Kinerja Keuangan Masa Lalu

3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan merupakan salah satu bab yang harus termuat dalam penentuan kerangka kebijakan menengah. Bab ini akan menyajikan kemampuan daerah dalam segi keuangan dan pendanaan selama 5 tahun ke depan. Dengan melihat kemampuan tersebut dapat diperoleh gambaran dalam penentuan kebijakan daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan perundang- undangan.

Analisis kinerja keuangan masa lalu dilakukan terhadap penerimaan daerah dan pengeluaran daerah, penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pendapatan dan pembiayaan daerah serta pengeluaran daerah yaitu belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan. Kapasitas keuangan daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana daerah mampu mengoptimalkan penerimaan dari pendapatan daerah. Berbagai objek penerimaan daerah dianalisis untuk memahami perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini. Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kapasitas pendapatan daerah dengan proyeksi 5 (lima) tahun kedepan, untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah. Gambaran kinerja keuangan masa lalu dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah Provinsi Jawa Barat, dijabarkan sebagai berikut:

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐1

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD

Pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD maka analisis kinerja pelaksanaan APBD dilakukan terhadap APBD serta analisis kinerja pelaksanaan APBD yang pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah.

Kinerja pelaksanaan APBD tahun sebelumnya dapat dilihat dari aspek tingkat realisasi atau penyerapan APBD setiap tahunnya. Secara umum gambaran kinerja pelaksanaan APBD disajikan berikut ini:

a) Pendapatan Daerah

Secara umum komponen pendapatan terdiri dari:

1) Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah;

2) Dana Perimbangan yang berasal dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; serta

3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang berasal dari Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.

Pendapatan daerah yang disajikan secara serial menginformasikan mengenai rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2013-2017 sebagaimana disajikan pada Tabel

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐2

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)

Provinsi Jawa Barat 2018-2023

Tabel 3.1

Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017

Rata-rata No

17.042.895.113.672 18.081.123.739.824 10,2% 4.1.1 Pendapatan Pajak daerah

4.1 Pendapatan Asli Daerah

15.727.483.589.791 16.483.085.760.842 10,3% 4.1.2 Pendapatan Retribusi daerah

73.564.738.396 60.273.043.774 -0,8% 4.1.3 Pendapatan Hasil pengelolaan

322.402.263.906 345.121.410.237 7,6% kekayaan daerah yang dipisahkan

919.444.521.579 1.192.643.524.971 11,7% 4.2 DANA PERIMBANGAN

4.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

10.622.671.443.683 13.981.445.314.589 85,7% Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil

1.778.216.936.253 1.851.522.979.677 10,1% 4.2.2 Dana Alokasi Umum

4.2.1 Bukan Pajak

1.248.112.171.860 3.011.001.477.000 32,2% 4.2.3 Dana Alokasi Khusus

7.596.342.335.570 9.118.920.857.912 10006,4% LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

28.468.563.504 101.388.591.191 48,8% 4.3.1 Pendapatan Hibah

4.3 YANG SAH

23.468.563.504 23.799.491.191 4,4% 4.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi

5.000.000.000 7.500.000.000 -2,8% Khusus

4.3.3 Lain-lain Penerimaan

-- - Bantuan Keuangan dari provinsi

4.3.5 /Pemerintah Daerah lainnya

Sumber: LRA Tahun 2013-2017

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐3

Berdasarkan Tabel 3.1 diperoleh gambaran bahwa realisasi pendapatan daerah cenderung meningkat. Periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 rata-rata tingkat pertumbuhan pendapatan sebesar 13,8%.

Salah satu komponen PAD yaitu Pendapatan Asli Daerah memiliki rata- rata per tahun yang cenderung meningkat dari periode tahun 2013-2017, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,2%. Persentase pertumbuhan masing–masing komponen PAD berbeda–beda. Rata–rata pertumbuhan terbesar terdapat pada komponen pendapatan pajak daerah yaitu sebesar 10,8%, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1.

