Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa individu yang mempersepsi kesepian secara internal dan stabil menganggap dirinya adalah penyebab kesepian tersebut
sehingga individu lebih sulit untuk keluar dari perasaan kesepian itu. Sedangkan, individu yang mempersepsi kesepian secara eksternal dan tidak stabil berharap
sesuatu dapat merubah keadaan menjadi lebih baik sehingga lebih memungkinkan untuk keluar dari perasaan kesepian.
II. A. 4. Perasaan Kesepian
Rubenstein, Shaver, dan Peplau dalam Brehm et al, 2002 menjelaskan ada empat jenis perasaan yang dirasakan oleh orang yang kesepian, yaitu:
1. Desperation
Yaitu suatu keadaan dimana individu merasakan kehilangan harapan dan ketidakberdayaan dalam dirinya sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk
melakukan tindakan nekat. Perasaan-perasaan yang muncul dalam keadaan ini adalah putus asa, tidak berdaya, takutkhawatir, tidak memiliki harapan,
merasa ditinggalkandibuang, merasa diejek. 2.
Impatient boredom Yaitu suatu keadaan dimana individu merasakan kebosanan pada dirinya
sebagai akibat yang muncul dari kejenuhan dalam dirinya. Perasaan-perasaan yang muncul dalam keadaan ini adalah tidak sabar, bosan, ingin berada
ditempat lain, gelisah, marah, tidak dapat berkonsentrasi. 3.
Self-deprecation Yaitu suatu keadaan dimana individu menyalahkan dan mencela dirinya
sendiri atas peristiwa atau situasi yang dialaminya. Perasaan-perasaan yang
Universitas Sumatera Utara
muncul dalam keadaan ini merasa diri tidak menarik, rendah diri, merasa bodoh, malu, merasa tidak aman.
4. Depression
Yaitu suatu keadaan dimana individu merasakan kesedihan yang dalam atau individu merasa tertekan. Perasaan-perasaan yang muncul dalam keadaan ini
adalah sedih, tidak semangat, merasa kosong, terkucil, menyesali diri, murung, merasa asing, rindu seseorang yang istimewa.
II. A. 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesepian
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesepian adalah Brehm et al, 2002: 1.
Jenis kelamin Studi tentang kesepian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesepian
antara laki-laki dan perempuan. Namun, laki-laki lebih sulit daripada perempuan untuk menyatakan secara terbuka bahwa mereka mengalami
kesepian. Studi yang dilakukan Stack dalam Brehm et al, 2002 menyatakan bahwa pernikahan mengurangi kemungkinan laki-laki mengalami kesepian
daripada perempuan. Lebih lanjut, Fischer Philips dalam Brehm et al, 2002 menjelaskan bahwa laki-laki akan lebih rentan terhadap kesepian ketika
tidak memiliki pasangan sehingga mengalami isolasi emosional sedangkan perempuan lebih rentan terhadap kesepian ketika sebuah pernikahan
mengurangi kesempatan baginya untuk memiliki jaringan sosial sehingga mengalami isolasi sosial.
Universitas Sumatera Utara
2. Usia
Analisis yang dilakukan Perlman menunjukkan bahwa individu yang paling merasa kesepian berada pada usia remaja dan dewasa dini dimana kesepian
akan menurun seiring dengan bertambahnya usia dan meningkat kembali ketika individu memasuki usia lansia. Para remaja dan individu dewasa dini
menghadapi banyak tugas-tugas sulit untuk menemukan identitas sebagai individu dimana tanpa ketetapan diri yang kokoh akan sangat mudah bagi
individu untuk merasa tidak dihargai dan tidak dicintai oleh orang lain. Pada usia itu, individu juga banyak mengembangkan hubungan yang baru dalam
berbagai situasi dimana setiap situasi baru itu memungkinkan individu mengalami kesepian. Individu dewasa dini lebih memiliki pengharapan yang
besar terhadap hubungan yang dimiliki yaitu keinginan dan pemahaman akan kesempurnaan serta kesesuaian dalam hubungan dibandingkan individu usia
tua yang belajar untuk hidup dengan kekurangan yang ada dalam suatu hubungan.
3. Status pernikahan
Pada umumnya, unmarried people individu yang tidak menikah, berpisahbercerai, dan individu yang kehilangan pasangan akibat kematian
lebih rentan terhadap kesepian daripada individu yang menikah. Namun, ada kecenderungan menunjukkan bahwa individu yang tidak menikah paling
kurang merasakan kesepian dibandingkan dengan individu yang berpisahbercerai dan individu yang kehilangan pasangan akibat kematian.
Dengan demikian, kesepian muncul sebagai reaksi atas hilangnya hubungan pernikahan daripada ketiadaan hubungan pernikahan. Individu yang telah
Universitas Sumatera Utara
menikah juga dapat memiliki risiko mengalami kesepian ketika individu merasa tidak bahagia dalam perkawinannya Demir Fisiloglu dalam Brehm
et al, 2002. 4.
Status sosial ekonomi Weiss dalam Brehm et al, 2002 melaporkan fakta bahwa individu dengan
tingkat penghasilan yang rendah cenderung mengalami kesepian lebih tinggi daripada individu dengan tingkat penghasilan tinggi.
5. Pendidikan
Weiss dalam Brehm et al, 2002 juga melaporkan bahwa pendidikan memiliki hubungan yang negatif dengan kesepian. Artinya, semakin tinggi
tingkat pendidikan individu maka kecenderungan kesepian yang dirasakan akan semakin rendah; dan sebaliknya. Latar belakang pendidikan ikut
mempengaruhi pola pikir serta memperluas wawasan dan cara pandang individu, sehingga individu mampu untuk melihat dari sudut pandang pribadi
maupun sudut pandang yang lain secara lebih positif sehingga mampu mengatasi dan mencari solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi
Long et. al dalam Pujiastuti Retnowati, 2004.
II. A. 6. Reaksi Terhadap Perasaan Kesepian