dengan memunculkan isu baru. Dengan alat itu citra seseorang akan terlihat lebih memesona daripada kenyataan sesungguhnya.
65
Cara ini digunakan untuk mencoba mengemukakan fakta untuk meyakinkan orang lain. Misalnya melalui contoh-contoh, tetapi di balik itu ia
menutupi kekurangannya. Cangara menyebutkan dua tambahan teknik dalam propaganda yaitu :
8. Kecurigaan yang penuh emosi emotional stereotype Kecurigaan ini ialah teknik propaganda untuk menumbuhkan rasa
curiga yang penuh emosi. Misalnya “ia memperoleh nilai baik karena ia meniru pekerjaan Anda”, atau memberi penanaman kepercayaan yang bersifat
negatif karena stereotipe, misalnya etnis, agama, dan keturunan. 9. Retorika
Retorika ialah teknik yang digunakan dengan memilih kata-kata yang bisa menarik seseorang sehingga orang itu bisa menuruti kehendaknya.
C. Media Massa Sebagai Agen Komunikasi Politik
Hubungan antara media dan politik sudah berlangsung sejak lama, jauh sebelum ilmu politik menemukan jati dirinya sebagai ilmu yang berdiri sendiri dari
filsafat. Karena hubungan yang begitu erat antara media dengan politik, kini media massa memainkan peranan yang sangat penting dalam proses politik, media menjadi
65
Adityawan S. Propaganda Pemimpin Politik Indonesia, h. 48
aktor utama dalam bidang politik. Ia memiliki kemampuan untuk membuat seseorang cemerlang dalam karir politiknya.
66
Menurut Suwardi dalam Hamad, media memegang peranan yang sangat penting dalam komunikasi politik seperti pengembangan opini publik dikarenakan
media sering terlibat dalam pembuatan wacana politik. Dalam komunikasi politik media seringkali tidak hanya bertindak sebagai saluran untuk menyampaikan pesan
politik, namun juga bertindak sebagai agen politik.
67
Saluran komunikasi adalah alat serta sarana yang memudahkan penyampaian pesan. Pesan di sini bisa dalam bentuk lambang-lambang
pembicaraan seperti kata, gambar, maupun tindakan. Alat yang dimaksud di sini tidak hanya berbicara sebatas pada media mekanis, teknik, dan sarana untuk saling
bertukar lambang, namun manusia pun sesungguhnya bisa dijadikan sebagai saluran komunikasi. Lebih tepatnya saluran komunikasi itu adalah pengertian
bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenai apa, dengan keadaan bagaimana, dan sejauh mana dapat dipercaya.
Komunikator politik, apakah dia politikus, profesional, atau aktivis, menggunakan pembicaraan persuasif, baik untuk saling mempengaruhi maupun
untuk mempengaruhi anggota khalayak yang kurang terlibat di dalam politik. Alat atau upaya yang digunakan untuk mengirim pesan itu ialah saluran dari “siapa
mengatakan apa kepada siapa”.
68
66
Cangara, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, h. 117
67
Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, h. xvi
68
Dan Nimmo. Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999, h. 166
Orang mengetahui perilaku politik dari berbagai media massa, media interpersonal, dan media organisasi. Istilah pers menunjuk kepada semua media
berita, bukan hanya surat kabar, majalah berita, dan bahan tercetak lainnya. Pers mencakup siaran berita radio dan televisi, dokumenter, dan semua alat untuk
meneruskan informasi politik kepada khalayak massa secara terorganisasi.
69
Pada umumnya disepakati bahwa media massa, terutama surat kabar, majalah, radio, dan televisi merupakan bagian yang penting dalam sistem politik demokrasi.
Media massa dapat memainkan peran-peran yang signifikan, seperti memberikan informasi kepada khalayak mengenai berbagai isu penting, menyediakan diri sebagai
forum untuk terselenggaranya debat publik, dan bertindak sebagai saluran untuk mengartikulasikan aspirasi-aspirasi masyarakat luas.
Media massa merupakan saluran penting dalam komunikasi politik. Namun, dalam membicarakan saluran media massa dalam rangka komunikasi politik, selalu
dikaitkan dengan konsep-konsep mengenai : a.
Kebebasan media massa b.
Independensi media massa pada suatu masyarakat dari kontrol yang berasal dari luar dirinya, seperti pemerintah, pemegang saham, kaum
kapitalis industrialis, partai politik, ataupun kelompok penekan. c.
Integritas media massa sendiri pada misi dan visi yang diembannya. Menurut Suwardi dalam Hamad, jika media sudah menjadi agen politik maka
persoalan objektivitas dalam berita politik menjadi hal yang krusial, terlebih jika karakteristik utama berita politik itu sendiri adalah pembentukan opini publik.
70
69
Ibid, h. 214
70
Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, h. xvii
BAB III GAMBARAN UMUM
A. PROFIL MEDIA INDONESIA
1. Sejarah Singkat Media Indonesia
Media indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4
halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan
Media Indonesia adalah yayasan Warta Indonesia. Pada tahun-tahun pertama penerbitan, Harian Umum Media Indonesia
bukanlah suatu harian politik dan bisnis, akan tetapi merupakan sebuah harian yang isi pemberitaannya lebih banyak ke bidang hiburan, seperti cerita artis dan
lain sebagainya. Pada saat itu Harian Umum Media Indonesia dikatakan sebagai Koran kuning, yaitu Koran yang penuh dengan cerita gosip.
Dalam rangka memajukan penerbitan Harian Umum Media Indonesia, ketua Badan Yayasan Penerbit telah melakukan konsolidasi dan usaha
pembenahan di segala bidang untuk meningkatkan mutu penerbitan dengan meningkatkan jumlah halamannya dari 4 halaman menjadi 8 halaman setiap hari.
Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah
satunya adalah SIT Surat Izin Terbit menjadi SIUPP Surat Izin Usaha Penerbitan Pers. Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas
52