Sumber pendapatan Provinsi Jawa Barat berasal dari pendapatan Dana Perimbangan yang sebagian besar berasal dari Dana Bagi Hasil pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum. Pendapatan Dana Perimbangan Provinsi Jawa Barat setiap tahun selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan periode 2013-2017 sebesar 85,7%. Tingkat pertumbuhan tertinggi berasal dari Dana Alokasi Khusus sebesar 10006,4%. Tingginya nilai ini dikarenakan adanya reklasifikasi posting kode rekening Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun 2013-2015 pada kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. Kemudian sejak tahun 2016 direklasifikasi pada kelompok Dana Perimbangan dalam Dana Alokasi Khusus Non Fisik, sehingga apabila dirata-ratakan dari tahun 2013-2017 kenaikannya sangat signifikan. Selain dari PAD dan Pendapatan Dana Perimbangan, sumber utama pendapatan daerah adalah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang mengalami peningkatan sebesar 48,8%. Peningkatan tersebut diakibatkan adanya Bantuan Keuangan dari Provinsi/Pemerintah Daerah lainnya pada Tahun 2017 sebesar Rp 70,089,100,000. Sementara jumlah pendapatan dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus menurun sebesar 2,8%, karena adanya reklasifikasi posting Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) semula pada kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah kemudian sejak Tahun 2016 direklasifikasi pada kelompok Dana Perimbangan.

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐4

Berikut ini disajikan grafik rata–rata proporsi realisasi pendapatan daerah Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017.

Pendapatan Asli Daerah 26,5%

Dana Perimbangan Lain ‐ lain Pendapatan Daerah

Yang Sah

Gambar 3.1 Rata-Rata Komposisi Komponen Pendapatan Daerah

Tahun 2013-2017

Sumber : Diolah dari LRA Provinsi Jabar 2013-2017

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa rata–rata proporsi komponen Pendapatan Daerah Tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 terbesar berasal dari Pendapatan Pajak Asli Daerah yaitu sebesar 62,6%. Hal ini dengan proporsi Dana Perimbangan sebesar 26,5% dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 10,8% dari seluruh total pendapatan.

Rincian dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain- lain Pendapatan Daerah Yang Sah dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017 disajikan sebagai berikut.

1. Pendapatan Asli Daerah

Rata–rata proporsi komponen Pendapatan Asli Daerah Tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 terbesar berasal dari Pendapatan Pajak Daerah yaitu sebesar 91,42%. Sisanya terdiri dari Lain-lain pendapatan asli daerah sebesar 6,21%, Pendapatan Hasil Pengelolaan

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐5

Kekayaan Daerah yang dipisahkan sebesar 1,93%, dan Pendapatan Retribusi Daerah sebesar 0,43%.

Pajak daerah

Pendapatan Retribusi daerah

Pendapatan Hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan

Lain ‐lain Pendapatan Asli Daerah

Gambar 3.2 Rata–Rata Proporsi Komponen Pendapatan Asli Daerah

Tahun 2013-2017

Sumber: Diolah dari LRA Provinsi Jabar 2013-2017

2. Dana Perimbangan

Komposisi dana perimbangan selama tahun 2013-2017 berasal dari Dana Alokasi Khusus sebesar 50,69% dan Dana Alokasi Umum Sebesar 26,18%, sedangkan sisanya sebesar 23,13% merupakan Dana Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak.

Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐6

Gambar 3.3 Rata–Rata Proporsi Komponen Dana Perimbangan

Tahun 2013-2017

Sumber: Diolah dari LRA Provinsi Jabar 2013-2017

3. Lain–Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Penyumbang terbesar dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah berasal dari Dana Penyesuaian Dan Otonomi Khusus sebesar 98,65%. Sisanya sebesar 0,83% berupa Pendapatan Hibah dan 0,52% adalah Lain-lain Penerimaan.

