Analisa Data : Metodologi Penelitian
sedangkan yang menjadi penghambat dari pasangan ini adalah maraknya Black Campaign kampanye gelap, kecurangan-kecurangan pasangan dari kubu
lawan, Many Politic, fenomena Golput di masyarakat setempat. Perbedaan dari penelitian di atas terletak pada subjek dan objek penelitian yang
berbeda namun masih dalam konteks kajian komunikasi politik, penelitian yang dilakukan Misliyah ini lebih menekankan pada peranan media massa dalam
lingkup pemilihan kepala daerah Pilkada Bekasi dan hanya menggunakan teori publisitas aktor politik, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lebih
kepada unsur propaganda politik dan konstruksi realitas yang dibangun media massa.
2. Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin Rachmi Diany dan Drs. H. Benyamin
Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun 2011. Oleh Amalia mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amalia ini bertujuan untuk mengetahui
strategi komunikasi politik pasangan Airin Rachmi Diany dan Benyamin Davnie untuk memenangkan pilkada Tangsel 2011 melalui media lini atas
Above the line dan media lini bawah Below the line. Penelitian Amalia ini menggunakan metode kualitatif analisis deskriptif yang
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data, teori yang digunakan adalah model kampanye Ostergaard,
dengan mengidentifikasi masalah yang ada, tahap pelaksanaan kampanye, dan tahap penanggulangan kampanye.
Hasil akhir dalam penelitian yang dilakukan Amalia ini ditemukan bahwa strategi politik pasangan Airin Rachmi Diany dan Benyamin Davnie adalah
dengan menggunakan media lini atas seperti koran, dan internet sebagai media utamanya, dan media lini bawah seperti striker, poster, spanduk, baliho dan
billboard sebagai media pendukung. Kedua jenis media tersebut terbukti efektif dalam mempromosikan dan membentuk citra pasangan Airin-Benyamin,
terlebih keberhasilannya dalam melakukan publisitas melalui media massa. Perbedaan yang nampak jelas pada penelitian yang dilakukan oleh Amalia ini
terletak pada model penelitian yang menggunakan model Ostergaard sedangkan model penelitian yang peneliti gunakan adalah model Teun Van Dijk, dan teori
yang dipakai hanya media lini atas Above the line dan media lini bawah Below the line sedangkan teori yang peneliti gunakan meliputi, konstruksi
realitas sosial, konstruksi realitas politik, opini publik, dan propaganda politik namun persamaan pada penelitian ini masih terkait dengan kajian keilmuan
komunikasi politik media massa. Penelitian-penelitian tersebut di atas merupakan sebagian penelitian yang
membahas tentang komunikasi politik, keterkaitan dari penelitian di atas adalah sama-sama meneliti mengenai kajian keilmuan dibidang komunikasi politik, dengan
media massa atau media cetak yang menjadi subjek penelitian. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada objek penelitian, dan lembaga yang diteliti,
penelitian terdahulu tidak melulu menggunakan metodologi yang sama, ada yang menggunakan metode kualitatif dan ada yang menggunakan metode kuantitatif.
Dewasa ini di kalangan mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi sudah banyak yang melakukan penelitian dalam bidang komunikasi politik, ini
menunjukkan bahwa ketertarikan dan perkembangan pola pikir mahasiswa sangatlah signifikan maka itu perlu dikembangkan lebih lanjut agar lulusan-lulusan dari
fakultas dakwah dan komunikasi tidak hanya bisa melihat pesan-pesan yang bercirikan politik namun juga bisa mempraktikkan yang menjadikan edukasi bagi
masyarakat luas. Teori-teori yang digunakan pun tidak sepenuhnya sama, masing-masing dari
peneliti mempunyai kajian teoritis yang sangat mendalam pada penelitiannya, ada yang menggunakan teori konstruksi realitas sosial, konseptualisasi marketing politik,
teori konstruksi citra, dan teori komunikasi politik secara umum. Ini pun akan menambah khazanah keilmuan bagi fakultas dakwah dan komunikasi dalam
perkembangan kajian ilmu komunikasi dibidang komunikasi politik.