PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK PAIR SHARE) MELALUI SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI YANG BERKAITAN DENGAN REDOKS

(1)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TPS

(THINK PAIR SHARE)

MELALUI

SNOWBALL THROWING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA

KOMPETENSI YANG BERKAITAN DENGAN REDOKS

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Tri Yudi Waluyo Pambudi 4301408025

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

Hari : jumat

Tanggal : 30 November 2012

Semarang,30November 2012

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Woro Sumarni, M.Si Dra. Sri Nurhayati, M.Pd


(3)

iii

PENGESAHAN Skripsi yang berjudul:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TPS

(THINK PAIR SHARE)

MELALUI

SNOWBALL THROWING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA

KOMPETENSI YANG BERKAITAN DENGAN REDOKS

Disusun oleh

Nama : Tri Yudi Waluyo Pambudi

NIM : 4301408025

telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 19 Desember 2012.

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dra. Woro Sumarni, M.Si

NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19650723 199303 2 001 Penguji I

Prof. Drs. A. Binadja, Apt, Ph. D NIP. 19481226 197903 1 001

Penguji II/ Pembimbing II Penguji III/ Pembimbing I

Dra. Sri Nurhayati, M.Pd Dra. Woro Sumarni, M.Si


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri bukan plagiat karya dari orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat atau karya orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,30November 2012


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Q.S Al-Baqarah: 286).

Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya dengan ilmu tersebut menuju (HR. Muslim).

Persembahan:

Ibu dan bapak tercinta yang telah memberi semangat,

Kakak tercinta Eko Yudi Astuti dan semua keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat,

Sahabat-sahabatku khususnya buat Ajeng Diasputri, Umi Rahmawati yang telah membantu dan memberi semangat,

Teman-teman kos vila, imam, yudi, khoirul yang memberi semangat dan menghibur saya ketika galau.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TPS ( Think Pair Share) Melalui Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Yang Berkaitan Dengan Redoks”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan, petunjuk, saran bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang. 3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang.

4. Ibu Dra. Woro Sumarni, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Sri Nurhayati, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala SMA Negeri 1 Tunjungan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

7. Guru mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan selama penelitian ini.


(7)

vii

8. Staf TU dan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Tunjungan yang telah bekerja sama dengan baik.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi dalam dunia pendidikan dan bagi pembaca khususnya.

Semarang, 30 November 2012


(8)

viii ABSTRAK

Yudi, Tri. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tps (Think Pair Share) Melalui Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Yang Berkaitan Dengan Redoks. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Dosen Pembimbing I: Dra. Woro Sumarni, M.Si, Dosen Pembimbing II: Dra. Sri Nurhayati, M.Pd

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tps (Think Pair Share), Snowball Throwing, hasil belajar.

Berdasakan observasi guru menerapkan model pembelajaran konvensional yang mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tps (think pair share)melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa, serta berapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tps (think pair share)melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Dimana sampel yang digunakan yaitu kelas X1 dan X2. Kelompok eksperimen (X2) menggunakan model pembelajaran kooperatif tps (think pair share)melalui snowball throwing, sedangkan kelompok kontol (X1) menggunakan model pembelajaran kooperatif tps (think pair share)tanpa melalui snowball throwing. Berdasarkan data pretestdan post test terjadipeningkatan nilai kelas eksperimen51% dan pada kelas kontrol 48% dan melalui uji t diperoleh untuk kelas eksperimen 1,2 dan kelas kontrol 0,8 jadi dapat disimpulkan hasil belajar siswa kelas ekperimen lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa kelas kontrol. Berdasarkan uji perbedaan rata-rata hasil belajar, diperoleh thitung (4)> ttabel(1),

maka disimpulkan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. Pada uji ketuntasan belajar, secara klasikal jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan pada kelas eksperimen sebanyak 30 siswa sedangkan pada kelas control sebanyak 27 siswa yang berarti kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar dan kelompok kontrol belum mencapai ketuntasan belajar. Uji korelasi diperoleh harga koefisien biserial sebesar 0,579. Rata-rata nilai hasil belajar ranah afektif kelas eksperimen (83) lebih baik daripada kelas kontrol (75). Rata-rata nilai hasil belajar ranah psikomotorik kelas eksperimen (84) sama baiknya dengan nilai hasil belajar ranah psikomotorik kelas kontrol (72).

Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tps ( think pair share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas x pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks dengan memberikan kontribusi sebesar 33,56%. Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah guru kimia hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tps (think pair


(9)

ix

share)melalui snowball throwingdalam proses pembelajaran sebagai variasi metode mengajar.


(10)

x ABSTRACT

Yudi, Tri. 2012. The Impact from cooperativeTPS (Think Pair Share) learning Model aided by snowball throwing in Redox. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Dosen Pembimbing I: Dra. Woro Sumarni, Dosen Pembimbing II: Dra. Sri Nurhayati, M.Pd.

Keywords: CooperativeTPS ( think pair share) Learning Model, snowball throwing

In the research that has been done by researcher, the problem wanted to be analyzed was about WHETHER there was any impact fromcooperativeTPS (think pair share) Learning Model and snowball throwing, also how much was the impact howard the learning out comes. The population of this research involved students of X SMAN 1 Tunjungan 2011/2012. The sampels of population were selectedby using purposive sampling technique that took sample from 1 and X-2. Experiment group (X-2) usedcooperativeTPS (think pair share) learning Model aided by snowball throwing, mean while control group (X-1) used just cooperativeTPS (think pair share). By looking at the average of pretest and post test score improvment 51% experiment class and 48% for control class and analyzing result can be 1,2 for experiment class and 0,8 for control class concluded that the result of study from student, of experiment class is better than students of control class result. According to average differences of study result experiment, getting thitung (4)> ttabel (1), so that concluded the average result of

study group experiment is better than control group. On completeness of study experiment, the percentage of completeness from experiment class iss 30 students, and control class is about 27 students that means that experiment class already reached the completeness of study and the otherhand control class didn‟t the correlation experiment is gotten coefficient biserial value is about 0,579. The average score in affective experiment class (83) is better than control class (75). The average score in psychomotor experiment class (84) same as well as the result of study in psychomotor control class (72). So that can be concluded that cooperativeTPS ( think pair share) learning Model aided by snowball throwing influences to result of study from students in Redox by giving the contribution 33,56% main subject.


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

a) Latar Belakang Masalah ... 1

b) Rumusan Masalah... ... 6

c) Tujuan Penelitian ... 7

d) Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Belajar ... 8

2.2 Hasil Belajar ... 8

2.3Model Pembelajaran Kooperatif TPS (Think-Pair-Share) ... 10


(12)

xii

2.5Pembelajaran Kimia Kompetensi Redoks ... 15

2.6Pembelajaran Kimia kooperatif TPS (Think-Pair-Share) melalui Snowball Throwing ... 19

2.7Kerangka Berpikir ... 21

2.8Hipotesis……….. ... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN... 25

3.1 Penentuan Objek Penelitian ... 25

3.2 Metode Pengumpulan Data... ... 27

3.3 Prosedur Penelitian... 27

3.4 Rancangan Eksperimen ... 28

3.5 Perangkat Penelitian... ... 29

3.6 Instrumen Penelitian... 30

3.7 Analisis Instrumen Penelitian ... 33

3.8 Metode Analisis Data ... 40

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.2 Pembahasan ... 57

BAB 5 PENUTUP ... 72

5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 76

Lampiran 2. RPP Pertemuan1 Kelas Kontrol ... 78

Lampiran 3. RPP Pertemuan2Kelas Kontrol ... 86

Lampiran 4. RPP Pertemuan3Kelas Kontrol ... 92

Lampiran 5. RPP Pertemuan4Kelas Kontrol ... 99

Lampiran 6. RPP Pertemuan5Kelas Kontrol ... 107

Lampiran 7. RPP Pertemuan1 Kelas Eksperimen ... 118

Lampiran 8. RPP Pertemuan2Kelas Eksperimen ... 129

Lampiran 9. RPP Pertemuan3Kelas Eksperimen ... 135

Lampiran 10. RPP Pertemuan4Kelas Eksperimen ... 142

Lampiran 11. RPP Pertemuan5Kelas Eksperimen ... 151

Lampiran 12. Lembar Kerja Siswa Konsep Redoks ... 162

Lampiran 13. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Materi Pokok Redoks... 173

