2.4 Kerangka Berpikir
Modal utama dari keberhasilan kompetisi antar perusahaan yaitu sumber daya manusia SDM atau tenaga kerja. Kesadaran para pengusaha terhadap modal
utama dalam memenangkan persaingan, antara lain yang diupayakan pengusaha adalah memperketat penyeleksian calon tenaga kerja untuk mendapatkan SDM
yang berkualitas. SDM dimaksud harus memiliki motivasi kerja tinggi menjadi pilihan strategis yang harus dilakukan pengelola perusahaan. Salah satu motivasi
kerja yang relevan dan diharapkan dimiliki oleh karyawan dalam suatu perusahaan yaitu motivasi berprestasi.
Bagi suatu organisasiperusahan kebutuhan berprestasi dikaitkan dengan sasaran atau kerja yang akan dicapai, jadi perusahaan memberitahukan target atau
sasaran kepada para karyawannya. Pencapaian sasaran atau target tersebut akan tercapai dengan baik apabila karyawan dalam bekerja memiliki motivasi untuk
mencapai target. Motivasi dari karyawan tersebut merupakan dorongan yang memicu untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan memperoleh hasil kerja
yang tinggi. Untuk menciptakan karyawan yang memiliki kebutuhan akan berprestasi yang tinggi, maka diperlukan adanya dukungan sosial dari lingkungan
kerja karyawan dan juga religiusitas yang dimiliki oleh masing-masing karyawan itu sendiri.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa menurut teori yang berlaku, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi itu ada beberapa macam.
Riggio 2000 mengungkapkan empat variabel yang dapat mempengaruhi motivasi dalam kaitannya dengan kinerja dan produktivitas seseorang, yaitu:
sistem dan teknologi, perbedaan individual, pengaruh kelompok, dan pengaruh organisasi. Sedangkan variabel dukungan sosial pada penelitian ini bisa dikatakan
sebagai salah satu faktor yang disebutkan menurut teori tersebut, yaitu termasuk faktor pengaruh kelompok. Dalam organisasi ataupun perusahaan, seorang
pegawai dapat memiliki motivasi berprestasi apabila dalam perusahaan tersebut terjadi interaksi interpersonal antar pegawai. Interaksi interpersonal tersebut dapat
berlangsung pada seorang pegawai dengan pegawai yang lainnya dan juga dengan atasan. Orang yang menerima motivasi berprestasi tersebut dipengaruhi oleh
individu lain yang berada di dalam perusahaan tersebut. Dengan begitu, baik para pegawai maupun atasan dapat memberi dukungan sosial kepada seseorang yang
berada dalam perusahaan tersebut agar dirinya mendapatkan motivasi berprestasi yang diharapkan.
Begitu juga dengan variabel religiusitas dalam penelitian ini, hal tersebut bisa termasuk ke dalam faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi karyawan
sesuai teori yang dikemukakan sebelumnya oleh Riggio 2000. Religiusitas termasuk ke dalam faktor perbedaan individual yang bisa memberi pengaruh
terhadap motivasi berprestasi karyawan dalam bekerja. Religiusitas dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari berfungsi sebagai sumber motivasi dan
sumber inspirasi dalam melakukan berbagai aktivitas termasuk bekerja. Ali dalam Jalaludin, 2000
mengemukakan bahwa peranan agama dalam pembangunan selain sebagai etos pembangunan juga berfungsi sebagai sumber
motivasi.
Dalam perkembangan kehidupan manusia pasti butuh orang lain, sebagai makhluk sosial manusia senantiasa membutuhkan orang lain, selalu berinteraksi,
saling bersosialisasi maupun bertukar pengalaman. Oleh karena itu, karyawan yang bekerja di suatu perusahaan perlu mendapatkan dukungan baik dari
pimpinan ataupun rekan kerja. Dalam dunia kerja hampir dapat dipastikan antara manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan motivasi.
