2.2 Kategori-2 2HRZES HRZE 5H3R3E3 2.3 Kategori-3 2HRZ 4H3R3 2.4 OAT Sisipan HRZE

24 b. Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. c. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan. Tahap lanjutan a. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister dorman sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

c.2 Panduan Pengobatan

34 Panduan OAT di Indonesia berdasarkan rekomendasi WHO dan IUATLD Internasional Union Against Tuberculosis and Lung Disease.

c.2.1 Kategori-1 2HRZE 4H3R3

Tahap intensif terdiri dari Isoniasid H, Rifampisin R, Pirasinamid Z dan Etambutol E. Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HRZE. Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid H dan Rifampisin R diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan 4H3R3. Obat ini diberikan untuk : a. Penderita baru TB paru BTA positif b. Penderita TB paru BTA negatif, rontgen positif yang sakit berat c. Penderita TB paru ekstra paru berat

c.2.2 Kategori-2 2HRZES HRZE 5H3R3E3

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid H, Rifampisin R, Pirasinamid Z, dan Etambutol E setiap hari. Setelah Universitas Sumatera Utara 25 itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan Streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk: a. Penderita kambuh b. Penderita gagal c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai

c.2.3 Kategori-3 2HRZ 4H3R3

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan 2HRZ diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu 4H3H3. Obat ini diberikan untuk: a. Penderita baru BTA negatif rontgen positif, sakit ringan b. Penderita ekstra paru ringan yaitu TB kelenjar limfe limfadenitis, TB kulit, TB tulang kecuali tulang belakang dan kelenjar adrenal.

c.2.4 OAT Sisipan HRZE

OAT sisipan diberikan pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif, diberikan setiap hari selama satu bulan. 2.8.3 Pencegahan Tersier a. Mencegah supaya jangan sampai terjadi kelalaian, dan resistensi OAT dengan memberikan penatalaksanaan kasus dan manajemen yang baik melalui strategi DOTS Directly Observed Treatment Shortcourse. Universitas Sumatera Utara 26 Strategi DOTS DOTS Directly Observed Treatment Shortcourse adalah strategi yang telah direkomendasikan oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TB, dan telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995. Penanggulangan TB dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri atas lima komponen yaitu sebagai berikut: 1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana. 2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum secara mikroskopis. 3. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh PMO. 4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin. 5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB. b. Melakukan upaya rehabilitasi mental dan psikologi terhadap penderita untuk mengembalikan rasa percaya diri dan penghargaan terhadap diri sendiri. Universitas Sumatera Utara 27

2.9 Kerangka Konsep Karakteristik Penderita TB Paru dengan Komplikasi