Pemilihan Bakalan Kerangka Pemikiran Operasional

12 berkelompok pula. Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sapi, pada prinsipnya perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan dan ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang akan digemukan. Menurut Siregar 1999 dan Sugeng 2000, sistem penggemukan ada tiga, yakni sistem kereman, sistem pasture fattening, dan sistem dry lot fattening. Penggemukan sistem kereman adalah penggemukan yang memerlukan waktu penggemukan berkisar antara 3 – 6 bulan. Sapi bakalan yang digunakan dalam kereman umumnya sapi – sapi jantan yang berumur sekitar 1 – 2 tahun dalam kondisi kurus dan sehat. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 kilogram per hari dengan kenaikan berat badan rata – rata 0,33 kilogram per hari. Sistem pasture fattening memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 8 – 10 bulan, dengan sapi bakalan yang digunakan pada pasture fattening adalah sapi jantan atau betina dengan umur minimal sekitar 2,5 tahun. Sapi jantan mempunyai pertumbuhan relatif cepat dibandingkan sapi betina sehingga waktu penggemukannya relatif lebih singkat. Sistem dry lot fattening adalah sistem penggemukan dimana sapi berada terus – menerus dalam kandang dan tidak di gembalakan ataupun dipekerjakan. Sapi bakalan yang dipergunakan pada dry lot fattening umumnya sapi – sapi jantan yang telah berumur lebih dari 1 tahun dengan lama penggemukan sekitar 2 – 6 bulan.

2.5. Pemilihan Bakalan

Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman 6 . Ciri-ciri bakalan yang baik adalah : 1 Berumur sekitar 2,5 tahun 2 Jenis kelamin jantan 3 Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm 6 http:www.go-organik-2010.blogspot.com. 23 April 2009 13 4 Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit 5 Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus 6 Kotoran normal Syarat yang paling penting untuk seleksi sapi potong yaitu sapi harus sehat, usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang membahayakan. Ditjen Peternakan 2007 mengemukakan bahwa pemilihan bibit ternak sapi potong biasanya menyangkut tentang 1 Asal usul atau silsilah ternak termasuk bangsa ternak, 2 kapasitas produksi umur, pertambahan berat badan, produksi daging, dan lemak, 3 kasitas reproduksi kesuburan ternak, jumlah anak lahir dan hidup normal, umur pertama kawin, siklus birahi, lama bunting, keadaan waktu melahirkan, kemampuan membesarkan anak, dan sebagainya, 4 tingkat kesejahteraan anak.

2.6. Tatalaksana Pemeliharaan

7

2.6.1. Perkandangan

Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 m X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

2.6.2. Pakan

Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis 7 http:www. go-organik-2010.blogspot.com. 23 April 2009 14 dalam mulut dengan bantuan air ludah saliva, secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen. Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan dalam berat kering tiap ekor adalah 2,5 persen berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang – alang dan rumput – rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi. Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi zat pakan dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan. Menurut Suharno dan Nazaruddin 1994, sebagai perkiraan kebutuhan pakan sapi adalah 15 – 20 persen bobot tubuhnya. Pakan yang diberikan setiap hari dalam penggemukan sapi berupa hijauan sebanyak 10 persen dari bobot badan dan konsentrat sebanyak 5 Kgekorhari.

