Pengertian religiusitas Aspek-aspek religiusitas

organisasi kemasyarakatan yang diikuti. Dalam penelitian ini, sumber-sumber dukungan sosial bagi karyawan di kantor dapat diperoleh dari atasan dan rekan- rekan kerja di kantor.

2.3 Religiusitas

2.3.1 Pengertian religiusitas

Religiusitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI berarti taat pada agama. Dengan begitu religiusitas dapat dikatakan sebagai ketaatan seorang individu terhadap perintah agama yang diyakininya. Pengertian lain mengenai religiusitas yaitu “seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya” Nashori Mucharram, 2002. Sedangkan menurut Fetzer 1999 definisi religiusitas adalah seberapa kuat individu penganut agama merasakan pengalaman beragama sehari-hari daily spiritual experiences, mengalami kebermaknaan hidup dalam beragama religion meaning, mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai values, meyakini ajaran agamanya beliefs, memaafkan forgiveness, melakukan praktik keagamaan ibadah secara menyendiri private religious practicess, menggunakan agama sebagai religiousspiritual coping, mendapat dukungan penganut sesama agama religious support, mengalami sejarah keberagamaan religiousspiritual history, komitmen beragama commitment, mengikuti organisasikegiatan keagamaan organizational religiousness dan meyakini pilihan agamanya religious preference. Seorang dapat dikatakan religius apabila memiliki ciri-ciri dari dua belas dimensi religiusitas tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa religiusitas seseorang dapat dilihat dari seberapa kuat penghayatan dan pemahaman terhadap agama melalui dimensi-dimensi religiusitas yang telah disebutkan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan, dan peribadatan penganut agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

