bidang pendidikan expert validity. Apabila sudah disetujui oleh dosen pembimbing dan guru pamong, instrumen tersebut dapat digunakan.
3.7 Analisis Instrumen Penelitian
Tujuan uji coba untuk memperoleh butir tes yang mempunyai kategori baik dan bisa dipakai untuk penelitian. Analisis perangkat tes, untuk mengetahui
validitas ,daya pembeda soal, indeks kesukaran soal dan reliabilitas. 3.7.1 Instrumen Tes
Instrumen tes meliputi tes hasil belajar kognitif siswa pilihan ganda. Tes hasil belajar kognitif yang berupa nilai objektif dihitung dengan perhitungan 1-0.
Apabila jawaban siswa benar di beri 1 dan apabila salah di beri 0. 3.7.1.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Pengujian instrumen dilakukan dengan expert validity, yaitu validitas yang disesuaikan
dengan kurikulum
dan dikonsultasikan
dengan dosen
pembimbing.Validitas soal selain dikonsultasi dengan ahli juga diujicobakan. Penelitian ini menggunakan dua macam validitas, yaitu validitas isi soal
dan validitas butir soal. a Validitas isi soal
Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila kompetensi yang berkaitan dengannya telah disesuaikan dengan kurikulum
yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan
dosen pembimbing. b Validitas butir soal untuk soal pilihan ganda
Validitas butir soal adalah validitas yang menunjukkan bahwa butir tes dapat menjalankan fungsi pengukurannya dengan baik. Hal ini dapat
diketahui dari seberapa besar peran yang diberikan oleh butir soal dalam mencapai keseluruhan skor. Rumus yang digunakan untuk menghitung
validitas butir soal , rumus korelasipoint biseral: R
pbis
= x
Keterangan: R
pbis
= koefisien korelasi biserial Mp = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt = rata-rata skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada tiap butir soal St = Standar deviasi skor total
n = jumlah siswa Setelah dihitung t
hit
dibandingkan dengan t
tabel
dengan taraf signifikan 5. Jika t
hit
t
tabel
maka butir soal dikatakan valid.Suharsimi, 2006:79 Maka dari itu dihitung terlebih dahulu harga t-nya dengan rumus:
2
1 2
pbi pbi
n t
keterangan: t
= t
hitung
atau nilai t yang diperoleh melaui perhitungan
pbi
= koefisien korelasi point biserial N =
jumlah siswa Kriteria : jika t
hitung
t
tabel
, maka butir soal valid Hasil analisis uji coba menunjukkan bahwa soal uji coba terdapat 39 butir
soal yang valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 42,43, 44, 46, 47,
48, 49 dan 50. Soal-soal valid tersebut belum tentu dapat dipakai sebagai soal post test, karena selain valid, soal yang dijadikan sebagai soal post test juga
harus memenuhi kriteria indeks kesukaran, daya pembeda, dan juga relibilitas c Validitas Angket
Validitas angket pada umumnya merupakan validitas konstruk atau validitas bangun pengertian. Hal itu berarti guru dalam mengembangkan alat
ukur berupa angket harus tahu konstruk, bangun pengertian, atau teori yang menjadi dasar pengembangan kisi-kisi angket. Konstruk suatu aspek dikenal
sebagai variabel yang dapat dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator dan seterusnya indikator dituliskan menjadi
butir pertanyaan atau pernyataan yang harus direspons oleh siswa yang diukur aspeknya. Validitas angket dapat diukur berdasarkan validitas konstruk
dengan pertimbangan ahli, artinya guru dalam mengembangkan angket dapat meminta bantuan ahli yang relevan. Dalam hal ini dosen pembingbing I dan
dosen pembimbing II dianggap sebagai ahli.
d Validitas Lembar Observasi Validitas lembar observasi ditentukan atas bangun pengertian atau
konstruk dari aspek yang diukur atau dinilai. Jika yang diukur keterampilan praktikum siswa untuk kompetensi yang berkaitan dengan redoks maka isi
keterampilan praktikum, berupa gambaran dari setiap kegiatan yang diperlukan untuk praktikum redoks. Demikian juga jika yang dinilai aktivitas
siswa maka isi lembar pengamatan harus sesuai dengan konstruksi atau teori aktivitas siswa.
Validitas lembar observasi diukur dengan validitas konstruk dengan pertimbangan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.