2.7. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Putria 2008, meneliti tentang kelayakan usaha pengembangan pembibitan breeding sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa LJP, Serang, Provinsi Banten. Metode yang digunakan dalam mengkaji kelayakan finansial usaha breeding sapi potong pada PT LJP berdasarkan kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net BC Ratio, Payback Period, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong ini diperoleh hasil NPV sebesar Rp 1.929.172.324, Net BC sebesar 1,48, IRR sebesar 15 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56 tahun. Hasil analisis finansial menunjukan bahwa usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari nol, Net BC lebih besar dari satu, nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga, dan waktu pengembalian investasi yang dibawah umur proyek. Analisis sensitivitas dengan dua variabel parameter yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif dan penurunan produksi sapi potong. Hasil analisis sensitivitas menunjukan penurunan volume produksi sapi bunting muda dan sapi bunting tua sebesar 5 persen paling peka diantara dua variabel parameter lainnya yaitu variabel kenaikan Dollar terhadap Rupiah, variabel penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 40 – 175 Kg, dan variabel penurunan anak sapi dengan berat 170 – 250 Kg. Dekayanti 2008 meneliti tentang potensi pengembangan usaha penggemukan sapi potong di kota Tanggerang. Metode yang digunakan yaitu analisis KPPTR Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia dan peramalan permintaan. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa sumberdaya peternakan yang mendukung upaya pengembangan usaha penggemukan sapi potong adalah populasi ternak, paternak dan kelembagaan. Berdasarkan perhitungan KPPTR kota Tanggerang memiliki nilai KPPTR 169,7 ST Satuan Ternak sedangkan potensi pasar daging sapi yang dilihat dari segi permintaan memberikan peluang dan prospek yang cerah untuk pengembangan usaha penggemukan sapi potong di kota Tanggerang. Hal ini tercermin dari permintaan daging sapi di kota Tanggerang yang akan terus meningkat setiap tahunnya. Ferdiman 2007, meneliti tentang strategi pengembangan usaha sapi potong PT Kariyana Gita Utama, Sukabumi. Metode yang digunakan yaitu analisis SWOT strengths, weakness, opportunity, threat dan QSPM Quantitative strategic planning matrix. Berdasarkan analisis SWOT, terdapat beberapa alternatif strategi dari kombinasi faktor internal dan eksternal perusahaan yang dapat diterapkan. Berdasarkan kombinasi strengths dan opportunities, maka starteginya adalah mempertahankan kapasitas dan kualitas produksi sapi potong hasil penggemukan dan 16 membuka divisi Rumah Potong Hewan serta pengolahan pupuk. Berdasarkan kombinasi strengts dan threats, maka strateginya adalah menjaga loyalitas konsumen, memperkuat kerjasama dengan pemasok, dan pemanfaatan sapi lokal sebagai sapi bakalan. Berdasarkan kombinasi weeknesses dan opportunities, maka strateginya adalah adalah peningkatan modal dengan memanfaatkan bantuan modal dari pemerintah dan swasta, dan perbaikan sistem mananajemen. Berdasarkan kombinasi weaknesses dan threats, maka strateginya adalah memanfaatkan teknologi yang tepat guna dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan analisis IE Internal Eksternal, pengaruh dari faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan menempatkan PT KGU berada pada posisi pertahankan dan pelihara. Posisi ini menunjukan bahwa strategi – strategi yang cocok bagi perusahaan adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar. Berdasarkan analisis QSPM dari nilai total daya tarik TAS, maka urutan alternatif strategi yang dapat di implementasikan adalah penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Ratniati 2007, meneliti tentang Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Livestock Company, Lampung Tengah. Dalam penelitian ini berdasarkan lembaga atau individu pemasaran yang terlibat di wilayah Bandar Lampung terdapat delapan saluran, sedangkan untuk wilayah Bogor dan DKI Jakarta masing – masing terdapat enam dan lima saluran pemasaran. Rata – rata farmer’s share dari seluruh sebaran sebesar 93,54 persen 91,47 persen sampai dengan 94,79 persen untuk wilayah Lampung. 88,47 persen 87,88 persen sampai dengan 89,06 persen untuk wilayah Bogor. Dan 85,78 persen 84,75 persen sampai dengan 86,59 persen untuk wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut menunjukan bahwa secara umum seluruh saluran di masing – masing wilayah farmer’s share nya sudah cukup besar. Berdasarkan satuan Rp per Kg bobot hidup maka total margin pemasaran yang paling besar diterima oleh lembaga pemasaran di wilayah Bandar Lampung terdapat pada saluran I, namun berdasarkan satuan total volume penjualan maka margin pemasaran yang paling besar diterima PT GLC terdapat pada saluran III. Margin pemasaran yang paling besar diterima lembaga pemasaran di wilayah Bogor 17 dan DKI Jakarta adalah pada saluran II, sedangkan berdasarkan total volume penjualan maka saluran I memberikan yang paling besar. Sahat 2007, meneliti tentang Analisis Permintaan Daging Segar di wilayah DKI Jakarta. Model yang digunakan adalah model ekonometrika dengan variabel – variabel yang diduga dapat mempengaruhi permintaan daging sapi segar di wilayah DKI Jakarta. Hasil analisis model dugaan menunjukan bahwa keragaman