2.3.2 Aspek-aspek religiusitas

Dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh Fetzer 1999 yang berjudul “Multidimensional Measurement Of Religiousness, Spiritually For Use In Health Research” menjelaskan 12 dimensi religiusitas, yaitu: daily spiritual experiences, meaning, values, beliefs, forgiveness, private religious practicess, religiousspiritual coping, religious support, religiousspiritual history, commitment, organizational religiousness, dan religious preference. Masing- masing dimensi akan dijelaskan dalam uraian berikut di bawah ini. 1. Daily spiritual experiences Merupakan dimensi yang memandang dampak agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini daily spiritual experiences merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan hal yang transenden Tuhan, sifat-Nya dan persepsi interaksi dengan melibatkan transenden dalam kehidupan sehari-hari, sehingga daily spiritual experiences lebih kepada pengalaman dibandingkan kognitif, Underwood dalam Fetzer, 1999. Persepsi “merupakan kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu Chaplin, 2008. Jadi, daily spiritual experiences merupakan kesadaran individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan hal yang transenden, yang mampu memberikan pengaruh terhadap kehidupannya sehari-hari. Persepsi individu terhadap sesuatu yang transenden misalkan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari mampu merasakan kehadiran Tuhan ataupun juga seseorang dapat menemukan kenyamanan dalam agama yang dianutnya. Sedangkan persepsi interaksi dengan melibatkan transenden dalam kehidupan sehari-hari misalkan ketika sesorang sedang beribadah, dia mampu merasakan ketenangan dimana dirinya bebas dari kekhawatiran. 2. Meaning Konsep meaning dalam hal religiusitas sebagaimana konsep meaning yang dijelaskan oleh Fiktor Vrankl yang biasa disebut dengan istilah kebermaknaan hidup. Adapun meaning yang dimaksud disini adalah yang berkaitan dengan religiusitas atau disebut religion-meaning yaitu sejauh mana agama dapat menjadi tujuan hidupnya, Pargament dalam Fetzer, 1999. Seseorang yang hidupnya dilandasi dengan agama akan merasa bahwa dirinya mempunyai tanggung jawab untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan berharga di hadapan Tuhan nya. Lebih jelasnya, Viktor Frankl dalam Bastaman, 2007 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan meaning adalah “kebermaknaan” atau keinginan untuk hidup bermakna will to meaning. Keinginan untuk hidup bermakna merupakan bagian penting dari karakteristik manusia, yang dapat menyebabkan gejala fisik dan mental jika terhalangi atau tidak terpuaskan Frankl, 1963 dalam Fetzer 1999. Dari penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sesungguhnya manusia menginginkan dirinya menjadi orang yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, orang lain dan berharga di hadapan Tuhan. Keinginan untuk hidup bermakna memang benar-benar merupakan motivasi utama pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap individu untuk melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan bekerja agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. 3. Values Konsep values menurut Merton dalam Fetzer, 1999 yaitu menggambarkan nilai-nilai yang terkandung dalam agama sebagai tujuan hidup, dan norma- norma sebagai sarana untuk tujuan hidup tersebut. Para ahli yang lain menganggap bahwa values sebagai kriteria yang digunakan orang untuk memilih dan membenarkan tindakan Williams dan Kluckhohn dalam Fetzer, 1999. Aspek ini menilai sejauh mana perilaku individu mencerminkan ekspresi normatif keimanan atau agamanya sebagai nilai tertinggi. Dengan kata lain, konsep values yang dimaksud adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengajarkan tentang nilai agama yang mendasarinya untuk saling menolong, melindungi dan sebagainya. 4. Beliefs Konsep Beliefs menurut Idler dalam Fetzer, 1999 merupakan sentral dari religiusitas. Beliefs merupakan keyakinan akan konsep-konsep yang dibawa oleh suatu agama. Dalam ajaran agama Islam, konsep beliefs dikenal dengan istilah rukun iman, yaitu: iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Al-Quran, Rasul, hari akhir, takdir qodho dan qodar. Iman adalah ” ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan amalan dengan anggota badan” Tarmizi, 2007. Dari pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan belief atau iman yaitu keyakinan yang diucapkan dengan lisan, dihayati dengan hati dan diamalkan dengan perilaku. 