Dukungan sosial sangat diperlukan oleh siapa saja dalam berhubungan dengan orang lain demi melangsungkan hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Rook dalam Smet 1994 mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial. Ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat
kualitas umum dari hubungan interpersonal. Sedangkan pengertian dukungan sosial didefinisikan oleh House dalam Smet 1994 yaitu sebagai transaksi
interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek yang terdiri dari dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi. Tersedianya
dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian dalam kelompok. Oleh karena itu, karyawan yang bekerja di
suatu perusahaan perlu mendapatkan dukungan baik dari pimpinan ataupun rekan kerja di lingkungan kerjanya.
Dukungan emosional yang diperoleh karyawan dalam lingkungan kerjanya diharapkan mampu memberikan motivasi bagi karyawan itu sendiri, khususnya
dalam mencapai prestasi kerjanya. Dengan adanya rasa empati, kepedulian, dan perhatian terhadap karyawan dari rekan kerja ataupun pimpinan, diharapkan
karyawan tersebut merasa nyaman dan diperhatikan ketika melaksanakan
pekerjaanya. Begitu juga dengan adanya dukungan penghargaan yang terjadi lewat ungkapan hormat penghargaan positif ataupun dorongan untuk maju bagi
karyawan, diharapkan dapat membantu untuk melihat segi positif yang ada dalam dirinya sehingga membentuk kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa
dihargai yang pada akhirnya akan membangkitkan motivasi berprestasinya dalam bekerja.
Dukungan instrumental berfungsi memperlancar dan memudahkan karyawan dalam segala aktivitas pekerjaannya. Dukungan instrumental ini dapat
berupa bantuan yang didapatkan karyawan seperti pinjaman peralatan kerja ataupun pinjaman uang. Selain itu, dapat juga berupa bantuan dengan pekerjaan
langsung pada saat mengalami permasalahan dalam pekerjaan. Adanya dukungan ini membuat karyawan merasa terbantu secara materi, sehingga diharapkan
mampu meningkatkan motivasi berprestasi karyawan dalam mencapai keberhasilan pekerjaannya. Aspek dukungan sosial yang lain yaitu dukungan
informasi yang berfungsi membantu karyawan dalam memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya. Adanya informasi yang berupa pemberian nasihat,
petunjuk ataupun saran dapat membantu karyawan dalam memahami secara jelas permasalahan dalam pekerjaannya secara praktis.
Salah satu faktor lain yang diharapkan mampu memberikan pengaruh dalam motivasi berprestasi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya yaitu
religiusitas. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya pada kegiatan yang kasat mata tetapi lebih dalam lagi, mencakup
aspek perasaan, motivasi, dan aspek batiniah manusia. Aktivitas beragama bukan
hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual beribadah, tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.
Religiusitas dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari berfungsi sebagai motivasi dalam melakukan aktivitas termasuk bekerja. Ali dalam Jalaludin, 2000
mengemukakan bahwa peranan agama dalam pembangunan selain sebagai etos pembangunan juga berfungsi sebagai sumber motivasi.
Fetzer 1999 mengemukakan mengenai definisi religiusitas, yaitu seberapa kuat individu
penganut agama merasakan pengalaman beragama sehari-hari daily spiritual experiences, mengalami kebermaknaan hidup dalam
beragama religion meaning, mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai values, meyakini
ajaran agamanya beliefs, memaafkan forgiveness, melakukan praktik keagamaan
ibadah secara
menyendiri private
religious practicess,
menggunakan agama sebagai coping religiousspiritual coping, mendapat dukungan penganut sesama agama religious support, mengalami sejarah
keberagamaan religiousspiritual history, komitmen beragama commitment, mengikuti organisasikegiatan keagamaan organizational religiousness dan
meyakini pilihan agamanya religious preference. Daily spiritual experiences merupakan persepsi individu terhadap sesuatu
yang berkaitan dengan transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan. Jika persepsi karyawan terhadap
kehidupannya itu bagus, bahwa segala sesuatu dapat dicapai dengan baik, maka motivasi berprestasi karyawan dalam bekerja dapat ditingkatkan. Meaning atau
kebermaknaan hidup yaitu sejauh mana agama dapat menjadi tujuan hidupnya.