Pendapatan Hibah

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Bantuan Keuangan dari provinsi /Pemerintah Daerah lainnya

Gambar 3.4

Rata–Rata Proporsi Komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang

Sah Tahun 2013-2017

Sumber : Diolah dari LRA Provinsi Jabar 2013-2017

b) Belanja Daerah

Selain mengukur kinerja APBD dari sumber pendapatan, juga dilakukan pada sisi realisasi belanja pemerintah daerah. Secara umum komponen belanja terdiri dari:

1) Belanja Tidak Langsung yang didalamnya terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil Kepada Kabupaten/Kota Dan Pemerintah Desa, Belanja Bantuan Keuangan Kepada

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐7

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Lainnya, dan Belanja Tidak Terduga; dan

2) Belanja Langsung yang didalamnya terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.

Pengukuran kinerja suatu daerah juga dapat dilihat dari seberapa besar realisasi belanja yang telah terserap, semakin besar realisasi belanja semakin bagus kinerja suatu daerah. Alokasi belanja daerah sebagian besar dialokasikan untuk pelayanan kepada masyarakat sehingga bisa menggerakkan perekonomian sektor riil yang berakibat pada peningkatan pendapatan masyarakat. Realisasi belanja daerah tahun 2013-2017 disajikan pada Tabel 3.2.

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐8

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)

Provinsi Jawa Barat 2018-2023

Tabel 3.2

Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017

Realisasi (Tahun)

Rata-Rata Pertumbuhan

Kode Uraian

5 BELANJA 18.396.745.323.179 20.797.988.465.006 24.417.605.860.513 27.621.964.467.242 32.706.749.485.376 15,50 BELANJA TIDAK

5.1 14.724.113.007.857 16.958.816.393.654 19.256.280.145.688 21.748.500.641.497 25.804.945.655.137 15,08 LANGSUNG

5.1.1 Belanja Pegawai

1.835.034.492.249 5.152.653.055.073 49,82 5.1.3 Belanja Subsidi

14.999.772.000 14.758.266.000 71,97 5.1.4 Belanja Hibah

9.854.923.609.133 9.526.753.045.558 15,11 Belanja Bantuan

Belanja Bagi

Belanja Bantuan

Belanja Tidak 5.1.8

19.884.000 47.817.000 - Terduga

5.2.1 Belanja Pegawai

233.811.805.839 281.793.512.576 -7,51 5.2.2 Belanja Barang

2.780.296.396.345 4.308.394.171.933 22,97 dan jasa

2.859.355.623.561 2.311.616.145.730 20,28 Sumber: LRA Tahun 2013-2017

5.2.3 Belanja Modal

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐9

Berdasarkan Tabel 3.2 diperoleh gambaran periode tahun 2013-2017 bahwa pertumbuhan belanja mengalami pertumbuhan dengan rata–rata kenaikan sebesar 15,50%. Belanja Tidak Langsung mengalami kenaikan dengan rata-rata kenaikan sebesar 15,08%. Komponen Belanja Tidak Langsung terbesar pertumbuhannya adalah belanja sosial, dengan rata–rata pertumbuhan sebesar 106,34%. Pertumbuhan tersebut dikarenakan adanya kenaikan yang cukup signifikan pada Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2017. Apabila dibandingkan dengan realisasi Belanja Bantuan Sosial Tahun 2017 sebesar Rp 37.096.500.000 berarti terdapat kenaikan sebesar Rp 27.156.500.000.

Sedangkan dari data realisasi Belanja Langsung diperoleh bahwa terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun yaitu rata-rata sebesar 17,57%. Walau demikian secara bertahap terjadi penurunan komponen belanja pegawai rata-rata sebesar 7,51% selama periode 2013- 2017. Kondisi ini mendorong peningkatan belanja barang dan jasa serta belanja modal.

Tabel 3.3

Kemampuan Keuangan Daerah Tahun Anggaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016-2017

No Uraian

A Pendapatan Umum Daerah 1 Pendapatan asli daerah

18.081.123.739.824 2 Dana Bagi Hasil

1.851.522.979.677 3 Dana Alokasi Umum

3.011.001.477.000 jumlah A

B Belanja Pegawai 1 Belanja Gaji dan Tunnjangan

2.567.003.671.898 2 Tambahan pengjhasilan PNS

1.161.360.854.267 Jumlah B

3.728.364.526.165 Kemampuan Keuangan Daerah

19.215.283.670.336 Sumber : Diolah dari LRA Provinsi Jabar 2016-2017

Berdasarkan data tabel diatas dapat ditentukan kelompok kemampun keuangan daerah berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2017. Kemampuan keuangan daerah dihitung dari besaran

