Penelaahan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals)

4.2.3. Penelaahan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals)

Agenda pembangunan dunia Millenium Development Goals (MDGs) yang tidak lagi berlaku terhitung mulai akhir tahun 2015 telah digantikan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Program SDGs aktif mulai Tahun 2016 hingga Tahun 2030.

Pasca agenda pembangunan 2015, yang dikenal dengan istilah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s) 2016-2030, diharapkan dapat menanggulangi berbagai masalah, termasuk menghapuskan kemiskinan dan kelaparan, memajukan kesehatan dan pendidikan, membangun kota-kota secara berkelanjutan, memerangi perubahan iklim serta melindungi samudera dan hutan.

Komitmen Indonesia untuk ikut mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan bersama dengan negara-negara lain, ditunjukkan dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Tujuan pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Adapun 17 tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan yang harus diwujudkan bersama-sama oleh K/L dan pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota), yaitu:

1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun.

2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan.

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐45

3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia.

4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.

5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.

6. Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua.

7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua.

8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua.

9. Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan, serta mendorong inovasi.

10. Mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara.

11. Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.

12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.

14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan.

15. Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati.

16. Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan.

17. Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐46

Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan Studi Baseline Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) di Provinsi Jawa Barat.

Dalam penelitian, dilakukan analisis baseline atas 41 indikator dari 16 tujuan SDGs (kecuali untuk tujuan ke-17) untuk provinsi Jawa Barat dan 27 kabupaten/ kota di Jawa Barat. Pemilihan indikator ini didasari oleh ketersediaan data untuk masing-masing provinsi di Indonesia, begitu juga dengan relevansi data tersebut dalam merepresentasikan performa tujuan pembangunan berkelanjutan. Dari 41 indikator terpilih, hampir semua indikator termasuk ke dalam kategori tier 1 yang berarti data yang dikumpulkan sudah jelas dan mapan dalam standar dan metodologi, dan juga diproduksi secara berkala. Data yang dikumpulkan meliputi 15 tahun pengamatan, dari tahun 2001 – 2015. Dari data yang tersedia, ternyata ada beberapa indikator yang datanya hanya 2 atau 3 tahun saja, seperti indikator “Rumah Tangga dengan perilaku Memilah Sampah” dan indikator “Proporsi Perempuan dalam parlemen”.

Hasil proyeksi baseline 41 indikator SDGSs untuk Provinsi Jawa Barat disajikan pada tabel dibawah. Hasil proyeksi ini kemudian dibandingkan dengan target SDGs pada tahun 2030 dan dikonversi dalam bentuk system penilaian scorecard.

Provinsi Jawa Barat masih menghadapi tantangan yang cukup berat untuk pencapaian SDGs 2030. Dengan menggunakan metode scorecard, provinsi Jawa Barat mendapatkan skor sebesar 2.05 yang artinya mendapatkan nilai C untuk skor kemajuan pencapaian SDGs. Angka ini masih tergolong cukup rendah namun masih lebih tinggi dari angka rata-rata nasional sebesar 1.89. Pencapaian SDGs di tahun 2030 diproyeksikan akan masih tertinggal jika hanya masih mengandalkan kebijakan dan program yang sudah dilakukan (business as usual).

Tantangan terbesar yang dihadapi Jawa Barat salah satunya adalah isu ketimpangan ekonomi. Rasio Palma yang mengukur rasio ketimpangan pendapatan di Jawa Barat diproyeksikan berada di angka 1.99, bergerak meningkat menjauhi targetnya di mana berarti pada Tahun 2030,

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐47 IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐47

Sementara itu, beberapa indikator menunjukkan progress yang positif dan mendapatkan skor A. Seperti indikator angka kematian neonatal yang merupakan bagian dari isu kesehatan (tujuan ke-3, kesehatan dan kesejahteraan yang baik) yang diproyeksikan akan jauh melampaui targetnya untuk Jawa Barat. Pada tahun 2030 angka kematian neonatal diproyeksikan ada di 8 kasus per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih rendah dari targetnya. Selain itu, isu kelaparan di tujuan ke-2 mengenai tidak ada kelaparan yang tercermin pada indikator produktivitas tanaman pangan juga mendapatkan skor A, lebih tinggi dari skor rata- rata nasional untuk indikator yang sama.

Sementara indikator-indikator untuk masalah pendidikan yang berkualitas seperti angka melek huruf dan angka partisipasi kasar perguruan tinggi diproyeksikan memiliki progress yang baik dan positif dan sangat mungkin mencapai targetnya di tahun 2030. Hanya indikator rata-rata lama sekolah yang memiliki progress yang tidak cukup tinggi dengan mendapatkan skor C untuk pencapaian SDGs 2030. Namun skor inipun masih menunjukkan tren yang positif dari indikator tersebut.