Lampiran 14. Tes Soal Uji Coba ... 175

Lampiran 15. Kunci dan Pembahasan Soal Uji Coba... 186

Lampiran 16. Soal Post-Test ... 193

Lampiran 17. Kunci dan Pembahasan Post-Test ... 202

Lampiran 18. Panduan Observasi Aspek Afektif Siswa ... 207

Lampiran 19. Panduan Observasi Aspek Psikomotorik Siswa ... 210

Lampiran 20. Data Nilai Mid Semester 2 Kelas X1-X5 ... 213


(14)

xiv

Lampiran 22. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X2 ... 215

Lampiran 23. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X3 ... 217

Lampiran 24. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X4 ... 218

Lampiran 25. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X5 ... 219

Lampiran 26. Data Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 221

Lampiran 27. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 222

Lampiran 28. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 223

Lampiran 29. Uji Kesamaan Dua Varians Pretest ... 224

Lampiran 30. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pretes... 226

Lampiran 31. Data Nilai Post-Test... ... 228

Lampiran 32. Uji Normalitas Data Nilai Post-Test Kelas X1(Kontrol) ... 229

Lampiran 33. Uji Normalitas Data Nilai Post-Test Kelas X2(Eksperimen) ... 231

Lampiran 34. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ... 232

Lampiran 35. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ... 234

Lampiran 36. Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Post-Test ... 236

Lampiran 37. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Nilai Post-Test ... 238

Lampiran 38. Uji t Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif ... 240

Lampiran 39. Uji Hipotesis ... 241

Lampiran 40. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 242

Lampiran 41. Perhitungan Reliabilitas ... 243

Lampiran 42. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 244


(15)

xv

Lampiran 44. Perhitungan Validitas Butir Soal ... 246

Lampiran 45. Hasil Analisis Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukarandan Reliabilitas Soal ... 248

Lampiran 46. Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 250

Lampiran 47. Lembar Penilaian Afektif Kelas Kelas Kontrol ... 251

Lampiran 48. Lembar Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 252

Lampiran 49. Lembar Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol ... 253

Lampiran 50. Tanggapan Siswa Kelas Kontrol ... 254

Lampiran 51. Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen ... 255

Lampiran 52. Pertanyaan yang dibuat oleh siswa ... 256


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 25

Tabel 3.2 Rancangan Eksperimen ... 28

Tabel 3.3 Klasifikasi Taraf Kesukaran... 38

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembedaan Soal ... 39

Tabel 3.5 Tingkat Hubungan Antar Variabel ... 46

Tabel 3.6 Kriteria Nilai Afektif dan Psikomotorik ... 48

Tabel 3.7 Kriteria Nilai Angket ... 49

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Populasi ... 50

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Post-Test ... 51

Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians ... 52

Tabel 4.4 Perbedaan Dua Rata-Rata ... 52

Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar ... 53

Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi... 54

Tabel 4.7 Hasil Uji Ketuntasan Hasil Belajar ... 55

Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif ... 56


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Kerangka Berfikir... 23

Grafik 4.1 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 61

Grafik 4.2 Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ... 63

Grafik 4.3 Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen... 63

Grafik 4.4 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif ... 64

Grafik 4.5 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Psikomotorik ... 66

Grafik 4.6 Angket model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing ... 68

Grafik 4.7 Angket model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)melalui snowball throwing ... 68


(18)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya perbaikan di bidang pendidikan telah dilaksanakan oleh berbagai pihak. Hal ini dapat dilihat dengan adanya penyempurnaan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, sarana prasarana, alat dan media pengajaran serta penilaian pendidikan. Perbaikan ini terjadi di semua jenjang pendidikan dan semua bidang studi. Oleh karena itu guru sebagai komponen pengajar dituntut memiliki pengetahuan yang luas, ketrampilan yang beragam serta sikap yang profesional dalam membelajarkan siswa-siswanya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP, kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dinamakan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam KTSP, pembelajaran pada kelompok materi pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir, dan analisis siswa (Mulyasa, 2007: 98). Hal ini mengandung makna bahwa siswa tidak lagi sebagai penerima informasi yang pasif, melainkan menjadi siswa yang selalu aktif dan kreatif.


(19)

2

Berdasarkan tuntutan KTSP, pembelajaran sains dilaksanakan dengan pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu berkompetisi di era globalisasi ini. Dengan sistem pembelajaran yang berdasarkan pada KTSP ini, diharapkan siswa dapat menyerap ilmu dengan melalui suatu proses penemuan langsung yang akan menumbuhkan keaktifan mereka. Oleh karena itu, pembelajaran sains yang masih menempatkan guru sebagai pusat dan siswa sebagai gelas kosong yang harus siap diisi sesuai dengan kemampuan guru, harus diganti dengan pembelajaran sains yang dilakukan dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa.

Pembelajaran kimia juga tidak lepas dari tuntutan KTSP. Guru kimia dituntut dapat membelajarkan siswa dengan kegiatan-kegiatan bermakna yang dapat merangsang pemikiran siswa. Salah satunya adalah materi kimia itu sendiri. Redoks, misalnya yang dianggap sebagian besar siswa sebagai materi yang sulit. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa, sebagian mereka berpendapat bahwa materi Redoks susah dipahami, ada materi yang mudah dan juga ada yang sulit. Banyak hal yang dipelajari dalam pokok materi ini, diantaranya adalah mengetahui perubahan bilangan oksidasi, mengetahui reduktor dan oksidator dari suatu reaksi redoks.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMANegeri1Tunjungan kelas Xdengan melakukan survei diperoleh data hasil belajar siswa kelas X untuk tahun ajaran 2010/2011 pada materi Redoks. Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa ketuntasan klasikal siswa dalam menguasai materi Redoks adalah 55%, dan nilai kriteria ketuntasan minimal di


(20)

sekolah tersebut untuk mata pelajaran kimia adalah 67. Jadi dapat dikatakan nilai rata-rata siswa tidak mencapai standar kelulusan kompetensi di sekolah tersebut. Atas dasar hasil survei itu maka perlu upaya yang terus-menerus untuk mencari dan menemukan pendekatan pembelajaran kimia yang mampu memotivasi siswa untuk terus aktif dalam mengikuti pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Wawancara dengan guru mata pelajaran kimia dan beberapa siswa yang telah dilakukan di SMANegeri1Tunjungan, didapatkan bahwa selama ini pelaksanaan pembelajaran kimia di SMA tersebut masih didominasi oleh metode ceramah. Kegiatan praktikum yang dilakukan hanya untuk membuktikan materi yang diterima dari guru atau teori yang ada di buku/LKS. Selama ini pendidik hanya menyajikan prosedur-prosedur praktikum, kemudian siswa hanya menjalankan apa yang sudah tertulis pada prosedur praktikum. Akibatnya siswa menjadi cenderung pasif atau kurang aktif dalam bertindak maupun berfikir.