permintaan daging sapi segar dapat dijelaskan oleh model sebesar 64,6 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel kualitatif seperti preferensi dan selera dan variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil F-Hitung sebesar 6,68 dan P-Value sebesar 0,00 menunjukan bahwa variabel dalam model secara serentak signifikan terhadap permintaan daging sapi segar. Variabel yang mempengaruhi permintaan daging sapi segar secara signifikan adalah, harga daging sapi segar, harga daging ayam ras, harga ikan segar, harga daging ayam buras, harga daging kambing, harga daging babi, serta pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta. Variabel yang memiliki hubungan negatif dengan permintaan daging sapi segar adalah harga daging sapi segar, harga ikan segar, harga daging ayam buras, harga daging babi. Variabel yang mendekati elastis karena besaran elastisitasnya mendekati satu adalah harga daging ayam ras dan harga ikan segar. Sedangkan variabel harga daging kambing dan harga daging ayam buras bersifat inelastis. Pembentukan harga di tiap lembaga umumnya dengan metode cost- plus-pricing. Pada Tabel 4 menunjukan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian mengenai kelayakan usaha, sistem pemasaran ternak sapi potong, dan permintaan daging sapi segar. Posisi penelitian yang dilakukan adalah memperkaya penelitian terdahulu yang relevan. 18 Tabel 4. Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengenai Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong Fattening N o Nama Tahun Judul Penelitian Beda Penelitian Terdahulu Metode Penelitian 1 Putria 2008 kelayakan usaha pengembangan pembibitan breeding sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa LJP, Serang, Provinsi Banten Objek penelitian breeding sapi potong dan lokasi penelitian NVP, IRR, Net BC, Payback Period dan Analisis Sensitivitas 2 Dekayanti 2008 Analisis Potensi Pengembangan Usaha Penggemukan Sapi Potong di Kota Tanggerang Tujuan penelitian, metode analisis yang digunakan dan lokasi penelitian Analisis KPPTR dan Proyeksi Permintaan 3 Ferdiman 2007 Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong PT KGU, Sukabumi. Objek penelitian sapi potong, tujuan penelitian, metode analisis yang digunakan dan lokasi penelitian Analisis SWOT dan QSPM 4 Ratniati 2007 Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi Potong PT Great Livestock Company, Lampung Tengah Objek penelitian sapi potong, tujuan penelitian, metode analisis yang digunakan dan lokasi penelitian Margin tataniaga, farmer’s share 5 Sahat 2007 Analisis Permintaan Daging Sapi Segar di wilayah DKI Jakarta Objek penelitian sapi potong, tujuan penelitian, metode analisis yang digunakan dan lokasi penelitian Ekonometrika III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori – teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada dalam penelitian. Selain itu, teori merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya – biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan – kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap – tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi Gitingger 1986. Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek biasanya merupakan proyek investasi dilaksanakan dengan berhasil Husnan Muhammad 2000. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda – beda. Pihak swasta lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan pemerintah dan lembaga non profit dilihat apakah bermanfaat bagi masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah, dan penghematan devisa. Hal – hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan proyek investasi jika suatu pihak atau seseorang melihat suatu kesempatan usaha, yaitu apakah kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut. Semakin luas skala proyek maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi maupun sosial semakin luas. Oleh karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan cost and benefit analysis. Menurut Husnan dan Muhammad 2000 suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek yaitu : 20 1 Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi proyek itu sendiri atau manfaat finansial. Artinya apakah proyek tersebut cukup menguntungkan bila dibandingkan dengan risiko proyek. 2 Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi Negara tempat proyek tersebut dilaksanakan, yang menunjukan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu Negara. 3 Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat disekitar proyek. Proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Maka dari itu tujuan dari dilakukannya studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan gagal diantaranya yaitu : 1 kesalahan perencanaan, 2 kesalahan dalam menaksir pasar yang tersedia, 3 kesalahan dalam memperkirakan teknologi yang tepat pakai, 4 kesalahan dalam memperkirakan kontinyuitas bahan baku, kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada, serta 5 pelaksanaan proyek yang tidak terkendalikan sehingga biaya pembangunan proyek menjadi membengkak serta penyelesaian proyek menjadi tertunda. Dalam teori, tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas mungkin menjadi tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika proyek akan dinilai dari perspektif yang lebih luas, maka tujuannya seharusnya adalah memaksimumkan net present value dari semua social cost and benefit.