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐48

Tabel 4.2

Hasil Proyeksi Baseline Indikator SDGs Provinsi Jawa Barat INDIKATOR

2025 2030 1 TANPA KEMISKINAN

Penduduk miskin dengan garis kemiskinan $1.90 per hari (%) 9.53 8.32 8.06 6.88 5.87 Penduduk miskin dengan garis kemiskinan nasional (%)

2 TANPA KELAPARAN

Balita dengan tinggi badan pendek dan sangat pendek (%) 35.3 34.51 34.49 34.39 34.32 Balita dengan berat badan kurus dan sangat kurus (%)

10.9 12.47 12.63 13.35 13.93 Produktivitas tanaman pangan (t/ha)

3 KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA

Angka kematian dibawah 5 tahun (per 1.000 kelahiran hidup) 38 33 32 28 24 Angka kematian Neonatal (per 1.000 kelahiran hidup)

17 13 12 10 8 Angka harapan hidup saat lahir (tahun)

72.41 73.37 73.6 74.76 75.93 Jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (per 100.000 penduduk)

6 7 7 7 7 Penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (%)

4 PENDIDIKAN BERKUALITAS

Rata-rata lama sekolah (Tahun) 8.42 8.93 9.04 9.61 10.22 Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%)

21.7 25.9 27.2 33.72 40.24 Angka melek huruf usia 15-24 (%)

5 KESETARAAN GENDER

Tingkat kesuburan wanita (kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) 52 58 57 53 50 Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (%)

40.26 44.89 45.12 46.12 46.94 Proporsi perempuan dalam parlemen (%)

6 AIR BERSIH DAN SANITASI LAYAK

Rumah tangga dengan air minum layak (%) 67.2 71.28 73.47 84.45 95.43 Rumah tangga dengan sanitasi layak (%)

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐49

7 ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU

Rasio Elektrifikasi (%)

8 PEKERJAAN LAYAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

PDRB per kapita (harga konstan 2016) (juta rupiah) 33 40 41 51 62 Tingkat pengangguran dengan kriteria jam kerja <35 (%)

11.19 14.13 14.13 14.13 14.13 Penduduk usia muda yang tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak pelatihan

27.16 24.25 23.41 19.63 16.46 Penduduk usia 5-14 tahun yang termasuk kedalam kategori pekerja anak (%) 2.54 2.68 2.6 2.26 1.96

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐50

Tabel 4.3

Scorecard Penilaian Proyeksi Pencapaian Indikator SDGs Provinsi Jawa Barat

JAWA

INDONESIA 1 TANPA KEMISKINAN

INDIKATOR

BARAT

Penduduk miskin dengan garis kemiskinan $1.90 per hari (%) B B Penduduk miskin dengan garis kemiskinan nasional (%)

2 TANPA KELAPARAN

Balita dengan tinggi badan pendek dan sangat pendek (%) C C Balita dengan berat badan kurus dan sangat kurus (%)

B B Produktivitas tanaman pangan (t/ha)

3 KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA

Angka kematian dibawah 5 tahun (per 1.000 kelahiran hidup) A D Angka kematian Neonatal (per 1.000 kelahiran hidup)

A B Angka harapan hidup saat lahir (tahun)

B B Jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas (per 100.000 penduduk)

Penduduk dengan kebiasaan merokok tiap hari di atas usia 15 tahun (%) D E D E

4 PENDIDIKAN BERKUALITAS

Rata-rata lama sekolah (Tahun) C C Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (%)

B B Angka melek huruf usia 15-24 (%)

5 KESETARAAN GENDER

Tingkat kesuburan wanita (kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun) B E Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita (%)

D D Proporsi perempuan dalam parlemen (%)

6 AIR BERSIH DAN SANITASI LAYAK

BAB

IV – PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS DAERAH IV ‐51

Rumah tangga dengan air minum layak (%) B B Rumah tangga dengan sanitasi layak (%)

7 ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU

Rasio Elektrifikasi (%) A A

8 PEKERJAAN LAYAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

PDRB per kapita (harga konstan 2016) (juta rupiah) A A Tingkat pengangguran dengan kriteria jam kerja <35 (%)

E E Penduduk usia muda yang tidak bekerja, tidak sekolah dan tidak pelatihan (%) Penduduk usia 5-14 tahun yang termasuk kedalam kategori

pekerja anak (%) A B

9 INDUSTRI, INOVASI DAN INFRASRTUKTUR

Kondisi jalan dengan kualitas baik dan sedang (% dari total panjang jalan) A B Rumah tangga yang pernah mengakses internet dalam 3 bulan