Pembelajaran materi pokok Redoks merupakan salah satu bahan kajian kimia kelas X semester 2 SMA atau MA. Konsep serta fenomena materi pokok Redoks dapat diamati dan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya petasan, kembang api, dan lain sebagainya. Namun, dalam materi pokok ini siswa sering kesulitan dalam membayangkan hal-hal yang dianggap abstrak. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, guru lebih aktif sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi. Sedangkan siswa hanya sebagai subjek yang harus menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya siswa memiliki banyak


(21)

pengetahuan tetapi tidak pernah dilatih untuk menemukan pengetahuan, tidak dilatih untuk menemukan konsep, sehingga siswa cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti pelajaran, serta cepat lupa dengan materi yang diajarkan. Keaktifan siswa dikatakan rendah karena kurangnya percobaan dalam pembelajaran sains, sehingga kurang adanya interaksi antara siswa dan guru dalam tanya jawab. Padahal dengan adanya pancingan-pancingan pertanyaan akan mendorong siswa untuk bersikap dan berfikir lebih aktif.

Masalah-masalah ini dapat diatasi dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, Model pembelajaran tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari

Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Model pembelajaran Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca.

Adapun kelebihan-kelebihan model pembelajaran TPS (Think Pair Share)Triyanto,(2009:82)adalah:


(22)

1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

2. Dapat meningkatkan rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

3. Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya. 4. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang disampaikan. 5. Pengajaran menjadi lebih terpusat pada siswa.

6. Siswa dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri.

Selain dengan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share), peneliti juga menggunakan metodesnowball throwing.

Snowball throwingmenurut Saminanto (2010:37) “Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.

Metode snowball throwing memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar serta menuntut siswa mampu berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang muncul. Selain itu, dengan bantuan media pembelajaran snowball throwing diharapkan siswa lebih semangat, nyaman dan menyenangkan dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh


(23)

guru serta konsep – konsepnya dapat disampaikan dengan benar dan tepat pada sasarannya.

Oleh karena itu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing kooperatif TPS (Think Pair Share)

melalui snowball throwing, siswa diharapkan dapat membangun gagasan pengetahuan,konsep dari kompetensi yang berkaitan dengan Redoks.

Hal ini mendorong peneliti menerapkan model pembelajaran yang dapat membantu mengatasi kesulitan belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi yang berkaitan denganRedoks. Peneliti menerapkanmodel pembelajaran kooperatif Think-Pair-Sharemelaluisnowball throwing. Diharapkan dari hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi yang berkaitan denganredoks.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TPS ( THINK PAIR SHARE) Melalui Snowball Throwing

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Yang Berkaitan DenganRedoks”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan diangkat dalam studi ini sebagai berikut:


(24)

1. Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan denganredoks?

2. Berapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan denganredoks?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa

kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks.

2. Berapa besar kontribusi pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa

kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks. 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberi informasi mengenai pengaruh hasil belajar kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks.

2. Sebagai pertimbangan guru mata pelajaran kimia dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar kimia.

3. Menambah wawasan bagi peneliti dan sebagai acuan untuk pengembangan penelitian berikutnya.


(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar juga memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia (Anni 2006:2). Sedangkan menurut Morgan et al. dalam (Anni 2006:2) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Winkel dalam Darsono (2000:4) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adnya pengalaman. Perubahan tingkah laku ini menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. Misalnya, perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kebiasaan, ataupun sikap. Sedangkan yang dimaksud pengalaman adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.

2.2 Hasil Belajar

Dalam psikologi belajar, belajar merupakan suatu hal yang sangat penting, yang karena pentingnya, sebagian eksperimen diarahkan pada tercapainya pemahaman yang luas dan mendalam dari proses belajar manusia. Karena arti penting tersebutlah Tohrin (2005:58) mengemukakan pendapatnya “Belajar


(26)

merupakan key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi aktif antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku Tingkah laku yang dimaksud adalah dalam pengertian luas “yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik”(Tohrin, 2005:7) yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap, perubahan tersebut bersifat menetap dan diperoleh melalui latihan atau pengalaman.

Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Istilah ini juga sering disebut prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Nana Sudjana (1991) dalam Thohrin (2005:

151),”pencapaian pretasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek

-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”. Menurut Tohrin (2005:7) ketiga -aspek tersebut dapat dijabarkan sebagaimana berikut :

Tingkah laku motorik adalah tingkah laku dalam bentuk gerakan, seperti berjalan, berlari, duduk, dan lain sebagainya. Tingkah laku kognitif adalah tingkah laku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam disekitarnya, seperti pengamatan, berpikir, mengingat, mencipta dan sebagainya. Tingkah laku afektif adalah tingkah laku dalam bentuk perasaan emosi, seperti senang, nikmat, gembira, sedih, cinta, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa sebagai


(27)

hasil baik berupa angka atau huruf maupun tindakannya yang merupakan hasil pengalaman dalam periode tertentu. Dalam pemberian nilai sebagai tolak ukur keberhasilan siswa hendaknya menyangkut tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, psikomotorik sehingga hasilnya merupakan perwujudan hasil belajar yang sebenarnya. Hasil belajar yang sebenarnya adalah kompleksisitas yang menyangkut berbagai pola tingkah laku sebagai hasil belajar.

2.3 Model pembelajaran kooperatif TPS ( Think-Pair-Share)

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah TPS (Think-Pair-Share). TPS (Think-Pair-Share)adalah sebuah strategi yang menumbuhkan partisipasi

siswa di kelas. Siswa diajarkan menggunakan responsnya untuk menjawab pertanyaan.

Komponen-komponen TPS (Think-Pair-Share):

1. Siswa mendengarkan ketika guru memberi pertanyaan. 2. Siswa diberi waktu berpikir untuk menjawab

3. Siswa kadang-kadang member isyarat untuk berpasangan dengan teman sebangkunya dan berdiskusi menjawab pertanyaan.

4. Akhirnya, siswa berbagi jawaban di grupnya.

Manfaat TPS (Think-Pair-Share) bagi siswa adalah siswa mempunyai waktu berpikir sendiri menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan dijawab dan

didiskusikan di depan kelas. Mereka berlatih mental untuk menjawab dan kadang-kadang berdebat dengan siswa lainnya. Sebelum di presentasikan di depan kelas. Semua siswa mempunyai kesempatan berbagi pikran dengan siswa lainnya,


(28)

dengan demikian menambah pengetahuannya.TPS (Think-Pair-Share) adalah model pembelajaran kooperatif dan manfaat untuk siswa seperti dalam menerima kompetensi yang berkaitan dengan, dukungan kerabat, prestasi, penghargaan diri. Model pembelajaran kooperatif memiliki efek yang positif.

Model pembelajaran tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa resitas dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelas secara keseluruhan. Pembelajaran Think-Pair-Share mempunyai struktur yang sederhana sebagai salah satu dasar dari perkembangan “kelas kooperatif”.

Model Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir

dan merespons serta saling membantu yang lain (Triyanto 2007: 61). Sebagai contoh, seorang guru memberikan latihan soal pada siswa. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk memikirkan secara lebih serius mengenai soal-soal tersebut. Kemudian, siswa diajak untuk mendiskusikan jawaban soal teesebut sewcara berpasangan. Dari hasil diskusi dengan pasangannya akan diperoleh suatu kesimpulan yang akan dikemukakan dan didiskusikan kembali dengan kelompok yang lebih besar (dalam hal ini adalah teman-teman dalam 1 kelas). Pelaksanaan pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-langkah yang sederhana. Meskipun demikian langkah sederhana tersebut harus diperhatikan terutama menghindari kesalahan dalam kerja kelompok.

Langkah-langkah dalam Model Think-Pair-Share dapat dijabarkan sebagai berikut:


(29)

a. Langkah I : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu 1 menit berpikir sendiri menyelesaikan pertanyaan tersebut.

b. Langkah II : Berpasangan (Pairing)

Guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama, jika suatu pertanyaan telah diajukan / penyampaian ide bersama jika suatu pertanyaan khusus telah diidentifikasikan. Biasanya guru mengizinkan berdiskusi selama 5 menit.

c. Langkah III : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah dibicarakan dengan pasangannya. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke yang pasangan lain, sehingga ¼ atau ½ dari pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

Langkah-langkah / alur pembelajaran model Think-Pair-Share sebagai berikut:

Langkah I : Guru menyampaikan pertanyaan.