5. Forgiveness Dimensi Forgiveness menurut Idler dalam Fetzer, 1999 mencakup 5 dimensi turunan, yaitu: a. Pengakuan dosakesalahan, yaitu melakuan pengakuan atas kesalahan ataupun dosa yang telah diperbuat, baik kepada sesama manusia maupun kepada Tuhan. Menurut agama Islam, istilah pengakuan dosa lebih dikenal dengan istilah taubat. b. Merasa diampuni oleh Tuhan, yaitu merasa bahwa Tuhan akan mengampuni kesalahan yang telah diperbuat dengan cara bertaubat kepada Tuhan. c. Merasa dimaafkan oleh orang lain, yaitu merasa bahwa orang lain memberi maaf terhadap dirinya yang pernah melakukan kesalahan. d. Memaafkan orang lain, yaitu memberi maaf kepada orang lain yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya. e. Memaafkan diri sendiri, yaitu memberi maaf kepada diri sendiri atas kesalahan yang telah diperbuat dengan cara menyesali perbuatan tersebut. 6. Private religious practicess Private religious practicess menurut Levin dalam Fetzer, 1999 merupakan perilaku beragama dalam praktik beragama yang meliputi ibadah, mempelajari kitab, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan religiusitasnya. Ibadah merupakan perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sedangkan mempelajari kitab disini berarti tidak hanya sekedar membaca al-quran, tetapi juga memahami kandunganmakna dari isi al-quran tersebut. 7. Religiousspiritual coping Religiousspiritual coping menurut Pargament dalam Fetzer, 1999 merupakan coping stress dengan menggunakan pola dan metode religious. Bentuk spiritual coping diantaranya berdoa, beribadah untuk menghilangkan stress, dan sebagainya. Menurut Pargament dalam Fetzer, 1999 menjelaskan bahwa ada tiga jenis coping secara religius, yaitu: a. Deferring style, yaitu meminta penyelesian masalah kepada Tuhan saja. Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan menolong hamba-Nya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. b. Colaborative style, yaitu senantiasa berusaha untuk melakukan coping dengan cara meminta solusi kepada Tuhan dan juga kepada individu lainnya. c. Self-directing style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam menjalankan coping. 8. Religious support Religious support menurut Krause dalam Fetzer, 1999 adalah aspek hubungan sosial antara individual dengan pemeluk agama sesamanya. Religious support juga dapat terjadi antara individual dengan kelompoklembaga dalam agamanya. Dalam agama Islam hal semacam ini sering disebut dengan al-Ukhuwah al-Islamiyah. Hubungan sosial antara individu dengan individu lain dalam agama di sini dapat berupa pemberian bantuan, baik itu infak ataupun sodaqoh kepada individu yang membutuhkan. Kemudian hubungan sosial antara individu dengan kelompoklembaga dalam agama dapat berupa pemberian zakat kepada kelompok mustahiq zakat. 9. Religiousspiritual history Pengukuran pada aspek ini dimaksudkan untuk mengukur sejarah keberagamaanspiritual seseorang. Terdapat empat aspek yang dapat diukur berkaitan dengan sejarah keberagamaanspiritualitas seseorang: a. Biografi keagamaan, yaitu uraian tentang kehidupan beragama individu selama hidupnya. Misalkan, ketika masih kanak-kanak, individu tersebut pernah belajar di Taman Pendidikan Al-quran TPA. b. Sejarah keagamaanspiritual, yaitu tentang asal-usul keagamaan yang dianut oleh indiviu. Misalkan, individu tersebut meyakini agama yang dianutnya karena merupakan agama keturunan dari orang tuanya. c. Pengalaman keagamaanspiritual yang mengubah hidup, yaitu tentang hal-hal yang berkenaan dengan keagamaanspiritual yang pernah dialami sebelumnya oleh individu, dimana pengalamannya itu mampu mengubah keadaan hidup individu tersebut saat ini. d. Kematangan spiritual, yaitu kedewasaan yang dimiliki individu dalam hal spiritualnya. Misalkan, individu tersebut mampu menanamkan nilai- nilai spiritualnya dalam kehidupan sehari-hari. 10. Commitment Konsep commitment menurut Williams dalam Fetzer, 1999 adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya, komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya. Komitmen dalam mementingkan agamanya dapat dimisalkan dengan kesungguhan individu untuk berusaha menerapkan keyakinan agama yang dianutnya ke dalam seluruh aspek kehidupan. Sedangkan kontribusi individu terhadap agamanya dapat berupa pemberian sumbangan baik moril maupun materil demi syiar agamanya. 11. Organizational religiousness Konsep organizational religiousness menurut Idler dalam Fetzer, 1999 merupakan konsep yang mengukur seberapa jauh individu ikut serta dalam organisasi keagamaan yang ada di masyarakat dan beraktifitas di dalamnya. Dalam hal ini termasuk perilaku dan sikap terhadap individu terhadap organisasi keagamaan. Yang termasuk ke dalam perilaku terhadap organisasi keagaamaan misalkan, keaktifan seseorang untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan organisasi keagamaan. Sedangkan yang termasuk ke dalam sikap terhadap organisasi keagamaan misalkan, seseorang merasa senang apabila mengikuti organisasi keagamaan bersama orang lain yang seagama. 