Karyawan yang menjadikan agama sebagai tujuan hidupnya mempercayai bahwa dia akan memperoleh motivasi dalam dirinya sehingga mampu menjalankan setiap
pekerjaan yang dilakukannya dalam bekerja. Values merupakan pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, jika
pengaruh keimanan ini ada dalam hati karyawan di suatu perusahaan, tentu saja dapat menambah motivasi berprestasi dalam pekerjaannya. Beliefs
merupakan kebenaran yang diyakini dengan hati dan diamalkan dengan perbuatan, dengan
mengamalkan keimanan maka hati akan lebih tenang menjalani hidup. Beliefs akan mempengaruhi ketenangan seseorang dalam segala hal aktivitas khususnya
bagi karyawan dalam melakukan pekerjaannya, sehingga bagi karyawan tersebut dapat mendapatkan motivasi dari apa yang ditanamkan di hati mereka dari
keyakinan yang dianutnya. Forgiveness, dengan memaafkan maka hati akan tenang sehingga karyawan
dapat menjalankan segala pekerjaan dengan lebih nyaman dan dapat mempengaruhi motivasinya untuk lebih berprestasi. Private religious practicess
merupakan perilaku beragama. Dengan berperilaku yang sesuai dengan ajaran yang dianut, maka religiusitas karyawan juga akan semakin bagus, sehingga dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi dalam pekerjaannya. Religiousspiritual coping merupakan coping stress dengan menggunakan pola dan metode religious.
Seperti dengan berdoa ketika hendak melakukan pekerjaan, karyawan diharapkan mampu termotivasi dan mencapai prestasi dalam pekerjaanya.
Religious support merupakan hubungan sosial antara individual dengan pemeluk agama sesamanya dan kepada kelompoklembaga dalam agama. Dengan
begitu, dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya karyawan diharapkan saling membantu sesama rekan kerja yang satu keyakinan. Dengan adanya hubungan
sosial tersebut maka setiap karyawan akan merasa terbantu dan termotivasi untuk berprestasi dalam pekerjaanya. Religiousspiritual history yaitu seberapa jauh
sejarah keberagamaan mempengaruhi hidup seseorang. Dalam diri karyawan diharapkan agar sejarah keberagamaan yang dimilkinya mampu mempengaruhi
kehidupannya, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasinya. Commitment yaitu individu mementingkan agamanya, jadi jika karyawan
yang dalam melakukan pekerjaannya lebih mementingkan agamanya, maka dia akan tahu ajaran-ajaran agama yang dianutnya. Dengan memahami ajaran-ajaran
dan menjalankan agamanya, maka dia akan dekat dengan Tuhan-Nya, sehingga akan memberikan motivasi berprestasi bagi karyawan tersebut. Organizational
religiousness yaitu seberapa jauh individu ikut serta dalam lembaga
keagamaannya, maka ketika karyawan yang melakukan pekerjaan merupakan karyawan yang mengikuti lembaga keagamaan secara aktif, maka religiusitasnya
juga cukup baik, dan hal tersebut tentu saja dapat mejadikan motivasi dalam mencapai prestasi dalam pekerjaannya.
Dimensi religiusitas menurut Fetzer yang terakhir yaitu religious preference. Religious preference memandang sejauh mana individu membuat
pilihan dan memastikan pilihan agamanya. Dengan keyakinan untuk memeluk agama yang dianutnya, maka karyawan juga yakin dengan ajaran yang
dikandungnya serta menjalankan ajaran tersebut sehingga religiusitasnya juga
akan semakin baik, dengan begitu akan menambah motivasi berprestasi pada saat melakukan pekerjaanya.
Gambar 2.1 Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas
terhadap Motivasi Berprestasi Dukungan Sosial
Aspek-aspek: -
Dukungan emosional -
Dukungan penghargaan -
Dukungan instrumental -
Dukungan informasi
Religiusitas
Dimensi-Dimensi: -
Daily Spiritual Experiences -
Meaning -
Values -
Beliefs -
Forgiveness -
Private Religious Practicess -
ReligiousSpiritual Coping -
Religious Support -
ReligiousSpiritual history -
Commitment -
Organizational Religiousness -
Religious Preference
Motivasi Berprestasi
2.5 Hipotesis Penelitian