3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek

Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek – aspek yang secara bersama – sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu 21 penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger 1986 aspek – aspek tersebut terdiri dari aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial dan aspek ekonomi. Husnan dan Muhammad 2000 menyatakan bahwa aspek – aspek yang harus diperhatikan dalam studi kelayakan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek keuangan, dan aspek ekonomi Negara. Dilain pihak, Kadariah 2001 menyebutkan bahwa proyek dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek manajerial administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial serta aspek ekonomi.

3.1.2.1. Aspek Pasar

Pada waktu sekarang aspek pasar menempati prioritas utama dari studi kelayakan proyek. Banyak dijumpai kegagalan proyek karena tidak tersedianya pasar potensial yang cukup terutama di negara sedang berkembang. Beberapa pertanyaan dasar yang perlu dipahami dari aspek pasar adalah berapa potensi pasar market potential yang tersedia dan berapa bagian market share daripadanya yang dapat diraih oleh proyek yang diusulkan serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen Husnan Muhammad 2000. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran Kotler 1997. Alat bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P yaitu produk Product, harga price, tempat place dan promosi promotion. Alat bauran pemasaran yang paling mendasar adalah produk yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Harga adalah jumlah uang yang pelanggan bayar untuk produk tertentu. Tempat termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran dan menghubungkan berbagai penyedia fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayanannya secara efisien kepada pasar sasaran. Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran. 22 Perusahaan harus mempekerjakan, melatih dan memotivasi tenaga penjualnya. Selain itu perusahaan dapat membuat program komunikasi dan promosi yang terdiri dari iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat serta pemasaran langsung online.

3.1.2.2. Aspek Teknis

Menurut Husnan dan Muhammad 2000 aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek selesai dibangun. Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasiluas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan.

3.1.2.3. Aspek Manajemen

Menurut Husnan dan Muhammad 2000 aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam proyek dan manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan proyek merupakan proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar proyek yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya. Pelaksana pembangunan proyek tersebut bisa pihak yang mempunyai ide proyek itu, bisa juga umumnya diserahkan pada beberapa pihak lain. Siapa pun yang akan melaksanakan proyek tersebut, perusahaan yang mempunyai ide membuat proyek perlu mengetahui kapan proyek itu akan mulai bisa beroperasi secara komersial. Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan proyek dalam operasional.

3.1.2.4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Pertimbangan – pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan arah apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap responsive terhadap keadaan sosial tersebut sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan Gittinger 1986. Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup 23 masyarakat, kontribusi proyek dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan proyek.

3.1.2.5. Aspek Finansial

1 Teori Biaya dan Manfaat Analisis finansial diawali dengan analisis biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning proyek, apakah proyek itu akan terjamin atas dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri Kadariah 2001. Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin – mesinnya, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya – biaya lainya seperti penelitian. Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai 24 dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi, contohnya biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan proyek diantaranya pajak, bunga pinjaman dan asuransi Kuntjoro 2002. Gittinger 1986 menyebutkan beberapa biaya yang menyangkut proyek pertanian antara lain meliputi barang – barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan – cadangan tak terduga, pajak, jasa pinjaman, serta biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan nilai suatu proyek bisa diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian dan manfaat tidak langsung proyek. Menurut Kadariah 2001 benefit dari proyek terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit dan intangible benefit. Direct benefit adalah peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya. 2 Laba Rugi Menurut Gittinger 1986, laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntasi yang menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Komponen lain dalam laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen – komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta ke tiap periode yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi 25 berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. 3 Kriteria Kelayakan Investasi Laporan laba rugi mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan laba rugi menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Namun, Husnan dan Muhammad 2000 menyatakan bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba karena kas seseorang bisa berinvestasi dan dengan kas pula seseorang membayar kewajibannya sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan perlu dilakukan analisa aliran kas Cashflow. Kuntjoro 2002 menyebutkan bahwa cashflow adalah susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan antara kegiatan dengan proyek with project dan tanpa proyek without project, arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ke tahun selama jangka hidup life time periods. Adapun yang termasuk kedalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants bantuan dan salvage value nilai sisa. Sedangkan komponen outflow di antaranya biaya barang modal, bahan – bahan, tenaga kerja, tanah, pajak, dan cicilan pinjaman modal. Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisa proyek adalah tingkat pengembalian finansial Gittinger 1986. Kriteria investasi diklasifikasikan menurut dua kategori yaitu non discounting criteria dan discounting criteria. Perbedaan antara konsep ini adalah non discounting criteria tidak menyertakan konsep time value of money nilai waktu sekarang sebagaimana yang diterapkan pada discounting criteria. Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang akan memiliki manfaat yang lebih kecil jika dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan jauh lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang 26 diwujudkan dengan perhitungan present value yaitu adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang. Menurut Husnan dan Muhammad 2000, pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi. Metode tersebut diantaranya metode average rate return, pay back periode, present value, internal rate return, serta profitability indeks. Selain itu, Gittiger 1986 menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi net present value, gross benefit cost ratio dan internal rate return. a Net Present Value atau Manfaat Sekarang Neto Net Present Value atau manfaat sekarang neto adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi Gittinger 1986. Proyek akan menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan, manfaat sekarang arus manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan ketidak cukupan untuk mencakup kembali investasi. Lebih baik menanamkan uang di suatu bank pada tingkat diskonto tertentu atau menginvestasikannya pada proyek lain yang lebih baik dari pada menginvestasikan di dalam proyek tersebut. Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Dan jika NPV=0, berarti proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. b Internal Rate Return Tingkat Pengembalian Internal Perhitungan Internal Rate Return Tingkat pengembalian internal adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya – biaya operasi dan 27 investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal Gittinger 1986. Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingkat diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan. c Net Benefit Cost Ratio Rasio Manfaat dan Biaya Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya Gittinger 1986. Suatu keuntungan dari Net BC adalah bahwa ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik. Net BC Ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Bila Net BC kurang dari satu, maka manfaat sekarang biaya – biaya pada tingkat diskonto tertentu akan lebih besar dari nilai sekarang manfaat dan pengeluaran pertama ditambah pengembalian untuk investasi yang ditanamkan pada proyek tidak akan dapat kembali. Nilai mutlak Net BC akan berbeda tergantung kepada tingkat suku bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat suku bunganya, semakin rendah nilai Net BC yang dihasilkan. Jika tingkat suku bunga yang dipilih cukup tinggi, maka Net BC akan kurang dari satu. d Payback Period Masa Pembayaran Kembali Payback period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan Gittinger 1986. 28 Selama proyek dapat mengembalikan modalinvestasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. Payback period berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk di usahakan. 4 Analisis Sensitivitas Switching Value Nilai Pengganti Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value nilai pengganti adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh – pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah – ubah Gittinger 1986. Pada bidang pertanian, proyek – proyek sensitif berubah – ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi. Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua parameter dapat berubah – ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak. Kriteria kelayakan investasi menjadi tidak layak yaitu proporsi manfaat yang turun akibat manfaat sekarang netoNPV menjadi nol. Nilai nol akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. Batas – batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi. 29