Aktivitas : Guru melakukan apersepsi menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan kompetensi yang berkaitan dengan yang disampaikan.


(30)

Langkah II : Siswa berpikir secara individual.

Aktivitas : Guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing.

Langkah III : Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangannya.

Aktivitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam kerja kelompok.

Langkah IV: Siswa berbagi jawaban mereka pada seluruh kelas

Aktivitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individu dan kelompok di depan kelas.

Langkah V : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan

Aktivitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah didiskusikan.

2.4 Snowball Throwing

Menurut Winata putra (dalam Sugandi, 2004: 84) model pembelajaran (models of teaching) adalah pola yang digunakan guru dalam menyususn


(31)

kurikulum,mengatur kompetensi yang berkaitan dengan pelajaran dan memberi petunjuk dalam setting pembelajaran.

Lie (2004: 12) menyatakan bahwa sistem pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa dalam tugas-tugas terstruktur dalam sebuah tim/kelompok kecil. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.

Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya

yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan sederhana yang bias dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan yang dipelajarinya. Metode snowball throwing adalah metode yang digunakan untuk memperdalam satu topik. Metode ini biasa dilakukan dengan tujuan supaya melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Selanjutnya, membuat pertanyaan menggunakan kertas yang diremas – remas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar – lemparkan kepada siswa lain dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kemudian siswa yang mendapat bola kertas langsung dibuka dan menjawab pertanyaan yang berada didalamnya.


(32)

Langkah-langkah menggunakan Snowball Throwing (Widodo 2008) sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang berkaitan dengan yang akan disajikan 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua

untuk memberikan penjelasan tentang kompetensi yang berkaitan dengan 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing

kemudian menjelaskan kompetensi yang berkaitan dengan yang disampaikan oleh guru kepada temannya

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut kompetensi yang berkaitan dengan yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit

6. Setelah siswa dapat satu bala / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian

7. Evaluasi 8. Penutupan

2.5 Pembelajaran Kimia Kompetensi Redoks

Reaksi redoks yaitu reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi secara bersamaan.

Ada 3 konsep redoks :


(33)

Reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengikat oksigen, sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi yang melepaskan oksigen.

Contoh:

reaksi oksidasi : C(s) + O2(g)→ CO2 (g)

reaksi reduksi : Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(s) + 3CO2(g)

b. Konsep serah terima elektron

Reaksi oksidasi adalah reakasi pelepasan elektron, sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi penerimaan elektron.

Contoh:

reaksi oksidasi : Na(s) → Na+

(aq) + e -reaksi reduksi : S(s) + 2e-→ S2-(aq)

c. Konsep perubahan bilangan bilangan oksidasi

Bilangan Oksidasi adalah muatan positif atau negatif yang terdapat pada atom.

Aturan penentuan bilangan oksidasi sebagai berikut: a. Unsur bebas, memiliki bilangan oksidasi = 0

Contoh: H2, Br2, memiliki bilangan oksidasi = 0

b. Oksigen

Dalam senyawa, oksigen memiliki bilangan oksidasi = –2, kecuali: 1. Dalam peroksida (H2O2) bilangan oksidasi O = –1

2. Dalam superoksida (H2O4) bilangan oksidasi O =-1/ 2

3. Dalam OF2 bilangan oksidasi O = +2


(34)

Dalam senyawa, bilangan oksidasi H = +1 Contoh: dalam H2O, bilangan oksidasi H = 1

Dalam hibrida, bilangan oksidasi H = –1 d. Unsur golongan IA

Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IA = +1 Contoh: Na, K memiliki bilangan oksidasi = +1

e. Unsur golongan IIA

Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IIA = +2 Contoh: Ba, Mg, memiliki bilangan oksidasi = +2

f. Bilangan oksidasi molekul = 0 g. Bilangan oksidasi ion = muatan ion

Contoh: Al3+ memiliki bilangan oksidasi = +3 h. Unsur Halogen

F bilangan oksidasi = 0, -1

Cl bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +3, +5, +7 Br bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7 I bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7

Reaksi oksidasi adalah reaksi pertambahan bilangan oksidasi reaksi reduksi adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi


(35)

contoh:

Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu B.O Zn=0 B.O Cu= +2 B.O Zn= +2 B.O Cu=0

oksidasi

Tata nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi memiliki ketentuan sebagai berikut.

a. Senyawa biner tersusun atas dua macam unsur, baik logam dan nonlogam maupun kedua unsur-unsurnya nonlogam, nama logam didahulukan diikuti senyawa nonlogam yang diberi akhiran ida.

Contoh:

NaCl : natrium klorida MgO : magnesium oksida

b. Senyawa biner yang mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi maka bilangan oksidasi unsur tersebut ditulis dengan menggunakan angka romawi dalam tanda kurung di belakang nama unsurnya.

FeO : besi(II) oksida Fe2O3 : besi(III) oksida

c. Senyawa ionik diberi nama dengan cara menyebutkan nama kation diikuti nama anion. Jika anion terdiri dari beberapa atom dan mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu macam bilangan oksidasi, nama anion tersebut


(36)

diberi imbuhan hipo-it, -it, -at, atau per-at sesuai dengan jumlah bilangan oksidasi.

Contoh:

Na2CO3 : natrium karbonat

KCrO4 : kalium kromat

K2Cr2O7 : kalium dikromat

HClO4 : asam perklorat (bilangan oksidasi Cl=+7)

2.6 Pembelajaran Kimia model pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share ) melalui snowball throwing

Model pembelajaran kooperatif TPS (Think-Pair-Share)adalah sebuah model pembelajaran kooperatif dan manfaat untuk siswa seperti dalam menerima kompetensi yang berkaitan dengan, dukungan kerabat, prestasi, penghargaan diri.

Dalam proses KBM langkah-langkah menerapkan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share:

a. Langkah I : Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri menyelesaikan pertanyaan tersebut.

b. Langkah II : Berpasangan (Pairing)

Guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang permasalahan yang diberikan oleh guru.


(37)

c. Langkah III : Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk mempresentasikan jawaban yang telah didiskusikan bersama kelompoknya di depan kelas.

Sedangkan Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan sederhana yang bias dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran kimia peneliti menerapkan model pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwingpada proses KBM berlangsung peneliti membuat kelompok

berjumlah 8 dimana jumlah siswa adalah 32.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran kimia yang menerapkan model pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwingsebagai berikut:

a. Guru membentuk kelompok

b. Masing-masing kelompok membuat pertanyaan yang di masukkan ke dalam kertas.

c. Ketua kelompok memberikan kertas tersebut kepada kelompok lain

d. Masing-masing kelompok mengerjakan soal yang ada di dalam kertas tersebut.


(38)

e. Salah satu anggota kelompok mempresentasikan jawabannya di depan kelas. 2.7 Kerangka Berpikir

Siswa dalam pembelajaran kompetensi yang berkaitan denganKimia SMA diharapkan memperoleh aspek-aspek yang harus dicapai dalam pembelajarannya yaitu pemahaman konsep, penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah. Pada kenyataannya masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami dan mendalami kompetensi yang berkaitan dengan kimia. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh menjadi kurang baik, bahkan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan.

Kompetensi yang berkaitan denganredoks merupakan kompetensi yang berkaitan dengan ,kimia yang membutuhkan konsentrasi dan pemahaman yang mendalam karena banyak konsep-konsep redoks yang sukar dipahami oleh siswa. Didukung dengan kenyataan bahwa banyak siswa yang kesulitan memahami kompetensi yang berkaitan dengan ini misal menentukan bilangan oksidasi. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh belum maksimal.