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐10 III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐10

c) Pembiayaan

Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Secara umum komponen pembiayaan Provinsi Jawa Barat terdiri dari:

1) Penerimaan Pembiayaan Daerah yang didalamnya terdiri atas Sisa

Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman, dan Penerimaan Piutang Daerah;

2) Pengeluaran Pembiayaan Daerah yang didalamnya terdiri atas Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, dan Pembayaran Pokok Utang; dan

3) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan.

Gambaran tentang realisasi pembiayaan daerah yang disajikan pada Tabel 3.4 menginformasikan mengenai rata-rata perkembangan/kenaikan realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah Provinsi Jawa Barat.

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐11

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD)

Provinsi Jawa Barat 2018-2023

Tabel 3.4

Realisasi Pembiayaan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017

Rata-Rata No

6 PEMBIAYAAN DAERAH (netto) 2.745.605.824.020 3.136.108.941.804 3.891.871.624.714 3.271.852.254.627 3.036.248.951.611 3,80 6.1 Penerimaan Pembiayaan

6.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya ( Silpa )

-- - 6.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

- - 6.1.8 Penerimaan Kembali Dana Bergulir

6.2 Pengeluaran Pembiayaan

Penyertaan Modal (Investasi) 6.2.2 Pemerintah Daerah

311.875.000.000 53,96 6.2.5 Dana Bergulir

-- - Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

3.343.922.854.244 2.493.457.111.838 -6,51 (SILPA)

Sumber: LRA Tahun 2013 -2017

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐12

Berdasarkan Tabel 3.4 diperoleh gambaran bahwa realisasi pembiayaan netto dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 mengalami kenaikan rata rata sebesar 3,80%. Penerimaan Pembiayaan mengalami kenaikan dengan rata-rata kenaikan sebesar 5,31% Sedangkan dari data realisasi Pengeluaran Pembiayaan diperoleh gambaran realisasi Pengeluaran Pembiayaan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yaitu rata-rata sebesar 28,38%.

3.1.2. Neraca Daerah

Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, utang dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca daerah merupakan kondisi keuangan Provinsi Jawa Barat serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Analisis neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio likuiditas dan solvabilitas. Selanjutnya mengenai gambaran neraca Provinsi Jawa Barat dalam kurun waktu tahun 2013-2017 disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Neraca Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017

Rata - Rata Uraian

ASET ASET LANCAR

Kas Di Kas Daerah 3.480.110.450.294 4.530.256.803.058 3.459.266.840.057 3.315.803.533.501 2.404.194.947.419 -6,3% Kas Di Bendahara

Penerimaan

129441300 - Kas Di Bendahara

9.263.121 - 213.250

Pengeluaran 91.745.127.250 50.738.851 329.625.741 690.217.203 44.795.467.537 1737,3% Kas Di BLUD

14.574.059.260 19.769.526.880 24.903.737.136 27.429.103.540 46.243.868.312 35,1% Kas Lainnya

75.389.070 - Piutang Pajak Dan

Retribusi

- - Piutang Pajak

1.987.572.773.342 1.128.749.868.058 208.989.450.410 - Piutang Retribusi

1.964.157.020 1.925.608.925 3.884.941.338 - Piutang Lain - Lain

PAD Yang Sah

- - Bagian Lancar Tagihan

Piutang BLUD 21.047.523.402

Penjualan Angsuran 732.191.280 592.397.097 563.677.395 504.897.595 446.607.995 -11,5%

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi

3.183.512.118 3.214.284.826 3.168.398.993 3.690.500.531 3.698.031.989 4,1% Bagian Lancar Piutang

