BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab II ini akan dibahas mengenai landasan teori mengenai penelitian yang dilakukan. Landasan teori ini berisi tentang motivasi berprestasi baik itu berupa
pengertian dari motivasi berprestasi itu sendiri, aspek-aspek motivasi berprestasi, maupun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Selain itu, dalam
bab ini akan dipaparkan hal-hal mengenai variabel yang terkait dalam penelitian selain motivasi berprestasi, yaitu seperti dukungan sosial dan religiusitas.
Selanjutnya terdapat pembahasan tentang kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.
2.1 Motivasi Berprestasi
2.1.1 Pengertian motivasi berprestasi
Menurut McClelland dalam Robbins, 2001 motivasi berprestasi adalah ”dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat
standar, bergulat untuk sukses”. Dari kutipan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah kecenderungan individu memiliki dorongan
yang kuat dalam mencapai keberhasilan, mengutamakan prestasi dibanding hanya sekedar kesuksesan, dan mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu dengan
lebih baik atau lebih efisien. Murray dalam Winardi, 2008 mendefinisikan motivasi berprestasi adalah
keinginan untuk:
“melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fisikal, manusia atau ide-ide untuk
melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependens mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar
tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui
penerapan bakat secara berhasil.”
Dwivedi dan Herbert dalam Asnawi, 2007 mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang
didasarkan pada ukuran keunggulan dibanding standardnya sendiri maupun orang lain. Menurut Davis dalam Asnawi, 2007 motivasi berprestasi adalah dorongan
untuk mengatasi rintangan dan mencapai keberhasilan, sehingga menyebabkan individu bekerja lebih baik lagi. Sedangkan menurut Djaali 2008, motivasi
berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis kebutuhan untuk berprestasi yang terdapat di dalam diri karyawan yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas tetentu guna mencapai suatu tujuan tertentu atau berprestasi setinggi mungkin.
Atkinson dalam Djaali, 2008 mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia, terdapat kebutuhan untuk berprestasi, yaitu dorongan untuk
mengatasi hambatan, melatih kekuatan, dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin, atau dengan
perkataan lain usaha seseorang untuk menemukan atau melampaui standar keberhasilan. Menurut Atkinson seseorang yang mempunyai prestasi tinggi pada
umumnya harapan akan suksesnya selalu mengalahkan rasa takut akan mengalami kegagalan. Ia selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap apa yang
dihadapinya, sehingga setiap saat selalu termotivasi untuk mencapai tujuannya
dalam Djaali, 2008. Selanjutnya Djaali 2008 juga mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan untuk mengerjakan suatu
tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan. Motivasi berprestasi bukan sekedar dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu kepada suatu
ukuran keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan seseorang.
McClelland dalam Suhendra dan Hayati, 2006 berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi dilepaskan
akan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi yang tersedia. Energi ini dimanfaatkan oleh karyawan karena didorong
oleh: kekuatan motif dengan motivasi dan kebutuhan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, nilai insentif yang terlekat pada tujuan.
Dalam rumusan lain, McClelland dalam Munandar, 2008 menemukan bahwa individu dengan dorongan prestasi yang tinggi berbeda dari orang lain
dalam hal seberapa kuat keinginan mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik. Mereka mencari kesempatan dimana mereka memiliki tanggung jawab
pribadi dalam menemukan jawaban terhadap berbagai masalah. Mereka yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi lebih menyukai pekerjaan
dimana mereka memiliki tanggung jawab pribadi, akan memperoleh balikan dan tugas pekerjaannnya memiliki resiko yang sedang moderat.
Jhonson dalam Mangkunegara, 2006 mengatakan bahwa achievement motive is empetus to do well relative to some standard of excelence. Dengan kata
lain, bahwa motivasi berprestasi yang dimaksud adalah daya pendorong untuk
melakukan sesuatu hal yang luar biasa. Senada dengan hal tersebut,
Mangkunegara 2006 mengatakan bahwa “motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan
suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji”. Dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa terdapatnya
hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya, karyawan yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung
memiliki prestasi kerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan karena motivasi berprestasinya juga rendah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin sebagai upaya memenuhi kesuksesan dengan standar keunggulan tertentu, serta mengarahkan perilaku individu untuk berkompetisi
mencapai keberhasilan.
2.1.2 Aspek-aspek motivasi berprestasi