Dari permasalahan ini, maka perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengoptimalkan belajar dan meningkatkan hasil belajar kimia. Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaranThink Pair Sharemelalui Snowball Throwing . Dengan menggunakan model pembelajaran yang baru, siswa lebih merasa tertarik untuk belajar karena model ini belum diterapkan disekolah. Siswa diajarkan untuk saling berbagi kepada teman sebangku untuk memecahkan suatu masalah, sehingga seberapa besar masalah yang diberikan guru siswa bersama sama memecahkannya. Selain menarik,mudah


(39)

dilakukan di dalam kelas, model ini juga melatih siswa untuk berani berpendapat, bertanggungjawab dan melatih sosialisasi dengan teman. Bahwa pekerjaan yang sulit akan terasa mudah bila dikerjakan bersama sama. Pada kelas eksperimen digunakan model pembelajaran Think Pair Share melalui Snowball Throwingyang mana diberikan dengan pemberian bimbingan untuk berfikir dan berbagi dengan teman sebangku setelah guru memberikan pertanyaan maupun pernyataan mengenai kompetensi yang berkaitan denganredoks. Pada kelas kontrol digunakanmodel pembelajaran Think Pair Share tanpa bantuan Snowball Throwing.

Dari kedua kegiatan pada masing-masing kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol diharapkan terjadi peningkatan pemahaman terhadap kompetensi yang berkaitan denganredoks sehingga hasil belajar yang diperoleh optimal. Selanjutnya hasil belajar dari kedua kelas tersebut dibandingkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh hasil belajar redoksantara siswa yang diajar denganmodel pembelajaran Think Pair Sharemelalui Snowball Throwingdengan siswa yang diajar denganmodelThink Pair Sharetanpa melalui Snowball Throwing.


(40)

Diagram kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:

Gambar kerangka berfikir Dibandingkan

Hipotesis Pembelajaran

Think-Pair-Share melalui pendekatan snowball throwing

Pembelajaran Think-Pair-Share tanpamelalui pendekatan snowball

throwing

Diharapkan terjadi peningkatan pemahaman

hasil Belajar (Kognitif, Afektif, Psikomotorik) Diharapkan terjadi

peningkatan pemahaman hasil Belajar (Kognitif, Afektif, Psikomotorik)

Pembelajaran kompetensi yang berkaitan dengan redoks di SMA Negeri 1Tunjungan masih didominasi oleh metode ceramah. Sehingga


(41)

2.8 Hipotesis

Hasil belajar kimia antara siswa yang diberi pemebelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share lebih baik daripada siswa yang tidak diberi treatment pada

siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan.

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi, 2002:64). Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

H0 : tidak ada pengaruh model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) melalui

Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa kompetensi yang berkaitan

dengan redoks.

Ha : ada pengaruh model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) melalui

Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa kompetensi yang berkaitan


(42)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Obyek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMAN 1 Tunjungan Blora,pada bulan Maret 2012 3.1.2 Populasi dan sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X SMAtahun 20011/2012 yang terbagi menjadi delapan kelas yaitu kelas X1, X2, X3,

X4, X5, X6, dan X7,X8 dengan perincian sesuai tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa

1 X1 32

2 X2 32

3 X3 32

4 X4 34

5 X5 32

6 X6 32

7 8

X7

X8

32 32 Jumlah 258


(43)

Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan Blora tahun ajaran 2011/2012 semester genap terdiri dari 2 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive cluster sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dari guru.Satu kelas

bertindak sebagai kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Sharemelalui Snowball Throwing, sedangkan kelas lainnya sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Sharetanpa melalui Snowball Throwing.

3.1.3 Variabel Penelitian a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Sharemelalui Snowball Throwing dan model pembelajaran Think Pair Share tanpa

melalui Snowball Throwing. b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil kompetensi yang berkaitan denganredoks kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan tahun pelajaran 2011/2012.

c. Variabel Kontrol

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel kontrol yaitu guru, jumlah jam pelajaran, kompetensi yang berkaitan dengan pelajaran, kurikulum yang berlaku, dan siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama.


(44)

3.1.4 Faktor yang diteliti

Faktor yang diteliti adalah hasil belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar kognitif diukur dengan tes objektif, hasil belajar afektif dan psikomotor diukur dengan lembar observasi.

3.2 Metode Pengumpulan Data 3.2.1.Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai nama-nama siswa anggota sampel dan hasil belajar.

3.2.2. Tes hasil belajar

Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitifkompetensi yang berkaitan denganredoks siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalah post tes.

a) Lembar observasi

Metode observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek psikomotorik dan afektif. Validitas lembar observasi yang digunakan validitas konstruk dengan pertimbangan guru.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, dan tahap pelaksanaan penelitian.

1) Tahap persiapan

a. Observasi yang berkaitan dengan kompetensi yang mendukung penelitian b. Membuat kisi-kisi soal


(45)

2) Tahap Uji Coba

a. Instrumen diuji cobakan pada siswa kelas XI SMAN 1Tunjungan Blora. b. Memberi skor dan menganalisis hasil tes uji coba berupa validitas soal,

daya beda soal, tingkat kesukaran soal yang digunakan untuk menentukan instrumen yang akan digunakan pada akhir penelitian.

3) Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Sharemelalui Snowball Throwingpada kelas eksperimen dan menggunakan

model pembelajaran Think Pair Sharetanpa melalui Snowball Throwingpada kelas kontrol.

3.4 Rancangan Eksperimen

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only control group design, yaitu penelitian dengan melihat nilai post-test

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pola desain tersebut ditunjukkan oleh Tabel 3.2 berikut.

E X 01

K Y 02

Keterangan:

E = Kelompok Eksperimen K = Kelompok Kontrol 01 dan 02` = post test

X = pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing


(46)

Y = pembelajaran model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui snowball throwing

(Sugiyono 2008:75) 3.5 Perangkat Penelitian 3.5.1 Silabus

Silabus yang digunakan pada penelitian ini merupakan silabus KTSP. Isi silabus terdapat pada lampiran1.

3.5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.RPP ini terdapat pada lampiran2-11.

3.5.3 Bahan ajar

Bahan ajar yang digunakan mata pelajaran kimia SMA kelas X semester 2 kompetensi yang berkaitan denganredoksdengan merujuk pada silabus dan kurikulum yang berlaku.

3.5.4 Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa digunakan untuk membelajarkan dan melatih kemampuan berpikir kreatif dalam mengkonstruk konsep / prosedur / cara yang berkaitan dengan redoks dan menyelesaikan soal redoks. Lembar kerja siswa digunakan di dalam kegiatan praktikum.Lembar kerja siswa digunakan pada kelas eksperimen dan kontrol. Lembar kerja siswaini terdapat pada lampiran12.


(47)

3.6 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian meliputi lembar aspek afektif, lembar aspek psikomotorik dan soal post test. Uraian tentang perangkat instrumen penelitian yang dimaksud sebagai berikut :

3.6.1 Lembar Pengamatan Aspek Afektif

Lembar pengamatan aspek afektif digunakan untuk mengukur dan menilai tingkat apresiasi siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Pengamatan aspek afektif dilakukan oleh empat observer. Lembar pengamatan aspek afektif kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol, terdiri atas enam aspek/ indikator meliputi:

1)Perhatian dalam mengikuti pelajaran

2)Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan 3) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan 4)Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas 5) Partisipasi/kerja sama

6) Kejujuran

7) Kemampuan menghargai pendapat teman 8) Kehadiran

9) Kerja sama dengan teman dalam praktikum 10) kelengkapan buku

Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek afektif dari skor 1 (satu) sampai 5 (lima). Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang menggambarkan rendahnya


(48)

nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sebaliknya kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu 5.Lembar pengamatan aspek afektif ini terdapat pada lampiran18.

