Karakteristik Opini Publik Opini Publik

c. Opini publik berhubungan dengan citra, rencana, dan operasi action. Kenneth R. Boulding dalam Olii mengutarakan, citra, rencana, dan operasi merupakan matriks dari tahap-tahap kegiatan dalam situasi yang selalu berubah. d. Opini publik disesuaikan dengan kemauan banyak orang. Untuk itu, banyak orang berlomba memanfaatkan opini publik sebagai argumentasi atas alasan memutuskan sesuatu. e. Opini publik identik dengan hegemoni ideologi. Kelompok atau pemerintahan ingin tetap terus berkuasa, maka mereka harus mampu menjadikan ideologi kekuasaan menjadi dominan dalam opini publik. 3. Faktor Budaya Budaya mempunyai pengertian yang aneka ragam. Budaya diartikan sebagai seperangkat nilai yang dipergunakan untuk mengelola kehidupan manusia. Nilai-nilai yang terhimpun dalam sistem budaya itu oleh individu menjadi identitas sosialnya, menjadi ciri-ciri dari anggota komunitas budaya tertentu. 4. Faktor Media Massa Interaksi antara media dengan institusi masyarakat menghasilkan produk isi media media content. Oleh audiens, isi media diubah menjadi gugusan-gugusan makna, apakah yang dihasilkan dari proses penyandian pesan itu, sangat ditentukan oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, pengalaman yang lalu, kepribadian dan selektivitas dalam penafsiran.

c. Pembentukan Opini Publik

Opini publik sebagai efek politik terbentuk melalui proses komunikasi politik yang dimulai dari opini setiap individu. Setiap pesan atau pembicaraan politik yang menyentuh individu itu dapat ditolak atau diterima, pada umumnya melalui proses terbentuknya pengertian dan pengetahuan knowledge, dan proses terbentuknya sikap dan pendapat menyetujui atau tidak menyetujui attitude and opinion, serta proses terjadinya gerak pelaksanaan practice. Ketiga proses diatas itu menurut E. Rogers dan Shoemakers dalam Heryanto pada dasarnya melalui lima tahap, yaitu: kesadaran; perhatian; evaluasi; coba-coba; dan adopsi. Kelima tahap ini dirumuskannya dalam kerangka komunikasi inovasi atau komunikasi pembaharuan. Dapat dikatakan bahwa pengertian dan pengetahuan lahir setelah melewati pintu kesadaran dan perhatian. Dengan kata lain bahwa suatu pesan atau pembicaraan politik dapat diketahui dan dimengerti oleh seseorang untuk kemudian melahirkan sikap dan opini pendapat, harus terlebih dahulu seseorang itu memiliki kesadaran akan adanya rangsangan yang menyentuhnya. Rangsangan itu kemudian menimbulkan pengamatan dan perhatian. 41 Sedangkan menurut Nimmo, pembentukan opini adalah proses empat tahap yang melibatkan kesaling-lingkupan aspek personal, sosial, dan politik melalui munculnya : 41 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 98 1. Pertikaian yang mempunyai potensi menjadi isu, 2. Kepemimpinan politik, 3. Interpretasi personal dan pertimbangan sosial, 4. Kesediaan mengungkapkan opini pribadi di depan umum. Sebelum menyebutkannya, ada dua hal yang menurut Nimmo perlu dibicarakan. Pertama, dalam memberikan peran utama kepada interpretasi personal yang aktif dalam membentuk opini, kita tidak mengulang esensial contoh manusia rasional dari perilaku manusia. Kedua, yang perlu dibicarakan mengenai pembentukan opini sebelum kita meninjau implikasi pandangan kita, ialah mengenai karakteristik opini dan opini publik. 42 Jika publik menghadapi suatu isu maka akan timbul perbedaan opini, hal ini menurut Santoso Sastropoetro dalam Olii disebabkan karena. Pertama, adanya perbedaan pandangan terhadap fakta dari masing-masing individu. Kedua, perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan. Dan ketiga, adanya perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan. 43 Arifin dalam Heryanto mengungkapkan bahwa dalam psikologi dijelaskan bahwa suatu pesan atau pembicaraan politik baru dapat disebut rangsangan apabila ia menyentuh alat indera manusia. Rangsangan itu kemudian dibawa ke otak oleh urat saraf, dan karena reaksi otak terjadilah pengamatan. Sejak itulah orang tersebut sadar akan adanya pesan atau pembicaraan politik yang menyentuhnya. Dalam hal ini 42 Nimmo, Komunikasi Politik “Khalayak dan Efek, h. 24-25 43 Olii, Opini Publik, h. 55 Thomas A. Aquino menyatakan bahwa tiada sesuatu yang dapat masuk kedalam pikiran yang tidak ditangkap oleh panca indera. 44 Dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik, perlu diperhitungkan empat pokok, yaitu: 45 a. Difusi, yaitu apakah opini yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat adanya kepentingan golongan. b. Persistense, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya isu karena di samping itu opini pun perlu diperhitungkan. c. Intensitas, yaitu ketajaman terhadap isu. d. Reasonableness, yaitu pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan beralasan. Opini publik terbentuk karena adanya aktivitas komunikasi yang bertujuan memengaruhi dan mengubah cara pandang orang lain terhadap suatu isu, pun terkadang dalam prosesnya seringkali terjadi perubahan antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Agar pihak lain terpengaruh tidak jarang menggunakan proses tawar menawar dengan cara penekanan, agitasi provokator, ataupun intimidasi atau ancaman.

2. Propaganda Politik

Propaganda adalah suatu kegiatan komunikasi yang erat kaitannya dengan persuasi. Propaganda diartikan sebagai proses diseminasi informasi untuk 44 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 99 45 Olii, Opini Publik, h. 55 memengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dengan motif indoktrinasi ideologi. 46 Diantara bahasan yang menonjol dalam kajian komunikasi politik adalah menyangkut isi pesan. Bahasan ini sama pentingnya dari bahasan komunikator, media, khalayak dan efek komunikasi politik. Dalam beberapa literatur disebutkan, inti komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh. Urgensinya dalam suatu sistem politik tak diragukan lagi, karena komunikasi politik terjadi saat keseluruhan fungsi dari sistem politik lainya dijalankan. 47 Propaganda merupakan komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisir yang ingin menciptakan pastisipasi aktif maupun pasif dalam tindakan- tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu kelompok yang terorganisir. Komunikasi politik selalu bertujuan memengaruhi khalayak, atau dengan kata lain melakukan persuasi. Salah satu diantaranya propaganda. Propaganda merupakan salah satu bagian dari komunikasi politik secara luas. Apabila politik didefinisikan sebagai kegiatan manusia secara kolektif yang mengatur perilaku mereka di dalam situasi konflik sosial, maka komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang 46 Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, h. 332 47 Heryanto dan Farida. Komunikasi Politik, h. 110