3.7.1.2. Reliabilitas Soal Uji Coba Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketetapan alat evaluasi
dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Dalam penelitian ini, pengujian tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan
menggunakan reliabilitas internal, yakni perhitungan dilakukan berdasarkan data dari satu kali hasil pengetesan Suharsimi, 2002:155. Perhitungan reliabelitas
internal untuk instrumen ini menggunakan rumus KR-21, dengan rumus sebagai berikut:
Reliabilitas = Keterangan:
K = banyaknya butir soal M = rerata skor total
Vt = Varians total
Kriteria suatu instrumen dikatakan reliabel jika r
11
r
tabel
Suharsimi, 2006:188. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data r11=0.929. Terletak pada interval 0.8-1.0
sehingga kriteria reliabilitas sangat tinggi. 3.7.1.3. Reliabilitas Lembar Observasi
Reliabilitas lembar observasi diukur menggunakan kesepakatan pengamat dengan rumus
6 Σ b
2
R
11
= 1 - --------------- N N
2
– 1 Keterangan:
r
11
= koefisien korelasi tata jenjang b = beda peringkat antara pengamat satu dengan pengamat kedua
N = jumlah subyek Sudjana, 2002:455
Dalam hal ini skor masing-masing pengamat diubah menjadi peringkat dari skor tertinggi peringkat 1 dan seterusnya sampai peringkat terbesar skor
terendah. Jika ada siswa dengan skor yang sama, peringkatnya adalah peringkat reratanya. Beda peringkat b diukur dari perbedaan peringkat pengamat satu
dengan pengamat kedua untuk siswa yang sama. Seterusnya dihitung jumlah b
2
, dan dimasukkan ke dalam rumus spearman. Jika harga r
11
0,7 maka lembar
pengamatan sudah dinyatakan reliabel Widodo,2009:62.
3.7.1.4. Indeks kesukaran soal Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya suatu soal. Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya Suharsimi, 2003:207. Rumus yang
digunakan untuk mengukur indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut :
Keterangan: IK = Indeks kesukaran
JBa = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas JBb = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah
JSa = banyak siswa pada kelompok atas JSb = banyak siswa pada kelompok bawah
Dengan interpretasi tingkat kesukaran butirnya dapat menggunakan tolak ukur seperti pada tabel 3.3.
Tabel3.3. Klasifikasi Taraf Kesukaran
Interval Kriteria
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 IK 0,30 Sukar
0,30 IK 0,70 Sedang
0,70 IK 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
Suharsimi, 2006:210 Dari perhitungan tingkat kesukaran soal diperoleh hasil analisis soal untuk
kategori „mudah‟ yakni nomor 4, 12, 25, 39, dan 45. Untuk kategori „sedang‟ yakni nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24,
B A
B A
JS JS
JB JB
IK
26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41,42, 43, 44, 46, 47, 49, dan 50. Dan untuk kategori
„ sukar‟ yakni nomor 20, 48.
3.7.1.5. Daya Beda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai upper group dengan siswa yang kurang pandai lower
group. Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik jika soal tersebut dijawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan
siswa kurang pandai Suharsimi, 2003:211. Makin tinggi daya pembeda soal , makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Keterangan: DP = daya pembeda soal
JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok atas JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok
bawah JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Interval
Kriteria DP ≤ 0,00
Sangat jelek 0,00 ≤ DP ≤ 0,20
Jelek 0,20 ≤ DP ≤ 0,40
Cukup 0,40 ≤ DP ≤ 0,70
Baik 0,70 ≤ DP ≤ 1,00
Sangat baik Suharsimi, 2006:218
Melalui hasil perhitungan daya pembeda soal maka diperoleh soal yang mempunyai daya beda „jelek‟ yaitunomor 4, 9, 16, 17, 20, 28, 32, 33, dan 36. Soal
A B
A
JS JB
JB DP
yang mempunyai daya beda „cukup‟ yaitu nomor 21, 25, 41, 45, dan 48. Soal yang mempunyai daya beda „baik‟ yaitu nomor 3, 5, 8, 10 , 12, 14, 16, 18, 22, 23, 24,
26, 27, 29, 34, 35, 39, 40, 42, 43, 44, 46, 47, 49 dan 50. . Sedangkan Soal yang mempunyai daya beda „baik sekali‟ yaitu nomor 1, 2, 6,7, 11, 13, 15,19, 30, 31,
37, 38, dan 20. 3.7.2 Instrumen Non Tes
Instrumen non tes menggunakan lembar observasi lembar observasi aspek afektif, psikomotorik dan angket. Untuk mengetahui validitas lembar observasi
dan angket tidak diadakan ujicoba. Penyusunan instrumen lembar observasi dan angket yang dilakukan peneliti mengikuti validitas konstruk dengan persetujuan
ahli yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Validitas konstruk merupakan salah satu validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan mempunyai
validitas konstruk apabila instrumen tersebut disusun sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen Suharsimi, 2007: 67
3.8 Metode Analisis Data