kepengurusan Partai NasDem bisa terbentuk hingga pelosok desa di
seluruh kebupaten.
Stilistik Leksikon
Paragraf 1:
konsolidasi, mengembangkan, sayap partai.
Paragraf 2:
organisasi sayap,
penopang. Paragraf 3: target, pemenang.
Paragraf 4:
pusat, organisasi,
konsolidasi. Paragraf 5: sayap partai, rampung,
ungkap. Paragraf
6: tujuan,
pembaruan, perbaikan, jati diri.
Paragraf 7:
optimistis, seluruh,
berdiri. Paragraf 9: pelosok, seluruh.
Pada analisis teks dalam tabel di atas menunjukkan, dilihat dari struktur makro, harian Media Indonesia mengemas elemen tematik dengan menonjolkan
pernyataan bahwa Partai NasDem telah berkonsolidasi ke daerah Jawa Tengah dalam rangka penguatan kader dan pengembangan sayap partai ke seluruh kota di Jawa
Tengah. Judul yang di angkat tersebut mengaplikasikan salah satu teknik
propaganda yaitu teknik card stacking, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, tekni card stacking ini digunakan untuk mencoba mengemukakan fakta
dengan bertujuan meyakinkan orang lain. Pada tingkatan superstruktur, berita di kemas dengan unsur skematik yang
mengedepankan ungkapan Sugeng Suparwoto bahwa target Partai NasDem harus menjadi pemenang pemilu dan mengharapkan organisasi sayap partai mampu
menjadi penopang bagi keberadaan partai. Kemudian pada skema tengah dalam berita di atas menunjukkan keinginan Sugeng agar seluruh kabupaten di Jawa Tengah dapat
menjadi pusat konsolidasi organisasi Partai NasDem. Dan pada skema akhir yaitu pernyataan Akhwan Sukandar menjadi penutup dari berita ini dengan pernyataan
bahwa Partai NasDem akan menang dalam pemilu 2014 mendatang. Sedangkan pada tingkatan struktur mikro, jika melihat dari elemen semantik
dalam berita di atas banyak memberitakan sesuatu yang implisit mengenai tujuan dan target-target yang ingin di capai Partai NasDem, dengan latar tentang restorasi
Indonesia dan penguatan kader, dan melakukan pembaruan untuk perbaikan negara yang di landasi pada jati diri bangsa Indonesia, sementara hal yang terkait dengan
langkah-langkah strategis dan perencanaan untuk melakukan pembaruan tersebut tidak disebutkan dalam teks berita dan dijelaskan secara eksplisit tentunya hal ini
mengakibatkan kurangnya detail dari sisi yang lain. Pada elemen siktaksis ditemukan bentuk kalimat dan koherensi yang men-
jelaskan kata kerja aktif dan pasif, juga dan hubungan sebab-akibat, yang akan melandasi Partai NasDem untuk melakukan pembaruan dan perbaikan negara.
Sedangkan pada elemen stilistik ditemukan pilihan-pilihan kata yang dipakai ke dalam teks mengandung unsur optimisme, bertujuan melakukan pembaharuan,
sayap partai yang diharapkan dapat mendukung kesuksesan Partai NasDem pada pemuli mendatang.
B. ANALISIS KOGNISI SOSIAL PEMBERITAAN PARTAI NASDEM DI
MEDIA INDONESIA
Analisis kognisi sosial merupakan bentuk kedua dari analisis model Van Dijk yang pendekatannya lebih bersifat spesifik dan psikologis. Kognisi sosial juga
digunakan untuk menganalisa bagaimana dan sejauhmana pengetahuan wartawan baik penulis berita maupun penentu kebijakan dalam memahami seseorang atau
peristiwa yang ingin diberitakan. Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna
tersembunyi dari teks, kita membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.
3
Setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa, di sini wartawan tidak
dianggap sebagai individu yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam nilai, pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.
4
3
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 260
4
Ibid, h. 261
Penelitian ini difokuskan bagaimana teks diproduksi dengan dipengaruhi kebijakan redaksional dalam suatu media, wawancara yang peneliti lakukan dengan
Bapak Ono Sarwono yang merupakan salah satu wartawan senior dan kini menjabat sebagai Asisten Kepala Divisi Pemberitaan Media Indonesia menyatakan bahwa,
dalam menentukan dan menseleksi berita-berita yang akan diterbitkan Media Indonesia melalui beberapa mekanisme rapat dan memprioritaskan berita yang
memiliki news value, seperti yang diungkapkan di bawah ini: “Disini kami mempunyai mekanisme rapat satu hari itu ada tiga kali rapat,
antara lain ada rapat proyeksi sekitar jam setengah sepuluh, yaitu mendiskusikan berita yang akan diliput. Kemudian, jam dua belas ada rapat
budget, rapat ini membicarakan perolehan dari rapat proyeksi tadi. Kemudian, jam setengah tiga sore itu ada rapat checking, di rapat ini kami mengecek
kembali berita-berita yang ingin dimuat, ada berita politik satu, dua dan tiga, ada berita olah raga satu, dua, tiga, dan lain sebagainya, di sini lah kami
menentukan berita, mempertajam, dan memfinalkan berita mana yang ada di halaman sekian, mana berita yang menjadi headline
”.