Sewa 1.175.866.400 876.195.133 768.541.821 1.395.534.560 820.635.471 0,7%

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐13

Rata - Rata Uraian

Bagian Lancar Piutang Kerjasama

Piutang Lainnya

- - Penyisihan Piutang

-118.835.119.335 -129.115.859.784 -16.494.060.183 - Penyisihan Piutang

- - Beban Dibayar Dimuka 10.513.121.025 4.144.591.052 2.246.774.962 8.509.512.481 7.421.881.280 39,9% Persediaan

BLUD

133.600.854.477 165.859.270.702 119.210.109.468 217.188.565.589 235.735.480.747 21,7% Persediaan BLUD

JUMLAH ASET LANCAR

INVESTASI JANGKA PANJANG

INVESTASI JANGKA PANJANG NON PERMANEN

Dana Bergulir 243.825.257.200 337.130.364.260 439.397.794.708 267.373.574.970 265.316.486.570 7,2% Dana Penjaminan 5.000.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 0,0%

Penyisihan Dana Bergulir

-61.322.794.708 -53.473.574.970 -51.416.486.570 -

JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG

NON PERMANEN

INVESTASI JANGKA PANJANG PERMANEN

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG

JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG

ASET TETAP

Tanah 6.957.295.449.652 7.526.033.539.503 8.220.334.492.471 8.865.243.125.716 11.458.684.421.322 13,6% Peralatan dan Mesin

1.622.927.007.616 1.902.384.969.393 2.288.227.089.078 2.816.907.751.955 4.523.831.967.246 30,3% Gedung dan Bangunan

6.422.981.747.622 44,8% Jalan, Jaringan dan

Instalasi 6.520.612.954.190 6.790.702.576.992 7.145.536.334.038 7.134.806.709.143 7.678.593.819.862 4,2% Aset Tetap Lainnya

38.800.016.528 43.147.680.771 45.648.970.080 80.245.207.457 482.803.913.007 148,6% Konstruksi Dalam

Pengerjaan 70.463.631.556 206.678.646.522 696.785.048.687 1.085.315.941.948 1.045.971.403.432 120,6% Akumulasi Penyusutan

-7.133.000.193.744 -7.264.174.288.881 -9.766.444.558.447 -

JUMLAH ASET TETAP 16.990.894.859.013 18.481.062.063.341 13.582.677.752.558 15.496.786.862.381 21.846.422.714.045

ASET LAINNYA

Bagian Jangka Panjang Piutang Tuntutan

49.536.375 28.354.167 12.125.000 36.081.458 - -0,6% Ganti Rugi

Bagian Jangka Panjang

Piutang Sewa

Bagian Jangka Panjang Piutang Kerjasama

166.759.570.655 162.129.495.655 - Kemitraan Dengan

Pihak Ketiga 514.464.446.000 493.045.596.000 493.045.596.000 1.080.898.492.938 1.080.898.492.938 28,8% Aset Tak Berwujud 61.895.670.653 97.014.903.991 116.833.277.765 146.318.803.358 194.400.566.850 33,8%

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐14

Rata - Rata Uraian

Aset Lain - Lain 504.235.912.086

2.581.188.965.521 55,0% Akumulasi Amortisasi

-27.333.214.225 -30.860.083.853 -39.806.528.292 - Akumulasi Penyusutan

Aset Lain-lain

-109.413.329.230 -915.717.666.096 -819.270.558.285 -

JUMLAH ASET LAINNYA

JUMLAH ASET 25.506.958.756.384 28.614.139.178.798 25.574.494.189.275 28.286.541.521.361 37.374.450.569.874

KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA

PENDEK

Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)

1906612730 - Pendapatan Diterima

Dimuka 50.415.750 1.031.318.812 4.720.061.878 5.625.378.264 6.403.208.704 584,1% Utang belanja

312.288.201.728 473.156.258.351 436.417.579.331 - Utang Jangka Pendek

- Utang Bagi Hasil

- Pemkab/Pemkot

Jumlah Kewajiban Jangka Pendek

581.130.530.895 494.957.317.329 317.030.123.460 478.781.636.615 444.727.400.766 -1,7%