12. Religious preference Konsep religious preference menurut Ellison dalam Fetzer, 1999 yaitu memandang sejauh mana individu membuat pilihan dalam memilih agamanya dan memastikan pilihan agamanya tersebut. Yang termasuk pandangan individu dalam memilih agamanya misalkan, merasa bangga ataupun nyaman atas agama yang dianutnya. Sedangkan yang termasuk ke dalam individu memastikan pilihan agamanya misalkan, dia merasa yakin bahwa agama yang dianutnya akan menyelamatkan kehidupannya kelak. Sementara menurut Glock Stark dalam Ancok Suroso, 2004, dimensi-dimensi religiusitas terdiri dari lima macam yaitu: 1. Dimensi keyakinan Ideologis Dimensi ini berisikan pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, dan mengakui kebenaran doktrin- doktrin tersebut. Pandangan teologis di sini mengenai hal-hal yang berkenaan dengan dasar kepercayaan. Misalkan dalam ajaran agama Islam, umatnya diperintahkan agar mempercayai akan adanya sesuatu yang melebihi batas kemampuannya, yaitu Dzat yang menciptakan dirinya, Allah swt. Kemudian doktrin itu sendiri adalah ajaran yang dianjurkan dalam suatu Agama. Misalkan umat muslim selain diwajibkan meyakini sifat-sifat Allah, tetapi juga diwajibkan untuk menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan yang ditentukan oleh Allah. 2. Dimensi praktek agama Ritual Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmennya terhadap agama yang dianutnya. Dimensi ritual ini dapat diketahui dari sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadah sebagaimana yang diperintahkan oleh Agamanya. Misalkan dalam ajaran agama Islam, seorang muslim melakukan sholat lima waktu, dzikir, berdoa, dan sebagainya. 3. Dimensi pengalaman Eksperensial Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami seorang pelaku atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya mengenai persepsi, yaitu “kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu” Chaplin, 2008. Jadi, dimensi pengamalan merupakan kesadaran individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan hal yang transenden, yang mampu memberikan pengaruh terhadap kehidupannya sehari-hari. 4. Dimensi pengetahuan Agama Intelektual Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Seseorang paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan minimal mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritustata cara dalam upacara beragama, kitab suci, dan tradisi-tradisi. Al-Quran merupakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu pengetahuan. Dengan al- quran, seorang muslim dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai ajaran agama Islam dan juga untuk menambah tingkat religiusitasnya. 5. Dimensi konsekuensi pengamalan Dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi pengamalan ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama. Dengan kata lain, dimensi ini berkenaan dengan hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya dan juga dengan lingkungannya. Berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti memilih untuk menerapkan teori Fetzer 1999 karena teori tersebut relevan dan lebih komprehensif dalam mendukung penelitian yang dilakukan. Alasan lain peneliti memilih teori mengenai religiusitas dari Fetzer yaitu, karena sebelumnya pernah ada penelitian yang menghubungkan antara komitmen beragama dengan motivasi kerja. Dalam penelitian ini, komitmen beragama merupakan salah satu dimensi yang ada dalam dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Fetzer.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Organisasi Dan Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan PT. Trakindo Utama Di Medan

25 398 139

Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks

12 50 94

Pengaruh dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi siswa MAN 6 Jakarta

6 16 154

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL.

1 0 14

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dengan Motivasi Berpretasi Pada Karyawan.

0 1 16

KONTRIBUSI MOTIVASI BERPRESTASI, RELIGIUSITAS, DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI TES PADA SISWA Kontribusi Motivasi Berprestasi, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Menghadapi Tes Pada Siswa SMP Negeri 3 Simo Kabupa

0 1 15

PENDAHULUAN Kontribusi Motivasi Berprestasi, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Menghadapi Tes Pada Siswa SMP Negeri 3 Simo Kabupaten Boyolali.

0 0 16

DAFTAR PUSTAKA Kontribusi Motivasi Berprestasi, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Menghadapi Tes Pada Siswa SMP Negeri 3 Simo Kabupaten Boyolali.

0 0 4

TESIS Hubungan Dukungan Sosial Dan Resiliensi Terhadap Motivasi Berprestasi Pasca Erupsi Merapi.

0 4 16

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN RESILIENSI TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PASCA ERUPSI MERAPI Hubungan Dukungan Sosial Dan Resiliensi Terhadap Motivasi Berprestasi Pasca Erupsi Merapi.

0 4 31