5
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat mekanisme peliputan atau pencarian berita sudah ditentukan dari awal dalam rapat proyeksi, dimana redaksi
mendiskusikan berbagai peristiwa atau kejadian yang ingin diliput dan kemudian akan diproses lebih lanjut dalam rapat selanjutnya setelah berita-berita didapatkan.
Setelah semua berita terkumpul maka akan diadakan rapat budget atau rapat kedua yang membicarakan, memperdebatkan, mendiskusikan hasil dari berita yang
didapatkan dari para pencari berita yang ada di lapangan. Tahap akhir dari mekanisme diatas ialah rapat cheking, dimana berita-berita
yang sudah terkumpul dan telah diperdebatkan dan didiskusikan, maka akan
5
Wawancara pribadi dengan Ono Sarwono, Jakarta, 26 Juni 2012.
dilakukan pengecekan ulang terhadap berita mana saja yang akan dimuat, dipertajam kembali dan difinalkan. Dalam tahap ini sudah ditentukan berita mana yang memiliki
nilai berita yang lebih tinggi akan dijadikan prioritas utama dan disesuaikan dengan keinginan pembaca. Seperti yang dijelaskan oleh narasumber dibawah ini:
“Kita juga harus menentukan mana yang menjadi prioritas, mana berita yang menarik, yang mempunyai nilai berita atau news value, mana informasi yang
diinginkan pembaca. Misalnya, besok akan ada pemeriksaan Anas di KPK, pada saat yang sama Partai NasDem ada peresmian Dewan Pimpinan Cabang di
salah satu daerah, pembaca tentu lebih memilih berita tentang Anas, di sini kita harus bijak dalam menentukan berita, mana yang menarik bagi masyarakat atau
tidak.
”
6
Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa dalam menentukan atau menseleksi berita-berita yang telah terkumpul, Media Indonesia memilih nilai berita
atau news value sebagai tolak ukur dari berita-berita yang akan diterbitkan. Namun, jika dalam proses penentuan dan penseleksian berita ini dikaitkan dengan sang
pemilik modal, dalam hal ini Surya Paloh, yang notabene-nya juga menjabat sebagai ketua umum Partai NasDem, apakah Ia mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap proses penseleksian berita. Berikut ini penjelasan pada saat penulis melakukan wawancara dengan narasumber terkait:
“Nah, ini juga yang harus saya sampaikan kepada Anda, seperti yang sudah saya jelaskan tadi, di setiap media massa itu baik yang ada di Indonesia maupun
di luar Indonesia, para pemilik pasti mempunyai kepentingan, baik dari segi bisnis dan sebagainya, tapi jika kita harus menitikberatkan atau mendukung
suatu partai tertentu kita pasti tidak akan dilirik oleh pembaca, seperti misalnya, kasus korupsi yang menimpa kader Partai Demokrat, kita tidak mungkin
menutupinya, media manapun pasti memberitakan hal itu, nah tinggal karakter dari masing-
masing media itulah yang membedakan.” “Di sini Anda bisa melihat sendiri keadaanya seperti apa, terkadang Pak
Surya itu sudah terlalu sibuk dengan urusannya, bahkan hampir setiap hari saya
6
Ibid, wawancara
yang memimpin rapat, jadi kami sendiri yang menentukan berita mana yang ada di halaman satu, halaman dua, Polkam, dan sebagainya.
”
7
Penjelasan diatas menegaskan bahwa dalam industri media massa tidak melulu faktor kepemilikan media menjadi pengaruh yang signifikan bagi proses
penentuan berita, walaupun tidak dimungkiri bahwa pemilik pasti mempunyai kepentingan. Namun, didalam memutuskan berita-berita yang akan diterbitkan Media
Indonesia masih menimbang faktor kepuasan konsumen agar tetap diminati oleh khalayak pembaca.
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada sebuah skema. Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Model menunjukkan pengetahuan,
pandangan individu ketika melihat dan menilai suatu persoalan. Sebuah model adalah sesuatu yang subjektif dan unik, yang menampilkan pengetahuan dan pendapat ketika
memandang suatu persoalan.
8
Kemudian bagaimana pandangan serta perlakuan redaksi Media Indonesia terhadap pemberitaan Partai NasDem, yang notabene-nya
adalah partai yang dinahkodai oleh pemilik dari Media Indonesia itu sendiri, berikut penjelasan narasumber terkait.
“Partai NasDem ini merupakan salah satu partai baru yang ikut mewarnai kancah perpolitikan di Indonesia, sudah terdaftar dan terferivikasi oleh KPU.
Kami melihat bahwa Partai NasDem ini sama seperti partai-partai lainnya, tidak ada yang diistimewakan. Kemudian kebijakan redaksi disini tidak ada yang
memperlakukan khusus salah satu partai, karena proses pemberitaannya kita diskusikan di forum rapat, yang melibatkan seluruh redaktur dan mereka ikut
serta dalam memberikan pandangan terhadap berita itu.”
9
7
Ibid, wawancara
8
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 261
9
Wawancara Pribadi dengan Ono Sarwono.