Bronkiektaksis Empiema Gagal napas 2 Jenis Kelamin

15

c. Bronkiektaksis

Bronkiektaksis merupakan dilatasi bronchus dan bronkhiolus kronis permanen. Bronkietaksis sering kali ditunjukkan oleh tanda klinis infeksi yang kronis atau berulang pada jalan napas yang melebar dan adanya sekret yang menumpuk pada jalan napas. Pada penderita tuberkulosis paru, bronkiektaksis ditandai dengan gejala batuk kronis dan produksi sputum purulen kehitaman. 5

d. Empiema

Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen pus di dalam rongga pleura. Awalnya, cairan pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit rendah, tetapi sering berlanjut menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang kental. Hal ini terjadi jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura. 20

e. Gagal napas

Gagal nafas adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan paru untuk mensuplai oksigen secukupnya ke seluruh tubuh atau mengeluarkan karbondioksida dari aliran darah. Banyak keadaan-keadaan dan faktor- faktor, seperti overdosis obat-obatan atau alkohol, keracunan karbonmonoksida, komplikasi dari penyakit paru obstruktif kronis dan trauma dada, dapat menyebabkan gagal nafas. Kondisi ini merupakan suatu keadaan yang mengancam keselamatan jiwa karena suplai oksigen yang tidak cukup atau terlalu banyak kandungan karbondioksida dalam suplai darah dapat menyebabkan kerusakan jaringan, yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kegagalan organ yang multipel. 5 Universitas Sumatera Utara 16

f. Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan mengempisnya paru akibat bocornya udara ke ruangan antara dua lapisan pleura rongga pleura. Pleura adalah kantung yang terdiri dari dua lapisan yang meliputi paru-paru dan memisahkannya dari dinding dada. Sejumlah kecil cairan di dalam rongga pleura mengurangi gesekan dan memfasilitasi gerakan pernafasan. Cairan ini juga membantu paru-paru untuk tetap mengembang dengan menciptakan tekanan negatif. Pada pneumotoraks, adanya udara antara dua lapisan pleura meningkatkan tekanan pada rongga dada dan menyebabkan paru-paru yang elastis tertekan, menyebabkan paru mengempis. Oleh karena itu, paru-paru tidak lagi dapat mengembang sebagaimana biasanya. Pneumotoraks dapat menyebabkan nyeri dada tajam yang tiba-tiba ketika paru-paru mengempis, diikuti dengan kesulitan bernafas dan pernafasan yang pendek. 5 2.7 Epidemiologi 2.7.1 Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Orang Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi penting penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia dan setiap negara berbeda angka insidennya. Penyakit ini sebenarnya menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin serta menginfeksi tidak hanya pada golongan ekonomi rendah saja. Sekitar 75 pasien TB paru adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis 15-50 tahun. 4 Penderita penyakit TB di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 tercatat sebanyak 15.614 orang. Dari jumlah tersebut terdapat kasus TB paru sebanyak 12.145 Universitas Sumatera Utara 17 orang dengan insidens rate 160 per 100.000 penduduk. 9 Penelitian yang dilakukan oleh Gea dengan desain case series 2005 pada Puskesmas Gunungsitoli tahun 2000- 2004 menemukan bahwa penderita TB paru yang paling banyak adalah laki-laki yaitu 334 orang 63,6. 22

2.7.2 Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Tempat

Sebagian besar angka penderita penyakit TB paru di negara maju telah mengalami penurunan sementara di negara berkembang angkanya masih cukup tinggi. 23 Di seluruh dunia sekitar 19-43 populasi telah terinfeksi TB paru, frekuensi penyakit TB paru di Indonesia masih sangat tinggi dan masih merupakan masalah utama dalam hal kesakitan maupun kematian. 24 Berdasarkan laporan WHO 2011, insiden TB paru di India 185 per 100.000 penduduk, China 78 per 100.000 penduduk, Afrika Selatan 981 per 100.000 penduduk, Nigeria 133 per 100.000 penduduk, Thailand 137 per 100.000 penduduk, Malaysia 82 per 100.000 penduduk, Singapura 36 per 100.000 penduduk. 7 Berdasarkan laporan Ditjen PPPL Kementrian Kesehatan RI, angka penemuan kasus secara nasional di tahun 2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2010 yaitu 83,48. Walaupun secara nasional sudah mencapai target, namun pada tingkat provinsi belum menunjukkan pencapaian yang optimal dari 33 provinsi hanya 8 provinsi yang mencapai target penemuan minimal 70 yaitu Sumatera Utara 71,6, Banten 77,9, DKI Jakarta 86,2, Jawa Barat 74,3, Sulawesi Utara 81,1 Gorontalo 79,2, Sulawesi Tenggara 80,6, dan Maluku 84,3. 21 Universitas Sumatera Utara 18

2.7.3 Distribusi Penderita TB Paru Berdasarkan Waktu

Banyaknya penderita TB paru tidak dipengaruhi oleh waktu karena penderita tuberkulosis akan tetap ada selama penderita lama mempunyai kemampuan untuk menularkan melalui droplet yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. 23

2.7.4 Faktor Determinan TB Paru a.

Host Pejamu a.1 Umur TB paru dapat menyerang semua golongan umur, umumnya paling banyak terjadi pada kelompok umur usia produktif. 5 TB paru pada orang dewasa dapat terjadi melalui 2 mekanisme, yang pertama dengan terhirup basil tuberkulosis kemudian berkembang biak dalam paru dan merusaknya, dan yang kedua timbul akibat aktifnya kembali basil tuberkulosis yang dorman dalam tubuh ketika masih anak-anak. 22 Penelitian yang dilakukan Gea tahun 2005 di Puskesmas Gunungsitoli menemukan bahwa penderita TB paru pada periode 2000-2004 sebanyak 394 penderita pada usia produktif 15-55 tahun, sedangkan penelitian yang di lakukan Fredy di RSU DR. Soedarso Pontianak pada bulan september – november 2010 sebanyak 35 orang 77,8 pada usia produktif 18-59 tahun. 11,22

a.2 Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih sering terserang TB paru dari pada perempuan. Hal ini disebabkan mobilitas laki-laki lebih tinggi ditambah lagi dengan mengkomsumsi alkohol yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang TB paru. 26 Universitas Sumatera Utara 19 Berdasarkan hasil penelitian Syamsuardi di Puskesmas Muaro Patti Kecamatan Kapur IX 2008 ditemukan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian TB paru dimana perempuan beresiko 0,425 kali lebih kecil untuk terinfeksi TB paru dibandingkan dengan laki-laki OR=0,425;95 CI 0,201-0,901. 27

a.3 Status Gizi