Permasalahan Makro

A. Permasalahan Makro

1. Hasil evaluasi terhadap pencapaian 59 target indikator sasaran/daerah (IKD) RPJMD Tahun 2013-2018 menunjukkan beberapa indikator belum tercapai sampai dengan Tahun 2016, yaitu:

a. Angka Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten

b. APK Sekolah Menengah

c. APK Pendidikan Tinggi

d. Indeks Kesehatan

e. Jumlah Penduduk Melek TIK usia 12 tahun ke atas

f. Indeks Pemberdayaan Gender

g. Nilai Tukar Petani (NTP)

h. Sertifikasi Jaminan Mutu Pelaku Usaha Produk Pertanian

i. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja j. PDRB Per Kapita (ADHK)

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐1 IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐1

2. Berdasarkan hasil evaluasi RPJMD Tahun 2013-2018, dapat dipetakan beberapa indikator kinerja yang tidak tercapai berdasarkan lokasinya (kabupaten/kota). Analisis tersebut dilakukan dengan mengelompokkan beberapa IKD dalam 7 (tujuh) kelompok, yaitu:

a. Pendidikan (Angka Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten, APK Sekolah Menengah, dan APK Pendidikan Tinggi). Berikut disajikan daerah di Jawa Barat yang memiliki masalah terkait 3 IKD.

No Kab/Kota Kondisi

1 Kabupaten

 RLS 6,74 Tahun

Sukabumi

 Jarak sekolah cukup jauh

2 Kabupaten Bogor

RLS 7,77 Tahun

3 Kabupaten RLS 7,42. Ada kegelisahan ketika alih Karawang

kelola SMK dan SMA, yang berdampak pada penurunan subsidi biaya pendidikan pada sekolah.

4 Kabupaten Pengalihan SMA/SMK ke Provinsi awalnya Purwakarta

tidak berbayar menjadi bayar sehingga bertentangan dengan kehendak masyarakat Purwakarta

5 Kabupaten

RLS dibawah 6 tahun

Indramayu

b. Kesehatan (Indeks Kesehatan). Berikut disajikan daerah di Jawa Barat yang memiliki masalah terkait IKD indeks kesehatan.

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐2

No Kab/Kota Kondisi

1 Kabupaten Bekasi Angka Kematian Ibu (AKI) lebih tinggi dari target

2 Kabupaten Garut

AKI/AKB masih tinggi

3 Kabupaten Subang Meningkatnya AKI/AKB dikarenakan kurangnya jumlah Obgyn sehingga terlambat dalam memberikan pertolongan di Rumah Sakit

c. Pengangguran (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka). Berikut disajikan daerah di Jawa Barat yang memiliki masalah terkait 2 IKD tersebut.

No Kab/Kota Kondisi

1 Kabupaten Angka pengangguran 11.51 sangat tiggi, Karawang

ironis karwayan yang berkeja di Karawang didominasi yang berasal dari luar Karawang, karena kualifikasi orang diluar Karawang lebih tinggi 2 Kabupaten Subang Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka, kebanyakan perempuan yang bekerja, laki-lakinya tidak bekerja 3 Kota Cimahi Pengangguran yang semakin banyak menambah/meningkat berasal dari kelompok yang rentan miskin 4 Kabupaten Ciamis Kurangnya penyediaan lapangan pekerjaan

5 Kota Banjar Angka Pengangguran meningkat yang dipengaruhi pendatang dari wilayah- wilayah perbatasan

d. Kemiskinan (Angka Kemiskinan). Berikut disajikan daerah di Jawa

Barat yang memiliki masalah terkait IKD angka kemiskinan.

No Kab/Kota Kondisi

1 Kabupaten Cianjur  Penduduk miskin didiominasi oleh faktor penduduk miskin pedesaan  Kemiskinan di perkotaan juga banyak dan mempunyai ragam permasalahan yang bervariasi

2 Kabupaten Angka kemiskinan sangat tinggi 10,7%, Karawang

salah satu faktor banyak lahan pertanian notabene sebelumnya milik penduduk asli dan berpindah tangan ke orang lain (alih kepemilikan lahan pertanian)

3 Kabupaten

Tingkat kemiskinan tinggi

Kuningan 4 Kabupaten

 Angka kemiskinan 12%

Majalengka  Terkait pembangunan BIJB, kesiapan petani belum optimal, terutama yang

