3 Status Gizi Agent Lingkungan 1 Kepadatan hunian 2 Ventilasi 3 Kelembaban Penemuan kasus Diagnosis TB Paru

19 Berdasarkan hasil penelitian Syamsuardi di Puskesmas Muaro Patti Kecamatan Kapur IX 2008 ditemukan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian TB paru dimana perempuan beresiko 0,425 kali lebih kecil untuk terinfeksi TB paru dibandingkan dengan laki-laki OR=0,425;95 CI 0,201-0,901. 27

a.3 Status Gizi

Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap berbagai macam penyakit termasuk TB paru. Faktor ini merupakan salah satu faktor penting penyebaran TB paru khususnya di negara miskin. 23 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rusnoto, dkk di BP4 Pati Semarang 2006 ditemukan bahwa status gizi buruk memiliki resiko 5, 113 kali OR 5,113;95 CI 1,364-19,165 untuk terinfeksi TB paru dibanding orang dengan status gizi baik. 28

b. Agent

TB paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis dan untuk menjadi sakit dipengaruhi oleh jumlah bakteri yang mempunyai kemampuan mengadakan terjadinya infeksi, serta virulensi dari bakteri itu sendiri. 15,29

c. Lingkungan

c.1 Kepadatan hunian

Kepadatan merupakan pre-requisite untuk proses penularan penyakit. Semakin padat hunian, maka perpindahan penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan lewat udara akan semakin mudah dan cepat. Resiko untuk terkena TB paru Universitas Sumatera Utara 20 lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di rumah yang tidak memenuhi syarat dari pada yang memenuhi syarat. 30

c.2 Ventilasi

Ventilasi rumah berfungsi untuk menjaga agar sirkulasi udara didalam rumah tetap segar sehingga dapat terbebas dari bakteri patogen. Luas ventilasi rumah alamiah yang permanen adalah 10 dari luas lantai.

c.3 Kelembaban

Kelembaban merupakan media yang baik untuk berkembangnya bakteri patogen salah satunya bakteri : M, tuberculosis. Kelembaban udara yang baik untuk rumah sehat adalah 50-70. 26

2.8 Pencegahan

2.8.1 Pencegahan Primer

13 Pencegahan primer adalah upaya awal pencegahan TB paru sebelum seseorang menderita TB paru. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara: a. Meningkatkan kesehatan lingkungan a.1. Mengurangi tingkat kepadatan hunianover crowding a.2. Melengkapi perumahan dengan ventilasi yang cukup b. Pendidikan dan promosi kesehatan masyarakat dengan menghimbau bahwa meludah sembarangan memperbesar resiko penyebaran kuman TB paru. c. Meningkatkan daya tahan tubuh c.1. Mengkonsumsi makanan mengandung zat yang bergizi c.2. Istirahat yang cukup dan olahraga teratur Universitas Sumatera Utara 21 c.3. Peningkatan imunitas tubuh dengan imunisasi BCG

2.8.2 Pencegahan Sekunder

23 Pencegahan sekunder yaitu upaya mencegah keadaan penyakit TB paru yang sudah terjadi untuk tidak menjadi lebih berat. Pencegahan ini ditujukan untuk menurunkan mortalitas. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara:

a. Penemuan kasus

Penemuan kasus case finding yaitu menemukan kasus atau penderita TB paru secara aktif yaitu mencari penderita TB paru di masyarakat maupun secara pasif yaitu menunggu penderita TB paru yang datang ke fasilitas puskesmas.

b. Diagnosis TB Paru

31 Penetapan diagnosis TB paru dilakukan dengan berpegangan pada tiga patokan utama. Pertama adalah berdasarkan hasil wawancara dengan pasien tentang keluhan dan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap pasien tersebut. Kedua, hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan basil tahan asam BTA. Ketiga, hasil pemeriksaan rontgen dada yang akan memperlihatkan gambaran paru pada orang yang diperiksa. Adapun pemeriksaan diagnosis pada TB paru yaitu:

b.1 Pemeriksaan Uji Tuberkulin