yang memimpin rapat, jadi kami sendiri yang menentukan berita mana yang ada di halaman satu, halaman dua, Polkam, dan sebagainya.
”
7
Penjelasan diatas menegaskan bahwa dalam industri media massa tidak melulu faktor kepemilikan media menjadi pengaruh yang signifikan bagi proses
penentuan berita, walaupun tidak dimungkiri bahwa pemilik pasti mempunyai kepentingan. Namun, didalam memutuskan berita-berita yang akan diterbitkan Media
Indonesia masih menimbang faktor kepuasan konsumen agar tetap diminati oleh khalayak pembaca.
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada sebuah skema. Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Model menunjukkan pengetahuan,
pandangan individu ketika melihat dan menilai suatu persoalan. Sebuah model adalah sesuatu yang subjektif dan unik, yang menampilkan pengetahuan dan pendapat ketika
memandang suatu persoalan.
8
Kemudian bagaimana pandangan serta perlakuan redaksi Media Indonesia terhadap pemberitaan Partai NasDem, yang notabene-nya
adalah partai yang dinahkodai oleh pemilik dari Media Indonesia itu sendiri, berikut penjelasan narasumber terkait.
“Partai NasDem ini merupakan salah satu partai baru yang ikut mewarnai kancah perpolitikan di Indonesia, sudah terdaftar dan terferivikasi oleh KPU.
Kami melihat bahwa Partai NasDem ini sama seperti partai-partai lainnya, tidak ada yang diistimewakan. Kemudian kebijakan redaksi disini tidak ada yang
memperlakukan khusus salah satu partai, karena proses pemberitaannya kita diskusikan di forum rapat, yang melibatkan seluruh redaktur dan mereka ikut
serta dalam memberikan pandangan terhadap berita itu.”
9
7
Ibid, wawancara
8
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 261
9
Wawancara Pribadi dengan Ono Sarwono.
Sekali lagi redaksi Media Indonesia menapik adanya perlakuan istimewa mengenai pemberitaan Partai NasDem ini, walaupun setelah di analisis, content dari
berita tersebut jelas terlihat mendukung dan memberi nilai positive terhadap apa-apa yang dilakukan Partai NasDem. Namun, apakah Media Indonesia mempunyai edisi
tertentu dalam memberitakan Partai NasDem ini, atau sudah adakah jadwal khusus untuk meliput dan memberitakan Partai NasDem? Berikut jawaban dari narasumber.
“Kalau misalnya dalam seminggu atau sebulan kita harus memberitakan Partai NasDem ini beberapa kali, tentu kita tidak bisa melakukan hal itu.
Namun jika ada event-event seperti Rapimnas, Rakernas, dan lain sebagainya, tentu akan kita beritakan, dan lagi-lagi tidak serta merta harus Partai NasDem,
partai lain pun jika sedang melakukan kegiatan pasti kita beritakan. Bahkan, terkadang kita tidak memberitakan kegiatan baik Partai NasDem atau pun Partai
lain, karena tidak menarik atau tidak memiliki news value
.”
10
Dari pernyataan diatas terlihat bahwa pihak redaksi menyatakan keberatannya jika harus memberitakan Partai NasDem secara khusus dan rutin dalam edisi tertentu,
dan dapat peneliti simpulkan bahwa dalam memberitakan Partai NasDem ini, pihak redaksi masih mempertimbangkan nilai-nilai berita, ketertarikan pembaca atau human
interest, kepentingan pemilik media, dan kepentingan bisnis atau ekonomi.
C. ANALISIS KONTEKS SOSIAL PEMBERITAAN PARTAI NASDEM
DI MEDIA INDONESIA
Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga perlu dilakukan
analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal yang
10
Ibid, wawancara
diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Menurut Van Dijk, ada dua poin penting dalam analisis mengenai masyarakat: kekuasaan power, dan akses acces.
11
Wacana yang diangkat dalam penelitian ini lebih menekankan kepada pemberitaan Partai NasDem di Media Indonesia yang tidak lain adalah milik Surya Paloh yang
juga menjadi pemimpin didalam partai tersebut. Jika dibuat rumusan konteks sosial, dalam hal ini menjawab pertanyaan
bagaimana praktik kekuasaan mempengaruhi wacana mengenai pemberitaan Partai NasDem yang diterbitkan oleh harian Media Indonesia. Serta bagaimana akses
mempengaruhi wacana yang berkembang dalam kelompok masyarakat mengenai pemberitaan Partai NasDem di Media Indonesia. Dalam hal ini peneliti akan
memaparkan kekuasaan kepemilikan serta akses dominasi kelompok yang mempengaruhi wacana dalam berita-berita yang diterbitkan oleh Media Indonesia.