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐3

No Kab/Kota Kondisi

tanahnya terkena dampak pembebasan menjadi miskin, dan belum adanya solusi terkait masalah tersebut

 LPE di angka 5,4 seharusnya bisa meredam angka kemiskinan tetapi angka tersebut mengalami penurunan

 PD sendiri tidak bisa melaksanakan fokus di kemiskinan dalam waktu tahun ini karena terkendala aturan/regulasi. Kemiskinan masuk indikator komposit sehingga sulit untuk menunjuk hanya satu PD saja

5 Kota Cimahi Ketimpangan kemiskinan di Cimahi tidak menjadi beban berat bagi Provinsi, Pengangguran yang banyak menambah data kemiskinan

6 Kota Tasikmalaya PermasAlahan dalam menurunkan angka kemiskinan yang tercatat sangat tinggi mulai tahun 2005 (26%)

7 Kabupaten Ciamis

Angka kemiskinan tinggi

8 Kabupaten Jumlah sasaran penanggulangan Tasikmalaya

kemiskinan yang realtif tinggi yaitu 195 ribu

9 Kabupaten Data-data angka kemiskinan yang belum Pangandaran

tervalidasi

e. Ketimpangan (Indeks Gini). Berikut disajikan daerah di Jawa Barat yang memiliki masalah terkait IKD indeks gini.

No Kab/Kota Kondisi

1 Kota Bandung Tingkat Ketimpangan yang sangat tinggi (GR=0,44), walaupun pertumbuhan ekonomi tinggi

2 Kota Depok Tingkat ketimpangan yang sangat tinggi, dengan persoalan demografi yang komplek sebagai kota penyangga Ibu Kota 3 Kota Bekasi Tingkat ketimpangan yang sangat tinggi, hampir sama dengan tipologi kota lain dikarenakan distribusi pendatang yang tidak merata

4 Kota Cirebon Terdapat kesenajngan antara ASN di Kota dan Kabupaten Cirebon

f. Ekonomi (PDRB Per Kapita ADHK, Laju Pertumbuhan Ekspor, Nilai Investasi PMA–PMDN, Nilai Penanaman Modal Asing, Nilai Investasi/PMTB ADHB, Laju Pertumbuhan Ekonomi). Berikut

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐4 IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐4

No Kab/Kota Kondisi

1 Kabupaten Subang  Kondisi koperasi mengalami penurunan  Dikarenakan 80% sektor pertanian, dan

ketika gagal panen (fuso) maka tingkat kesejahteraan menjadi rendah—pokok utama penghasilan di Subang adalah dari sektor pertanian

2 Kabupaten Cirebon Ada beberapa infrastruktur strategis, seperti Jalan Tol, Double Track dan Kertajati—jangan sampai apa yang terjadi di Karawang ini terulan di Kota Cirebon— masyarakat tidak menikmati pembangunan itu sendiri karena kalah bersaing dengan orang luar

3 Kabupaten PDRB yang sangat lambat, potensi SDM Kuningan

yang belum dioptimalkan

4 Kabupaten  Akibat pembangunan Bandara Majalengka

Internasional Jawa Barat, banyak lahan pertanian yang digunakan dan kondisi saat ini masyarakat tidak memiliki keuntungan karena mereka yang berkunjung ke Majalengka hanya untuk ke Bandara

 Dampak bagi masyarakat Majalengka yang kehilangan perekonomian akibat pembangunan tol dan bandara tersebut

5 Kabupaten Garut Daya beli kenapa masih rendah 6 Kabupaten Ciamis

Daya beli di Ciamis masih rendah

g. Pertanian (Nilai Tukar Petani, dan Sertifikasi Jaminan Mutu Pelaku Usaha Produk Pertanian). Berikut disajikan daerah di Jawa Barat yang memiliki masalah terkait 2 IKD tersebut.

