Eksternalisasi Penyesuaian diri Konstruksi Realitas Sosial

signifikansi yakni pembuatan tanda oleh manusia yang kemudian tanda-tanda tersebut dikelompokan dalam sebuah sistem seperti biasa. 17

3. Internalisasi Identifikasi diri

Internalisasi adalah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi anggotanya, “Man is a social product ”. Berger dan Luckmann mengatakan bahwa, dalam kehidupan setiap individu ada suatu urutan waktu, dan selama itu pula Ia diimbaskan sebagai partisipan ke dalam dialektika masyarakat. 18 Titik awal dari proses ini adalah internalisasi; pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna, artinya, sebagai suatu manifestasi dari proses-proses subjektif orang lain yang dengan demikian menjadi bermakna secara subjektif bagi individu sendiri. 19 Internalisasi adalah proses pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna, artinya sebagai suatu manifestasi dari proses subjektif bagi dirinya pribadi. Internalisasi dalam arti luas merupakan dasar dari pemahaman mengenai sesama manusia dan pemahaman mengenai dunia sebagai suatu yang maknawi dari kenyataan sosial. 20 Salah satu wujud internalisasi adalah sosialisasi. Bagaimana suatu generasi menyampaikan nilai-nilai dan norma-norma sosial termasuk budaya yang ada 17 Ibid, h. 29-30 18 Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 19 19 Ibid, h. 19 20 Bungin, Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi, h. 29-30 kepada generasi berikutnya. Generasi berikutnya diajarkan lewat berbagai kesempatan dan cara untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya yang mewarnai struktur masyarakat. Generasi baru dibentuk oleh makna-makna yang telah diobjektivikasikan. 21 Individu oleh Berger dan Luckmann dikatakan mengalami dua proses sosialisasi: pertama, sosialisasi primer dan kedua, sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer dialami individu dalam masa kanak-kanak, yang dengan itu ia menjadi anggota masyarakat. Sedangkan sosialisasi sekunder adalah proses lanjutan yang mengimbas individu yang sudah disosialisasikan itu ke dalam sektor-sektor baru dalam dunia objektif masyarakatnya. 22 Deddy Mulyana mengatakan, realitas sosial tergantung pada bagaimana seseorang menafsirkannya. Pemahaman itulah disebut realitas. Karena itu peristiwa dan realitas yang sama bisa menghasilkan konstruksi realitas yang berbeda dari orang yang berbeda. Setiap individu memiliki gambaran yang berbeda-beda mengenai realitas di sekelilingnya. 23

B. Konstruksi Realitas Politik

Proses konstruksi realitas, prinsipnya adalah setiap upaya “menceritakan” konseptualisasi sebuah peristiwa, keadaan atau benda tak terkecuali mengenai hal- 21 Ibid, h. 30 22 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 20 23 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005, h. 176 hal yang berkaitan dengan politik adalah usaha mengkonstruksikan realitas. 24 Dalam hal ini Hamad berpendapat segala sesuatu yang berkaitan dengan politik, baik dari segi kegiatan politik, iklan politik yang dilihat khalayak, maupun program politik di masa kampanye dari suatu partai tertentu, merupakan hasil dari pembentukan konstruksi realitas atas kejadian yang telah dilaporkan oleh media massa. Berbicara mengenai konstruksi atas realitas tentu erat kaitannya dengan media massa sebagai agen konstruksi yang sangat besar penyebarannya, terlebih dalam konstruksi yang di bangun di bumbui dengan kepentingan politik tertentu, baik dari partai politik maupun aktor politik. Masing-masing media tentu mempunyai batasan dan aturan dalam mengkonstruksi suatu realitas politik yang sedang terjadi dalam proses pembentukan konstruksi. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Pembuatan berita di media pada dasarnya adalah penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian seluruh isi media tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan constructed reality dalam bentuk wacana yang bermakna. 25 Salah satu faktor yang memberi pengaruh signifikan terhadap proses pembuatan atau pengkonstruksian realitas politik hingga jenis opini yang terbentuk adalah sistem media massa dimana sebuah media menjalankan operasi jurnalistiknya. Konstruksi realitas politik yang dibentuk oleh sebuah media pertama-tama 24 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa : Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Jakarta : Granit, 2004, h. 11 25 Ibid, h. 11 –12