3.6.2 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik

Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur dan menilai ketrampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada saat praktikum. Di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Penilaian aspek psikomotorik pada saat praktikum meliputi: 1) Mempersiapkan alat dan bahan

2) Keterampilan menggunakan alat

3) Ketepatan melakukan prosedur praktikum 4) Ketepatan dalam melakukan pengamatan 5) Kebersihan ruang dan alat

6) Membuat Laporan praktikum

Lembar pengamatan aspek psikomotorik ini terdapat pada lampiran 19. 3.6.3 Lembar Pengamatan Aspek Kognitif

Tes hasil belajar kognitifdigunakan untuk mengukur dan menilai penguasaan siswa pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks. Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif (pilihan ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas soal C1 (jenjang kemampuan ingatan), soal C2 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C3 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C4 (jenjang kemampuan analisis). Jumlah


(49)

soal 35 (berasal dari 50 buah soal yang diujicobakan) dengan waktu pengerjaan tes 90 menit.

Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes hasil belajar kognitifsebagai berikut:

1. Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. Jumlah soal yang diujicobakan 50 butir dengan alokasi waktu 90 menit.

2. Menentukan tipe atau bentuk soal.

3. Menentukan komposisi jenjang dari perangkat tes yang diuji cobakan, terdiri dari 50 butir soal yaitu:

a. Aspek pengetahuan (C1) terdapat 4 soal b. Aspek pemahaman (C2) terdapat 16soal c. Aspek penerapan (C3) terdapat 16soal d. Aspek analisis (C4) terdapat 14 soal Soal uji coba ini terdapat pada lampiran14.

4. Menentukan kisi-kisi soal. kisi-kisi soal ini terdapat pada lampiran 13. 5. Menyusun butir-butir soal

6. Mengujicobakan soal

7. Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas.

Setelah instrumen tersusun rapi, langkah selanjutnya melakukan konsultasi untuk instrumen seperti soal tes hasil belajar kognitif siswa, lembar observasi, dan angket kepada dosen pembimbing dan guru kolabolator sebagai ahli/ pakar di


(50)

bidang pendidikan (expert validity). Apabila sudah disetujui oleh dosen pembimbing dan guru pamong, instrumen tersebut dapat digunakan.

3.7 Analisis Instrumen Penelitian

Tujuan uji coba untuk memperoleh butir tes yang mempunyai kategori baik dan bisa dipakai untuk penelitian. Analisis perangkat tes, untuk mengetahui validitas ,daya pembeda soal, indeks kesukaran soal dan reliabilitas.

3.7.1 Instrumen Tes

Instrumen tes meliputi tes hasil belajar kognitif siswa (pilihan ganda). Tes hasil belajar kognitif yang berupa nilai objektif dihitung dengan perhitungan 1-0. Apabila jawaban siswa benar di beri 1 dan apabila salah di beri 0.

3.7.1.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Pengujian instrumen dilakukan dengan expert validity, yaitu validitas yang disesuaikan dengan kurikulum dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.Validitas soal selain dikonsultasi dengan ahli juga diujicobakan.

Penelitian ini menggunakan dua macam validitas, yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.

a) Validitas isi soal

Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila kompetensi yang berkaitan dengannya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan


(51)

dosen pembimbing.

b) Validitas butir soal untuk soal pilihan ganda

Validitas butir soal adalah validitas yang menunjukkan bahwa butir tes dapat menjalankan fungsi pengukurannya dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari seberapa besar peran yang diberikan oleh butir soal dalam mencapai keseluruhan skor. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir soal , rumus korelasipoint biseral:

Rpbis = x

Keterangan:

Rpbis = koefisien korelasi biserial

Mp = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal Mt = rata-rata skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah pada tiap butir soal St = Standar deviasi skor total

n = jumlah siswa

Setelah dihitung thit dibandingkan dengan ttabel dengan taraf signifikan 5%.

Jika thit>ttabel maka butir soal dikatakan valid.(Suharsimi, 2006:79)

Maka dari itu dihitung terlebih dahulu harga t-nya dengan rumus:

2

1

2

pbi

pbi

n


(52)

keterangan:

t = t (hitung) atau nilai t yang diperoleh melaui perhitungan

pbi = koefisien korelasi point biserial N = jumlah siswa

Kriteria : jika thitung> ttabel, maka butir soal valid

Hasil analisis uji coba menunjukkan bahwa soal uji coba terdapat 39 butir soal yang valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 42,43, 44, 46, 47, 48, 49 dan 50. Soal-soal valid tersebut belum tentu dapat dipakai sebagai soal post test, karena selain valid, soal yang dijadikan sebagai soal post test juga

harus memenuhi kriteria indeks kesukaran, daya pembeda, dan juga relibilitas c) Validitas Angket

Validitas angket pada umumnya merupakan validitas konstruk atau validitas bangun pengertian. Hal itu berarti guru dalam mengembangkan alat ukur berupa angket harus tahu konstruk, bangun pengertian, atau teori yang menjadi dasar pengembangan kisi-kisi angket. Konstruk suatu aspek dikenal sebagai variabel yang dapat dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator dan seterusnya indikator dituliskan menjadi butir pertanyaan atau pernyataan yang harus direspons oleh siswa yang diukur aspeknya. Validitas angket dapat diukur berdasarkan validitas konstruk dengan pertimbangan ahli, artinya guru dalam mengembangkan angket dapat meminta bantuan ahli yang relevan. Dalam hal ini dosen pembingbing I dan dosen pembimbing II dianggap sebagai ahli.


(53)

d) Validitas Lembar Observasi

Validitas lembar observasi ditentukan atas bangun pengertian atau konstruk dari aspek yang diukur atau dinilai. Jika yang diukur keterampilan praktikum siswa untuk kompetensi yang berkaitan dengan redoks maka isi keterampilan praktikum, berupa gambaran dari setiap kegiatan yang diperlukan untuk praktikum redoks. Demikian juga jika yang dinilai aktivitas siswa maka isi lembar pengamatan harus sesuai dengan konstruksi atau teori aktivitas siswa.

Validitas lembar observasi diukur dengan validitas konstruk dengan pertimbangan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.

3.7.1.2. Reliabilitas Soal Uji Coba

Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Dalam penelitian ini, pengujian tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan reliabilitas internal, yakni perhitungan dilakukan berdasarkan data dari satu kali hasil pengetesan (Suharsimi, 2002:155). Perhitungan reliabelitas internal untuk instrumen ini menggunakan rumus KR-21, dengan rumus sebagai berikut:

Reliabilitas = Keterangan:

K = banyaknya butir soal M = rerata skor total Vt = Varians total


(54)

Kriteria suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11>rtabel

(Suharsimi, 2006:188).

Berdasarkan hasil analisis diperoleh data r11=0.929. Terletak pada interval 0.8-1.0 sehingga kriteria reliabilitas sangat tinggi.

3.7.1.3. Reliabilitas Lembar Observasi

Reliabilitas lembar observasi diukur menggunakan kesepakatan pengamat dengan rumus

6 Σ b 2 R11 = 1 - ---

N (N2– 1) Keterangan:

r11 = koefisien korelasi tata jenjang

b = beda peringkat antara pengamat satu dengan pengamat kedua N = jumlah subyek

(Sudjana, 2002:455)

Dalam hal ini skor masing-masing pengamat diubah menjadi peringkat dari skor tertinggi (peringkat 1) dan seterusnya sampai peringkat terbesar (skor terendah). Jika ada siswa dengan skor yang sama, peringkatnya adalah peringkat reratanya. Beda peringkat (b) diukur dari perbedaan peringkat pengamat satu dengan pengamat kedua untuk siswa yang sama. Seterusnya dihitung jumlah b2, dan dimasukkan ke dalam rumus spearman. Jika harga r11> 0,7 maka lembar

pengamatan sudah dinyatakan reliabel (Widodo,2009:62).