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Kewajiban Imbalan

Pasca Kerja - BLUD

Kewajiban Jangka Panjang Lainnya

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

JUMLAH KEWAJIBAN 581.809.949.633 495.858.371.515 317.962.616.714 478.781.636.615 444.727.400.766 -1,8%

EKUITAS

EKUITAS 24.925.148.806.751 28.118.280.807.283 25.256.531.572.561 27.807.759.884.746 36.929.723.169.107 11,4%

JUMLAH EKUITAS 24.925.148.806.751 28.118.280.807.283 25.256.531.572.561 27.807.759.884.746 36.929.723.169.107

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Sumber: Neraca Provinsi Jawa Barat 2013-2017

a) Aset

Aset pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2013-2017 mengalami kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐15

11,1%, dengan rata-rata pertumbuhan untuk masing-masing jenis aset antara lain Investasi Jangka Panjang rata-rata naik sebesar 1,7%, Aset Tetap peningkatan dengan rata-rata turun sebesar 9,3%. Sedangkan Aset lancar terjadi penurunan sebesar 2,0%,

b) Kewajiban

Kewajiban pemerintah daerah provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 mengalami penurunan dengan rata-rata 1,8%, Kewajiban Jangka Pendek pernurunan dengan rata-rata sebesar 1,7% serta serta pada tahun 2017 tidak memiliki kewajiban jangka panjang

c) Ekuitas Dana

Perkembangan ekuitas Provinsi Jawa Barat selama tahun 2013-2017 tumbuh rata-rata sebesar 11,4%. Berdasarkan dari neraca Provinsi Jawa Barat periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, maka hasil analisa perhitungan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas disajikan sebagaimana Tabel 3.7 berikut

Tabel 3.6

Analisis Rasio Keuangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2017

1 Rasio lancar (current ratio) 6,49 9,64 17,41 9,73 10,28

2 Rasio cepat (quick ratio) 6,26 9,29 17,01 9,25 15,95 Rasio total hutang terhadap

3 0,02 0,02 0,01 0,02 0,01 total asset

4 Rasio hutang terhadap modal 0,02 0,02 0,01 0,02 0,01

Sumber: Hasil perhitungan

Hasil perhitungan rasio keuangan menunjukkan bahwa kemampuan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam kondisi sehat sebagaimana

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐16 III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐16

A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas yang digunakan dalam analisis kondisi keuangan Provinsi Jawa Barat yaitu:

1. Rasio Lancar

Rasio lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Berdasarkan tabel di atas, rasio lancar pada tahun 2013 adalah sebesar 6,49 dan tahun 2017 sebesar 10,28.

2. Quick Rasio

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Quick rasio menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Berdasarkan tabel di atas, quick rasio pada tahun 2013 sebesar 6,26 serta periode tahun 2017 quick rasio sebesar 15,95. Hal ini berarti kemampuan pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam membayar kewajiban jangka pendeknya sangat baik.

B. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rsio yang menunjukkan kemampuan daerah untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Solvable berarti mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutangnya,jadirasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri atas:

BAB

III ‐ GAMBARAN KEUANGAN DAERAH III ‐17

1. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset

Rasio total hutang terhadap total aset menunjukkan seberapa besar pengaruh hutang terhadap aktiva, dimana semakin besar nilainya diartikan semakin besar pula pengaruh hutang terhadap pembiayaan dan menandakan semakin besar resiko yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Besar rasio total hutang terhadap total aset pada tahun 2013 sebesar 0,02 dan pada tahun 2017 sebesar 0,01. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa pengaruh hutang terhadap aktiva sangat kecil.

2. Rasio Hutang Terhadap Modal

Rasio hutang terhadap modal menunjukkan seberapa perlu hutang jika dibandingkan dengan kemampuan modal yang dimiliki, dimana semakin kecil nilainya berarti semakin mandiri, tidak tergantung pembiayaan dari pihak lain. Pada tahun 2013 rasio hutang terhadap modal pemerintah Provinsi Jawa Barat sebesar 0,02 serta periode tahun 2017 sebesar 0,01. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai total hutang masih jauh di bawah nilai modal yang dimiliki Provinsi Jawa Barat, dan semakin mandiri serta tidak tergantung pada hutang.