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok atau anggotanya. Kekuasaan ini umumnya didasarkan
pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan.
12
Kelompok yang dibahas dalam analisis ini ialah Partai NasDem, didalam partai ini terdapat individu-individu yang sangat kuat kekuasaannya baik dari
segi ekonomi maupun pengalaman dalam dunia politik. Seperti misalnya, Patrice Rio Capella yang sebelum kongres pertama Partai NasDem menjabat sebagai Ketua
Umum Partai NasDem, Ia juga adalah mantan Wakil Sekretaris Jendral Partai
11
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 271
12
Ibid, h. 272
Amanat Nasional PAN, tentu pengalaman politiknya di partai besar akan sangat membantu bagi perkembangan Partai NasDem.
Tidak hanya sebatas pada Rio Capella, tokoh utama dari partai ini pun memegang peranan yang sangat penting yakni Surya Paloh bernama lengkap Surya
Dharma Paloh, Ia menjadi penggagas terbentuknya Partai NasDem yang sebelumnya adalah basis kelompok organisasi massa. Paska hengkangnya Paloh dari Partai
Golkar setelah gagal terpilih menjadi Ketua Umum pada Munas Partai Golkar tahun 2009 lalu, Ia memfokuskan dirinya untuk organisasi masyarakat Nasional Demokrat
yang kini bertransformasi menjadi Partai NasDem. Dengan membawa slogan gerakan perubahan dan restorasi Indonesia, Partai NasDem tampil dengan sangat percaya diri
untuk turut serta dalam kompetisi pemilihan umum 2014 mendatang. Tidak cukup sampai disini, masih ada beberapa tokoh berpengaruh lain yang
turut hadir di partai ini, sebelumnya ada Hari Tanoesudibjo salah satu pengusaha industri media televisi di Indonesia yang menaungi MNC Group diantaranya: global
tv, mnc tv, dan rcti. Namun paska terpilihnya Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai NasDem dalam Kongres pertama pada Januari 2013 lalu, Hari Tanoe mundur
dari NasDem karena Ia merasa sudah tidak sesuai dengan keinginannya. Tokoh lain ialah Sugeng Suparwoto yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua
Dewan Pimpinan Wilayah Jawa Tengah Partai NasDem, adalah satu petinggi Harian Media Indonesia yang juga menjadi subjek dalam penelitian ini. Setelah
diputuskannya Surya Paloh sebagai ketua umum pada kongres perdana Partai
NasDem, maka terjadi perombakan struktur organisasi partai yang menempatkan Sugeng sebagai Ketua bidang Organisasi, Keanggotaan dan Kaderisasi.
Dari beberapa tokoh diatas masing-masing mempunyai akses yang berbeda dalam menanggapi isu-isu terkait Partai NasDem, baik isu yang menimpa partai itu
maupun isu yang sengaja diangkat oleh partai tersebut. Seperti yang tertera dalam analisis berita 1, dimana Surya Paloh yang pada saat itu masih menjabat sebagai
Ketua Majelis Nasional Partai NasDem mengangkat isu kebobrokan dan potensi kegagalan yang akan dialami bangsa ini, dengan menyatakan ketidakrelaannya jika
hal itu terjadi dan mengajak para kader Partai NasDem untuk menyerahkan jiwa dan raga.
Apa yang disampaikan Surya Paloh mengenai hal ini dimata peneliti masih belum menemukan relevansinya
secara spesifik, pernyataan “dunia telah memberi peringatan bahwa bangsa ini berpotensi masuk sebagai negara gagal”, masih
menggambarkan makna umum tentang dunia seperti apa yang telah memberi peringatan untuk bangsa ini, dan makna yang juga masih umum mengenai pernyataan
bangsa ini berpotensi sebagai negara gagal, konteks kegagalan seperti apakah yang dimaksud dari pernyataan tersebut, isu ini menjadi lemah ketika sang komunikator
politik tidak menjelaskan secara spesifik maksud dari pernyataan tersebut. Begitu pun yang terdapat dalam analisis berita ke 2, dimana pernyataan dari
Sugeng Suparwoto yang pada saat itu masih menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Jawa Tengah, saat orasi dalam rangka penguatan kader
menjelaskan mengenai tujuan Partai NasDem adalah melakukan pembaruan untuk