3.7.1.4. Indeks kesukaran soal

Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah atau


(55)

tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Suharsimi, 2003:207). Rumus yang digunakan untuk mengukur indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut :

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran

JBa = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas JBb = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah JSa = banyak siswa pada kelompok atas

JSb = banyak siswa pada kelompok bawah

Dengan interpretasi tingkat kesukaran butirnya dapat menggunakan tolak ukur seperti pada tabel 3.3.

Tabel3.3. Klasifikasi Taraf Kesukaran

Interval Kriteria

IK = 0,00 Terlalu sukar

0,00 < IK < 0,30 Sukar

0,30 < IK < 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu mudah

(Suharsimi, 2006:210)

Dari perhitungan tingkat kesukaran soal diperoleh hasil analisis soal untuk kategori „mudah‟ yakni nomor 4, 12, 25, 39, dan 45. Untuk kategori „sedang‟ yakni nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24,

B A

B A

JS JS

JB JB IK


(56)

26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41,42, 43, 44, 46, 47, 49, dan 50. Dan untuk kategori „ sukar‟ yakni nomor 20, 48.

3.7.1.5. Daya Beda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang kurang pandai (lower group). Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik jika soal tersebut

dijawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan siswa kurang pandai (Suharsimi, 2003:211). Makin tinggi daya pembeda soal , makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan:

DP = daya pembeda soal

JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok atas JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok

bawah

JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Interval Kriteria

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik

0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat baik

(Suharsimi, 2006:218)

Melalui hasil perhitungan daya pembeda soal maka diperoleh soal yang

mempunyai daya beda „jelek‟ yaitunomor 4, 9, 16, 17, 20, 28, 32, 33, dan 36. Soal

A B A

JS JB JB DP


(57)

yang mempunyai daya beda „cukup‟ yaitu nomor 21, 25, 41, 45, dan 48. Soal yang mempunyai daya beda „baik‟ yaitu nomor 3, 5, 8, 10 , 12, 14, 16, 18, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 34, 35, 39, 40, 42, 43, 44, 46, 47, 49 dan 50. . Sedangkan Soal yang mempunyai daya beda „baik sekali‟ yaitu nomor 1, 2, 6,7, 11, 13, 15,19, 30, 31, 37, 38, dan 20.

3.7.2 Instrumen Non Tes

Instrumen non tes menggunakan lembar observasi (lembar observasi aspek afektif, psikomotorik) dan angket. Untuk mengetahui validitas lembar observasi dan angket tidak diadakan ujicoba. Penyusunan instrumen lembar observasi dan angket yang dilakukan peneliti mengikuti validitas konstruk dengan persetujuan ahli yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Validitas konstruk merupakan salah satu validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruk apabila instrumen tersebut disusun sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen (Suharsimi, 2007: 67)

3.8 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian terdiri atas dua tahap yaitu tahap awal dan tahap akhir. Tahap awal digunakan untuk mengetahui kondisi populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel dan tahap akhir digunakan untuk menguji efektifitas pembelajaran kimia.

3.8.1 Analisis Tahap Awal

Analisis tahap awal digunakan untuk melihat kondisi awal populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel yang meliputi uji normalitas, homogenitas dan analisis varians. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal


(58)

yakni nilai tes kimia semester gasal kelas X SMAN 1 Tunjungan Bloratahun 2011/2012.

3.8.1.1. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat dengan rumus:

χ2

= Keterangan: χ 2

= Chi kuadrat Oi = Hasil penelitian Ei = Hasil yang diharapkan K = banyaknya kelas

Kriteria: Jika χ 2 hitung < χ 2 tabel dengan dk=k-3 dan α=5% maka data berdistribusi normal.

(Sudjana, 2002:273)

3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir

Setelah dilakukan analisis tahap awal, maka dilaksanakan post test. Dari hasil tes tersebut diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

3.8.2.1. Analisis Data 3.8.2.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok terdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya


(59)

apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho: data berdistribusi normal Ha: data tidak berdistribusi normal

Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan rumus:

χ 2

= Keterangan: χ 2

= Chi kuadrat Oi = Hasil penelitian Ei = Hasil yang diharapkan K = banyaknya kelas

Kriteria: Jika χ 2 hitung < χ 2 tabel dengan dk=k-3 dan α=5% maka data berdistribusi normal.

(Sudjana, 2002:273).

3.8.2.1.2. Uji Kesamaan Varians Hipotesis yang diajukan yaitu: Ho : σ12= σ22

Ha : σ12≠ σ22

Ho diterima apabila F ≤ F1/2α (nb-1):(nk-1)

F =

Kriteria pengujian : jika harga Fhitung< Ftabel , maka kedua kelompok mempunyai


(60)

3.8.2.1.3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata data hasil belajar bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada hasil belajar kelompok kontrol.

Hipotesis yang diajukan adalah:

o Ho = Rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen sama dengan rata-rata

hasil belajar kimia kelompok kontrol (µ1=µ2)

o Ha = Rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen lebih tinggi daripada

rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol (µ1>µ2)

Pengajuan hipotesis:

Jika σ12 = σ22 digunakan rumus t

thitung =

dengan S = dk=n1+n2-2

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

o Ho diterima jika thitung< t(1-α)(n1+n2-2) . Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia

kelompok eksperimen sama dengan nilai rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol.

o Ha diterima jika thitung≥ t(1-α)(n1+n2-2) . Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia

kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol.


(61)

Jika σ12≠ σ22digunakan rumus t‟ t‟hitung =

(Sudjana, 2002:241)

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

o Ho diterima jika t‟hitung< . Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia

kelompok eksperimen sama dengan nilai rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol.

o Ha diterima jika thitung. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia

kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol.

Dengan w1 = dan w2 =

t1 = t(1-1/2α)(n1-1) dan t2= t(1-1/2α)(n2-1)

Keterangan:

= Rata-rata post test kelompok eksperimen = Rata-rata post test kelompok kontrol n1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelompok kontrol

S1 = Simpangan baku kelompok eksperimen

S2 = Simpangan baku kelompok kontrol

S = Simpangan baku gabungan (Sudjana, 2002:243)


(62)

3.8.2.2. Analisis Data Tes Akhir 3.8.2.2.1. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data nilai tes hasil belajar pada kompetensi yang berkaitan denganRedoks pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share melalui Snowball Throwingdan kelompok kontrol yang menggunakan metode Think Pair

Share tanpa melalui Snowball Throwing. Uji normalitas yang digunakan adalah

uji chi-Kuadrat.

3.8.2.2.2. Uji Kesamaan Dua Varians

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians data atau tidak. Perhitungan uji ini sama seperti uji kesamaan dua varians pada analisis tes awal.

3.8.2.2.3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Hipotesis penelitian diuji dengan uji kesamaan rata-rata agar dapat dibuktikan kebenarannya menggunakan uji t. Rumus yang digunakan untuk uji perbedaan dua rata-rata:

2 1 2 1

1

1

n

n

s

x

x

t

; 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n s

Keterangan:

x

1 =nilai rata-rata kelompok kontrol

2

x

= nilai rata-rata kelompok eksperimen 2

1

s =variansi data pada kelompok kontrol 2

2


(63)

2

s =variansi gabungan.

1

n

= banyak subyek pada kelompok kontrol

2

n

= banyak subyek pada kelompok ekperimen

(Sudjana, 2002: 239) Derajad kebebasan (dk ) untuk tabel distribusi t yaitu (n1 + n2 -2) dengan

peluang (1- ), =5%. Kriteria yang digunakan yaitu jika thitung ttabel, maka Ha

diterima.

