Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas Fungsi religiusitas

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas

Thoulles 1995, menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi religiusitas, yaitu: 1. Pengaruh pendidikan dan berbagai tekanan sosial faktor sosial 2. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan, terutama pengalaman-pengalaman mengenai: a keindahan, keselarasan, dan kebaikan faktor alami, b konflik moral faktor moral, dan c pengalaman emosional keagamaan faktor afektif 3. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap kemanan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian. 4. Berbagai proses pemikiran verbal faktor intelektual.

2.3.4 Fungsi religiusitas

Dister 1994 mengemukakan empat fungsi religiusitas, yaitu: 1. Untuk mengatasi frustasi Setiap manusia memiliki kebutuhan, baik kebutuhan fisik seperti makan, minum, istirahat maupun kebutuhan psikis seperti ketenteraman, persahabatan, penghargaan dan cita kasih. Maka manusia terdorong untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Bila tidak berhasil memenuhi kebutuhannya maka akan timbul rasa kecewa, keadaan inilah yang disebut frustasi. Psikologi mengobservasikan bahwa keadaan frustasi dapat menimbulkan perilaku keagamaan. Orang yang mengalami frustasi berusaha mengatasi dengan jalan membelokkan arah kebutuhan dan keinginan yang dimiliki dari yang bersifat keduniawian menuju keinginan Tuhan, lalu mengharapkan pemenuhan keinginan tesebut dari Tuhan. Manusia merasa tenang apabila segala urusannya telah diserahkan kepada Tuhan karena merasa yakin bahwa Tuhan akan selalu menolong setiap hamba-Nya yang membutuhkan pertolongan, sehingga dapat menimbulkan ketenteraman di dalam hati setiap manusia. 2. Untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat Manusia wajib hidup berdasarkan moral bukan hanya karena kehendak Tuhan, tetapi juga demi diri dan suara hati manusia itu sendiri. Nilai-nilai moral bersifat otonom, artinya nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran dan keteguhan hati tetap berlaku meskipun Tuhan tidak tampil dalam wujud fisik yang nampak mata. Ini berarti manusia tidak dapat bergaul dengan Tuhan kalau manusia tidak hidup dengan norma-norma moral. Oleh karena itu, seseorang perlu menginternalisasi nilai-nilai agama agar dapat menciptakan dan mengamalkan nilai-nilai moral yang otonom dan religiusitas yang berfungsi sebagai suara hati. 3. Untuk memuaskan intelek yang ingin tahu Terdapat tiga sumber kepuasan yang dapat ditemukan dalam agama oleh intelek yang ingin tahu, yaitu: a. Agama dapat menyajikan pengetahuan rahasia yang menyelamatkan manusia dari kejasmanian yang dianggap menghambat dan menghantarkan manusia kepada keabadian. b. Dengan menyajikan suatu moral, maka agama memuaskan intelek yang ingin mengetahui apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup agar tercapai tujuan kehidupan manusia. c. Agar dapat memuaskan keinginan manusia yang mendalam agar hidup manusia bermakna, sehingga manusia menyetir hidup yang dijalani dan tidak hanya diombang-ambingkan oleh gelombang kehidupan dan terbawa arus. 4. Untuk mengatasi ketakutan Ketakutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ketakutan yang ada objeknya seperti takut kepada seseorang, hewan, atau benda tertentu, dan ketakutan pada yang tidak ada objeknya seperti cemas. Ketakutan tanpa objek inilah yang membingungkan manusia. Namun apabila ketakutan itu menyertai frustasi maka secara tidak langsung ketakutan tersebut mempengaruhi timbulnya kelakuan keagamaan. Jadi, ketakutan erat hubungannya dengan tendensi-tendensi manusiawi yang dapat menimbulkan perilaku agamawi sehingga setiap orang meyakini bahwa Tuhan akan selalu dekat dengan setiap hamba-Nya dan dapat melenyapkan segala kecemasan tadi.

2.4 Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Organisasi Dan Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan PT. Trakindo Utama Di Medan

25 398 139

Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks

12 50 94

Pengaruh dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi siswa MAN 6 Jakarta

6 16 154

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL.

1 0 14

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dengan Motivasi Berpretasi Pada Karyawan.

0 1 16

KONTRIBUSI MOTIVASI BERPRESTASI, RELIGIUSITAS, DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI TES PADA SISWA Kontribusi Motivasi Berprestasi, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Menghadapi Tes Pada Siswa SMP Negeri 3 Simo Kabupa

0 1 15

PENDAHULUAN Kontribusi Motivasi Berprestasi, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Menghadapi Tes Pada Siswa SMP Negeri 3 Simo Kabupaten Boyolali.

0 0 16

DAFTAR PUSTAKA Kontribusi Motivasi Berprestasi, Religiusitas, Dan Dukungan Sosial Terhadap Kecemasan Menghadapi Tes Pada Siswa SMP Negeri 3 Simo Kabupaten Boyolali.

0 0 4

TESIS Hubungan Dukungan Sosial Dan Resiliensi Terhadap Motivasi Berprestasi Pasca Erupsi Merapi.

0 4 16

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN RESILIENSI TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PASCA ERUPSI MERAPI Hubungan Dukungan Sosial Dan Resiliensi Terhadap Motivasi Berprestasi Pasca Erupsi Merapi.

0 4 31