No Kab/Kota Kondisi

1 Kabupaten Subang  Jumlah produksi padi, mengalami penurunan karena ada penyakit kolwer gagal panen

 Dikarenakan 80% sektor pertanian, dan ketika gagal panel maka tingkat kesejahteraan menjadi rendah—pokok utama penghasilan di Subang adalah dari sektor pertanian

2 Kabupaten Dalam konstelasi Jawa Barat belum Indramayu

diberikan peran yang optimal mengingat Kabupaten Indramayu memiliki potensi yang cukup baik (Lumbung Padi Nasional, dll)

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐5

No Kab/Kota Kondisi

3 Kabupaten Lahan-lahan pertanian beralih fungsi Karawang

menjadi kawasan industri yang tidak mendukung misi daerah sebagai sentra lumbung padi

4 Kabupaten Potensi pertanian sudah mulai menurun Kuningan 5 Kabupaten

Imbas dari pembebasan lahan untuk Majalengka

pembangunan kawasan BIJB ialah hilangnya 55.000 ha, kontribusi berbasis pertnian beralih ke perdagangan barang dan jasa

6 Kabupaten  Pertumbuhan di bidang pertanian yang Sumedang

cukup lambat  Waduk Jatigede masih menyisakan

masalah. Lahan pertanian yang hilang, otomatis mata pencaharian hilang. Pergantian mata pencaharian juga prosesnya lama, sehingga angka pengangguran tinggi

3. Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama periode Tahun 2104 dan 2015 mengalami penurunan mencapai 5,04 persen, walau mengalami peningkatan di tahun 2016 menjadi 5,67 persen. Kecenderungan penurunan di 2 (dua) tahun tersebut tetap perlu diwaspadai untuk terulang lagi di tahun-tahun mendatang. Bila dibandingkan antara realisasi dan target yang ditetapkan pada RPJMD Tahun 2013-2018, sampai dengan tahun 2016 menunjukkan belum tercapainya target. Hal ini disebabkan oleh melemahnya harga- harga komoditas dan turunnya belanja konsumen, dibarengi dengan pelemahan pasar global.

4. Target indikator kinerja daerah Indeks Gini tidak tercapai. Pada tahun 2016 di RPJMD 2013-2018 indeks gini 0,36–0,35, namun realisasi sebesar 0,41. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat masih bertumpu pada sektor-sektor yang padat modal, sehingga menyebabkan penyerapan tenaga kerja menjadi berkurang, dampaknya adalah pengangguran meningkat.

b. Fundamentalisme pasar yang mendorong orang kaya meraup keuntungan terbesar dari pertumbuhan ekonomi.

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐6 IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐6

d. Ketimpangan akses antara perdesaan dan perkotaan terhadap infrastruktur.

5. Tingkat kemiskinan Jawa Barat tidak mencapai target. Evaluasi kinerja program menunjukan kinerja baik namun kegiatan-kegiatan sebagian besar tidak menunjang penuntasan kemiskinan. Permasalahan yang terjadi adalah:

a. Kegiatan pemberdayaan fakir miskin tidak sepenuhnya mendapat perhatian;

b. Pengangguran karena belum sesuainya kualifikasi pencari kerja dengan lapangan kerja.

c. Jumlah penduduk miskin Jawa Barat peringkat ke-3 tertinggi,

d. Struktur ekonomi di Jawa Barat pun masih didominasi oleh sektor industri pengolahan yang memiliki karakteristik padat modal.

e. Pertumbuhan ekonomi yang mengarah ke sektor industri dan jasa melebihi pertumbuhan di sektor pertanian, sedangkan rata-rata RTM bekerja di sektor pertanian.

f. Jumlah individu dengan 40% kesejahteraan terendah bekerja di sektor pertanian.

g. Ketimpangan masih tinggi.

h. Tingkat penganguran tertinggi dan rendahnya kualitas SDM.

i. Pelayanan dasar bagi masyarakat miskin seperti penyediaan air minum, listrik dan sanitasi layak masih rendah dan kecenderungan masih terpusat di kawasan perkotaan.

j. Program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan belum terintegrasi dan belum mengacu kepada data PBDT 2017 dalam penentuan sasaran.

k. Sumber pembiayaan yang terbatas, masih bergantung kepada APBN dan APBD.

6. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa beberapa indikator tujuan pembangunan millennium atau millennium development goals (MDGs)

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐7 IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐7

a. Goal 1: Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional [rasio penduduk miskin], rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas, prevalensi balita gizi buruk prevalensi balita gizi kurang dan proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum: 1.400 dan 2.000 Kkal.

b. Goal 3: RAPM SMA dan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian.

c. Goal 4: Angka kematian balita per 1000 kelahiran hidup.

d. Goal 5: Angka kematian ibu per 100,000 kelahiran hidup.

e. Goal 6: Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi terakhir, proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS, dan proporsi jumlah kasus tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS.

f. Goal 7: Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perkotaan dan perdesaan dan proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perdesaan serta proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.