan proyek ini desain yang digunakan disesuaikan dengan kondisi sekitar tapak. Material yang digunakan juga menyesuaikan dengan
keberadaan satwa dan kondisi tapak sehingga desain dari sarana dan prasarana tersebut terlihat harmonis dengan lingkungan sekitar tapak. Dengan prinsip eco
yang diterapkan, perusahaan perlu mempertimbangakan bagaimana kondisi dan kebutuhan material yang akan digunakan untuk sarana dan prasarana jika proyek
ini nantinya akan dilaksanakan. Jika material yang diperlukan tidak ada pada tapak, perlu mendatangkan material tersebut dari luar pulau dengan konsekuensi
seperti mahalnya biaya pengiriman material sehingga membutuhkan penambahan biaya.
Untuk tahap pengembangan desain pada bangunan baik chalets, information centre, kantin dan gudang, perusahaan juga telah menyesuaikan
desain bangunan-bangunan tersebut dengan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy. Terlihat dari bentuk bangunan yang berbentuk panggung, penggunaan material
kayu pada dinding, dan penggunaan material ijuk untuk atap bangunan. Selain itu desain kemiringan atap yang telah ditentukan serta penggunaan material kasa pada
jendela chalets juga telah disesuaikan dengan kondisi iklim setempat sehingga dapat memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari. Dengan
memaksimalkan arus sirkulasi udara dan cahaya matahari ini, juga dapat menghemat energi sehingga tidak diperlukan pendingin udara dan energi listrik
pada siang hari. Pengembangan desain bangunan dan penginapan dalam hal ini berupa
chalets jika dibandingkan sesuai dengan prinsip ecolodges. Ecolodges merupakan akomodasi untuk penginapan wisatawan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1 merupakan bangunan kecil kurang dari 30 kamar, 2 menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan penggunaan material dari lingkungan setempat, 3
terletak pada daerah alami dan mendukung konservasi alam lingkungan setempat, 4 meminimalkan penggunaan energi dan pengelolaan limbah
www.worldwideecolodges.com. Gambar 57 menampilakan beberapa contoh ecolodges yang terdapat di Laos yang merupakan ibukota negara Kamboja.
Sumber: www.ecotourismlaos.comeco_accommodation Gambar 56. Ecolodges di Laos
Tabel 8. Kesesuaian kriteria chalets dengan prinsip ecolodges
No. Ecolodges
Chalets
1. Merupakan bangunan kecil
kurang dari 30 kamar. Merupakan bangunan dengan 1 kamar.
2. Menerapkan prinsip
arsitektur tradisional dan penggunaan material dari
lingkungan setempat. Menerapkan prinsip arsitektur tradisional dan
penggunaan material dari lingkungan setempat yaitu penerapan filosofi dan penggunan
material arsitektur lokal rumah Baduy.
3. Terletak pada daerah alami
dan mendukung konservasi alam lingkungan setempat.
Terletak pada salah zona pemanfaatan TNUK yang merupakan daerah alami dan juga
merupakan kawasan konservasi sehingga mendukung konservasi lingkungan setempat.
4. Meminimalkan penggunaan
energi dan pengelolaan limbah.
Desain kemiringan atap 20
o
dan penggunaan material kasa dapat memaksimalkan arus
sirkulasi udara dan cahaya matahari sehingga dapat menghemat energi. Adanya
ecotoilet yang menggunakan sistem
biofil merupakan bentuk aplikasi penggunaan teknologi dalam
pengelolaan limbah.
Terlepas dari berbagai kekurangannya, pengerjaan proyek ini secara
keseluruhan sudah berjalan cukup baik, karena tidak adanya saran atau koreksi lebih lanjut dari klien saat perusahaan mempresentasikan produk output dari
proyek ini. Produk output yang dihasilkan dari pengerjaan proyek ini berupa arahan serta rekomendasi desain sarana dan prasarana yang sesuai untuk kegiatan
wisata alam di zona pemanfaatan pulau Peucang TNUK.
5.3. Posisi Mahasiswa Magang
Pada Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon, mahasiswa magang berpartisipasi aktif dari awal tahap
persiapan proyek hingga tahap pengembangan desain. Mahasiswa magang juga berpartisipasi langsung pada kegiatan survei lapang ke lokasi proyek kajian
Terapan Desain Tapak yaitu Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon. Pada proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang, mahasiswa magang berada
langsung dibawah arahan dan bimbingan dari project leader serta main designer dalam struktur tim proyek.
Dalam Proyek Kajian Terapan Desain Tapak Pulau Peucang ini, mahasiswa magang juga ikut serta dalam proses analisis serta pembuatan konsep
yang dilakukan oleh project leader dan main designer. Pada tahap pengembangan desain proyek ini, mahasiswa juga berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan
detail siteplan maupun gambar ilustrasi. Aplikasi yang digunakan mahasiswa dalam pengerjaan proyek ini antara lain AutoCAD 2004, Google Sketch Up 7,
Adobe Photoshop CS3, serta Google Earth. Dalam perusahaan mahasiswa magang berada pada divisi produksi yaitu
divisi yang mengerjakan proses perencanaan dan perancangan setiap proyek yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk proyek Sinar Mas Forestry, mahasiswa
magang berpartisipasi sebagai drafter dalam mengerjakan proyek tersebut yang saat itu sudah pada tahap pengembangan design. Sementara itu, untuk proyek
Rencana Pengelolaan Hutan Diklat Rumpin, mahasiswa berpartisipasi dimulai dari tahap analisis sampai dengan tahap pengembangan desain.
Pada saat proses magang, mahasiswa magang juga mendapat ilmu-ilmu baru yang tidak terdapat pada bangku perkuliahan. Pengerjaan proyek yang
mengutamakan kepada perlindungan kawasan dan mengusahan kondisi lanskap tetap alami seperti aslinya merupakan ilmu baru yang didapat mahasiswa saat
magang. Pengerjaan proyek dalam skala besar, serta lokasi proyek yang merupakan kawasan konservasi merupakan suatu tantangan baru bagi mahasiswa
magang untuk mempelajarinya. Proses survei lapang pada kawasan konservasi juga merupakan hal baru yang dialami mahasiswa magang.
Selain itu, terdapat penambahan ilmu mengenai pariwisata dan ekowisata yang aplikasinya pada tapak kurang dipelajari secara mendalam saat di bangku
perkuliahan. Konsep eco-tourism menegaskan bahwa konsep pemanfaatan lingkungan harus diletakkan untuk ‘membangun hubungan simbiosis pariwisata –
lingkungan’ yang berfungsi untuk menciptakan wisata berkelanjutan melalui integrasi ke empat hal berikut: 1 kepentingan pelestarian kawasan, 2
kepentingan ekonomi kawasan di sekitar kawasan TNUK, 3 kepentingan pelayanan terhadap wisatawan, dan 4 kepentingan kelayakan pengembangan
wisata, dalam sebuah hubungan timbal balik yang bergantung dan saling mempengaruhi.
5.4. Perusahaan Konsultan sebagai Penyedia Jasa