3.8.3 Analisis terhadap Pengaruh Antar Variabel

Rumus yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel: rb =

Keterangan:

rb = koefisien biserial

= Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen = Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol

p = proporsi pengamatan pada kelompok eksperimen q = proporsi pengamatan pada kelompok kontrol

u = Tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q

Sy = Simpangan baku dari kedua kelompok

Tingkat hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 3.5 Tabel 3.5 Tingkat Hubungan Antar Variabel

Interval Koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah


(64)

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(Sudjana, 2002:390)

3.8.4 Uji Ketuntasan Terhadap KKM

Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa SMA N 1 Tunjungan Blorasudah mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal), makadilakukan uji ketuntasan terhadap KKM. Bila t berada pada daerah penolakan Ho maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar setelah perlakuan yakni sama atau lebih dari KKM.

3.8.5 Penentuan Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menyatakan berapa persen (%) besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat, dalam hal ini pengaruh penerapan model pembelajaran Think Pair Share melalui Snowball Throwingterhadap hasil belajar. Rumus yang digunakan:

KD = rb2 x 100%

Keterangan:

KD = Koefisien determinasi

rb = indeks determinasi yang diperoleh dari harga kuadrat rb koefisien biserial

3.8.6 Analisis Deskriptif untuk Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pada analisis tahap akhir, digunakan data hasil belajar afektif dan psikomotorik. Analisis yang digunakan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik, baik kelompok kontrol maupun eksperimen. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai afektif dan psikomotorik siswa:


(65)

Nilai = x 100%

Kriteria rata-rata nilai afektif dan psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Kriteria nilai afektif dan psikomotorik

(Depdiknas, 2003:15)

Tiap aspek dari hasil belajar afektif dan psikomotorik kedua kelas dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam satu kelas tersebut. 3.8.7 Analisis Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran

Pendapat siswa terhadap pembelajaran dilakukan dikelompok eksperimen dan kontrol dapat diukur dengan angket. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dalam bentuk skala Likert, yaitu setiap pernyataan diikuti dengan respon yang menunjukkan tingkatan (Suharsimi, 2006: 180).

Persamaan perhitungan masing-masing tanggapan dalam presentase yaitu :

Presentase skor = x 100

Kriteria rata-rata nilai angket dapat dilihat pada Tabel 3.7 Rata –rata nilai kelas Kriteria

x Sangat baik

60 x < 80 Baik

40 x < 60 Cukup

20 x < 40 Jelek


(66)

Tabel 3.7 Kriteria nilai angket

Rata-rata nilai kelas Kriteria

84 < x ≤ 100 Sangat baik

68 < x ≤ 84 Baik

52 < x ≤ 68 Cukup

36 < x ≤ 52 Kurang

x ≤ 36 Sangat kurang


(67)

50

BAB IV

HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN 4.1.1. Hasil Analisis Tahap Awal

Analisis tahap awal digunakan untuk melihat kondisi awal populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel yang meliputi uji normalitas. Data yang digunakan untuk uji normalitas data populasi diambil dari nilai mid semester 2. Hasil perhitungan uji normalitas data populasi disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan uji Normalitas Data Populasi No. Kelas X2 hit X2 Tabel Kriteria

1 X1 2 8 Berdistribusi normal

2 X2 4 8 Berdistribusi normal

3 X3 3 8 Berdistribusi normal

4 X4 5 8 Berdistribusi normal

5 X5 2 8 Berdistribusi normal

Keterangan: data selengkapnya disajikan pada Lampiran 21-25. 4.1.2. Hasil Analisis Tahap Akhir

Hasil analisis tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap data hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel setelah diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan sistem pembelajaran yang berbeda. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi, data hasil pos test aspek kognitif, data hasil observasi psikomotorik dan afektif, serta angket.

Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari nilai pos test siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan system pembelajaran yang berbeda antara


(68)

kelas ekperimen dan kelas kontrol. Dimana pada kelas eksperimen siswa diberlakukan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing, sedangkan pada kelas kontrol siswa diberlakukan model

pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing.

4.1.3. Uji Normalitas

Hasil perhitungan uji normalitas data pos test dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Hasil pretest dan post-test

Kelas Data hitung tabel Kriteria

Eksperimen Kontrol Eksperimen

Tes awal Tes awal Tes akhir

1 1 7

8 8 8

Normal Normal Normal

Kontrol Tes akhir 6 8 Normal

Perhitungan normalitas pretest pada lampiran 27-28, sedangkan normalitas post-test pada lampiran 32-33.

4.1.4. Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel mempunyai tingkat varians yang sama serta untuk mengetahui

apakah menggunakan rumus t atau t‟ untuk menghitung perbedaan rata-rata hasil

belajar kimia, yang nantinya digunakan dalam uji hipotesis.

Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians antara kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(69)

Tabel 4.3. Hasil Uji Kesamaan Dua VariansData pretest dan post-test Data Fhitung Ftabel Kriteria

Pretest Posttest

1 1

2 2

Kedua kelas mempunyai varians yang sama Kedua kelas mempunyai varians yang sama

Berdasarkan Tabel 4.3 data pretest dan post-testdiperoleh harga F hitung = 1.

Berdasarkan Tabel, untuk taraf signifikan dk= (32-1:32-1) diketahui harga F Tabel

2. Harga F hitung. lebih kecil F Tabel maka dapat disimpulkan bahwa varians data

hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda. Karena antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen mempunyai varians yang sama, maka dalam uji hipotesis menggunakan rumus t untuk melihat perbedaan rata-rata hasil belajar.Perhitungan uji kesamaan dua varians pretest pada lampiran 29, sedangkan uji kesamaan dua varians post-test pada lampiran 36.

4.1.5. Uji Perbedaan Dua rata-rata (Uji Hipotesis)

Uji perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Hasil uji perbedaan rata-rata hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Uji Perbedaan Dua Rata-ratadata pretest dan post-test Data Thitung Ttabel Kriteria

Pretest Post-test

2 4

2 2

Rata-rata kelas eksperimen sama kelas kontrol Rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol


(70)

Berdasarkan hasil analisis tes awal, terlihat bahwa Thitung< Ttabel, yang

dapat disimpulkan Ho diterima. yang berarti kedua kelas pada tes awal mempunyai rata-rata yang relatif sama.Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata hasil belajar, t hitung > t Tabel dengan dk= 62 dan α= 5% maka dapat disimpulkan

bahwa Ha diterima. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.Perhitungan uji perbedaan dua varians pretest pada lampiran 30, sedangkan uji perbedaan dua varians post-test pada lampiran 37.

4.1.6. Uji Peningkatan Hasil Belajar

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan yang signifikan setelah dilalukan proses pembelajaran. Hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar

Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Peningkatan 41 35

% Peningkatan 51% 48%

Dk 31 31

t hitung 1,3 0,9

t0,95 2,03 2,03

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa t hitung untuk masing-masing kelompok berada diantara –ttabel dan ttabel. Sehingga pada kedua kelompok


(71)

redoks. Besarnya peningkatan diukur dari selisih post test dengan pretest, sehingga diperoleh 51% peningkatan untuk kelas X2 dan 48% untuk kelas X1.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 38. 4.1.7. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks di SMA Negeri 1 Tunjungan. Uji hipotesis ini terdiri dari uji korelasi untuk mencari koefisien determinasi.

Rumus yang digunakan, yaitu: dan Koefisien determinasi:

KD = 100% x rb2

Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi

Koefisien determinasi

0,5 34%

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa besarnya nilai adalah 0,5, sedangkan besarnya koefisien deteminasi adalah 34%. Hal ini berarti model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing berpengaruh sebesar 34% terhadap hasil belajar siswa. Perhitungan uji


(1)

(2)

(3)

Lampiran 53


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Peningkatan hasil belajar PKn melalui pendekatan Think-Pair-Share

0 9 153

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENERAPAN STRATEGI INDEX CARD MATCH YANG DIPADUKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SMA KELAS X PADA POKOK BAHASAN REAKSI REDOKS.

0 3 21