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha di bidang pengemukan sapi potong fattening sangat potensial dan diperkirakan akan semakin berkembang, hal ini tercermin pada jumlah populasi sapi potong yang cenderung statis, tidak dapat mengimbangi jumlah konsumsi daging sapi potong yang semakin meningkat setiap tahunnya. Melihat kenyataan tersebut menunjukan peluang pasar yang sangat besar. PT Zagrotech Dafa International adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang bergerak di bidang agribisnis, berdasarkan atas kondisi pertumbuhan sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri makin meningkat setiap tahunnya, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara permintaan daging sapi dengan populasi sapi potong. Hal ini membuat manajemen PT ZDI berkeinginnan untuk melakukan usaha di bidang penggemukan sapi potong fattening. Saat ini PT ZDI sedang melakukan perencanaan untuk melakukan usaha di bidang penggemukan sapi potong fattening. Bakalan yang akan didatangkan yaitu impor dari Australia. Rencana ini membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga PT ZDI memilikii alternatif pilihan dalam menggunakan modal yaitu modal pinjaman dari Bank. Berdasarkan kemungkinan penggunaan modal tersebut, perlu dirumuskan modal yang memberikan keuntungan maksimum bagi perusahaan dengan skenario pada modal. Selain itu perusahaan juga menghadapi masalah lain yaitu dalam pengadaan bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Perubahan – perubahan yang terjadi terhadap produksi dan harga input perlu diperhatikan terhadap manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh. Perubahan – perubahan yang terjadi seperti penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel. Mengingat besarnya biaya investasi yang akan dikeluarkan maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha ini akan dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial. 30 Hasil dari analisis kelayakan usaha ini akan menjadi pedoman bagi PT ZDI untuk melakukan usaha penggemukan sapi potong fattening. Apabila hasil analisis kelayakan usaha menunjukan bahwa pengusahaan penggemukan sapi potong fattening tersebut layak, maka pengusahaan penggemukan sapi potong fattening akan dijalankan. Sedangkan apabila dari hasil analisis kelayakan usaha menunjukan tidak layak, maka akan menjadi bahan evaluasi bagi PT ZDI. Adapun alur kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 1. 31 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong fattening. Konsumsi Daging Sapi Potong Yang Semakin Meningkat dan Pertumbuhan Pupulasi Sapi Potong Yang Cenderung Statis PT Zagrotech Dafa International Merencanakan Usaha Penggemukan Sapi Potong fattening Analisis Kelayakan Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Manajemen dan Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Skenario Modal Analisis Kelayakan Aspek Finansial Kriteria Kelayakan Proyek NPV, IRR, Net BC, PP Analisis Sensitivitas Switching Value Usaha Penggemukan Sapi Potong fattening LayakTidak Layak Untuk Dijalankan IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Zagrotech Dafa International yang terletak pada km 12 Jalan Raya Bogor – Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini sedang merencanakan proyek untuk melakukan usaha di bidang penggemukan sapi potong fattening. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data