Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian

6 Mengingat besarnya biaya investasi yang akan dikeluarkan maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu : 1 Bagaimana kelayakan usaha penggemukan sapi potong fattening di PT Zagrotech Dafa International dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan ? 2 Bagaimana kelayakan aspek finansial usaha penggemukan sapi potong fattening di PT Zagrotech Dafa International ? 3 Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha penggemukan sapi potong fattening di PT Zagrotech Dafa International jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1 Menganalisis kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. 2 Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International. 3 Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha fattening sapi potong di PT Zagrotech Dafa International.

1.4. Kegunaan Penelitian

PT Zagrotech Dafa International merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha agribisnis di Indonesia. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan memberi informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha fattening sapi potong, khususnya pemerintah agar ikut berperan serta dalam mengurangi ketergantungan impor sapi bakalan ataupun sapi potong serta meningkatkan jumlah populasi sapi potong di Indonesia sehingga kebutuhan akan daging sapi secara nasional dapat terpenuhi, kegunaan dari penelitian ini adalah : 7 1 Bagi PT Zagrotech Dafa International penelitian ini diharapkan sebagai masukan terhadap manajemen perusahaan untuk mengetahui kelayakan usaha fattening sapi potong, serta untuk mengetahui variabel – variabel apa saja yang mempengaruhi usaha fattening sapi potong jika salah satu variabel input naik. 2 Bagi investor diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk menentukan keputusan berinvestasi dalam usaha fattening sapi potong. 3 Bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagaimana teknik fattening sapi potong dan bagaimana kelayakan usaha fattening sapi potong, serta sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan yang menyangkut usaha fattening sapi potong. Diharapkan penelitian ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah agar ikut berperan serta mengembangkan usaha fattening sapi potong di Indonesia agar kebutuhan daging dapat terpenuhi. 4 Bagi mahasiswa dan pihak yang membutuhkan informasi tentang fattening sapi potong, diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta sebagai sumber literatur dan menambah wawasan mengenai usaha peternakan khususnya fattening sapi potong. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Ternak Sapi Potong Usaha peternakan, khususnya peternakan sapi potong di Indonesia umumnya masih dikelola secara tradisional, yang bercirikan dengan usaha hanya sebagai usaha keluarga atau sebagai usaha sampingan. Menurut Soehadji dalam Saragih 2000, tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, dan di klasifikasikan ke dalam kelompok berikut : 1 Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri subsistence. Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak kurang dari 30 persen. 2 Peternakan sebagai cabang usaha, dimana petani peternak mengusahakan pertanian campuran mixed farming dengan ternak sebagai cabang usaha. Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30 – 70 persen semi komersial atau usaha terpadu. 3 Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan single komodity, dengan tingkat pendapatan usaha ternak 70 – 100 persen. 4 Peternakan sebagai usaha industri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus specialized farming dengan tingkat pendapatan usaha ternak 100 persen komoditi pilihan. Menurut Williamson dan Payne 1993, setidaknya ada tiga tipe peternakan sapi di daerah tropis yaitu peternak rakyat atau subsisten, peternak spesialis, dan produsen skala besar. Prawirokusumo 1990 menyatakan bahwa berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu : 1 Usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan sempit, yang mempunyai 1 – 2 ekor ternak, baik ternak ruminansia besar, ruminansia kecil bahkan ayam kampung. 9 2 Usaha backyard yang diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang telah memakai teknologi seperti kandang, manajemen, pakan komersial, bibit unggul, dan lain – lain. 3 Usaha komersial adalah usaha yang benar – benar menerapkan prinsip – prinsip ekonomi antara lain untuk tujuan keuntungan maksimum.

2.2. Sejarah Sapi Potong