45
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik
Penderita TB Paru dengan Komplikasi Berdasarkan Sosiodemografi
5.1.1 Umur
Proporsi umur penderita TB paru dengan komplikasi yang rawat inap di RSUD Rantauprapat tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Penderita TB Paru dengan Komplikasi yang Rawat Inap di RSUD Rantauprapat
Tahun 2012
Dari gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita TB paru dengan
komplikasi lebih besar pada kelompok umur produktif 15-55 tahun 81,3 dibandingkan dengan kelompok umur non produktif 15 tahun dan 55 tahun 18,7.
Banyaknya penderita tuberkulosis paru dengan komplikasi pada kelompok umur produktif hal ini dipengaruhi oleh kebanyakan kasus tuberkulosis paru 85 terjadi
pada usia produktif.
5
81,3 18,7
Umur
15-55 tahun 15 tahun dan 55
tahun
45
Universitas Sumatera Utara
46
Keadaan ini diduga ada hubungannya dengan tingkat aktivitas dan perkerjaan sebagai tenaga kerja produktif yang memungkinkan untuk mudah tertular dengan
kuman TB setiap saat dari penderita, khususnya dengan penderita BTA positif. Mobilitas dan interaksi sosial yang lebih tinggi pada kelompok umur produktif, yang
harus berkerja untuk memperoleh pemasukan guna memenuhi kebutuhan keluarga, memungkinkan mereka untuk terinfeksi dari orang lain menjadi lebih tinggi.
35
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Gea di Puskesmas gunung sitoli tahun 2000-2004 menyatakan bahwa penderita penyakit tuberkulosis paru terbanyak
67 pada kelompok umur produktif 15-55 tahun.
22
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Eka di rumah sakit Santa Elisabet Medan tahun 2004-2007 menyatakan bahwa penderita penyakit tuberkulosis paru
terbanyak 59,9 pada kelompok umur produktif 15-55 tahun.
36
5.1.2 Jenis Kelamin
Proporsi jenis kelamin penderita TB paru dengan komplikasi yang rawat inap di RSUD Rantauprapat tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita TB
Paru dengan Komplikasi yang Rawat Inap di RSUD Rantauprapat Tahun 2012
Dari gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin penderita TB paru dengan komplikasi lebih besar adalah laki-laki 90,7 sedangkan perempuan 9,3.
Kejadian tuberkulosis dilaporkan lebih banyak pada laki-laki hampir disetiap negara di dunia, terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita masyarakatnya
masih rendah. Di setiap dunia lebih banyak laki-laki dibandingkan dengan wanita yang menderita TB paru tiap tahunnya, dan secara global ada lebih 70 laki-laki
dengan BTA positif dibandingkan wanita.
37
Beberapa penjelasan lainnya tentang perbedaan berbandingan penyakit infeksi TB paru pada laki-laki dan wanita juga telah diteliti, diantaranya:
1. Adanya perbedaan biologi pada laki-laki dan wanita, seperti perbedaan
tingkat imunitas.
38
90,7 9,3
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Universitas Sumatera Utara
48
2. Perbedaan terhadap pajanan eksposure kepada M. tuberkulosis yang
dihubungkan dengan perbedaan pola kehidupanaktivitas interaksi sosial. Adanya perbedaan status interaksi sosial dan ekonomi antara laki-laki
dan perempuan, serta adanya perbedaan aktivitas sehari-hari menyebabkan kemungkinan pajanan infeksi tuberkulosis lebih banyak terhadap laki-
laki.
39,40
3. Adanya perbedaan gender dalam mencari bantuan kesehatan kepada
tenaga profesional juga dapat mempengaruhi tingginya pencatatan kejadian tuberkulosis paru pada laki-laki, dan hal ini telah dilaporkan di
berbagai negara.
41
Di Pakistan, perempuan dengan gejala penyakit pernapasan
memiliki lebih sedikit akses terhadap pelayanan kesehatan rawat jalan bila dibandingkan dengan
laki-laki.
40
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Fredy di rumah sakit umum DR. Soedarso Pontianak bulan september - november tahun 2010 menyatakan bahwa
penderita penyakit tuberkulosis paru terbanyak 60 pada laki-laki.
11
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Eka di rumah sakit Santa Elisabet Medan tahun 2004-2007 menyatakan bahwa penderita penyakit tuberkulosis paru
terbanyak 68,3 pada laki-laki.
36
5.1.3 Pendidikan