Pandangan Informan tentang Tarif

Sarana dan prasarana dinilai baik oleh 4 orang 44,4 informan. Suasananya, ruangannya, kenyamananya, sudah lumayan untuk tingkat puskesmas. Peralatan masih berfungsi baik. Pelayanan loket, sudah berjalan. Ruang pemeriksaan masih memadai. Ruang tunggu, atau yang lain-lain sudah cukup bagus. Jadi secara umum sudah memadai dibanding Puskesmas yang ada di desa.

4.1.13 Pandangan Informan tentang Tarif

Pandangan informan tentang Tarif adalah adalah pandangan informan terhadap sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang mempengaruhi permintaan masyarakat di Puskesmas tersebut, dapat dilihat pada uraian Tabel 4.20 berikut ini. Tabel 4.20 Pandangan Informan tentang Tarif No. Informan Pandangan Terhadap Tarif 1. Ketua PMI Tarif terjangkau masyarakat bawah, sudah memadai. Untuk menengah ke atas, tarif terlalu murah. Mungkin karena murah, yang datang masyarakat menengah ke bawah saja. Yang menjadi kendala adalah kesan masyarakat. Seolah-olah karena tarif murah, obatnyapun murah dan tidak bermanfaat. Jadi tarif dan kualitas obat, harus dinaikkan. Kalau ada spesialis sebagai alternatif RSU, tarifnya disesuaikan. 2. Ketua Dewan Pendidikan Ada pemahaman, tarif murah, tidak berkualitas. Golongan menengah ke bawah, setuju kalau murah. Tetapi yang mengerti kesehatan mahal, puskesmas terlalu murah dan kalau murah pelayanannya pasti tidak baik. Kalau puskesmas dengan tarif murah, tapi pelayanannya bagus, puskesmas akan dikejar dari seluruh daerah. Ilmu pemasaran, mengenal grand image. Puskesmas itu apa ? Maka, orang akan bilang, berobat yang pakai surat dokter, surat miskin, dengan tarif yang murah. Kebijakan tarif, turut memperkuat imej tidak baik puskesmas. Murah bukan berarti baik, tapi identik dengan tidak baik. Kalau bisa murah tapi pelayanan bagus, itulah yang harus dikejar. Walaupun puskesmas ini yang nirlaba, tapi harus punya jiwa kewirausahaan. Masalah tarif bisa diseimbangkan, ada subsidi silang. Satu hal lagi, puskesmas tidak harus cari profit, tapi profit penting untuk menghidupkan puskesmas. Inilah yang harus dikombinasi dalam memberdayakan puskesmas. Profit harus ada untuk memperbaiki kinerja puskesmas. Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Lanjutan Tabel 4.20 No. Informan Pandangan Terhadap Tarif 3. Ketua PSMTI Tarif yang diberlakukan, terlalu murah, orang kurang percaya. Saya selaku ketua PSMTI pernah minta kartu kesehatan gratis sama Bupati, untuk masyarakat yang kurang mampu dari Vihara, sudah disetujui Bupati. Tapi mereka itu tidak yakin, kenapa bisa ada dapat kartu kesehatan dengan pengobatan gratis. Mereka yang mau dapat kartu ini acuh tak acuh, tidak percaya. 4. Wartawan, Mengenai tarif, tidak masalah. Di praktek bayar mahal tetapi puas. Kalau ada pelayanan spesialis tarif naik, tidak masalah kalau mendapat pelayanan lebih baik. 5. Aktivis LSM, Kalau saya perhatikan beberapa kali, termasuk di RSU, masalah tarif tidak masalah, tapi bagaimana pelayanan sama mereka ini. Kalau dia tidak mampu, pemerintah ada membuat Askeskin. Jadi masalah tarif , tidak ada masalah yang penting pelayannya. 6. Aktivis Perempuan, Mengenai tarif, bantuan pemerintah kan banyak, kalau bisa gratis saja. Kalau lebih mahal juga tidak apa-apa yang penting, pelayannya lebih baik. Mengenai kunjungan berobat tidak tergantung tarif, tapi pelayanannya. Kalau orang berobat itu punya kesan baik, akan memilih yang tidak membayar, tetapi dia dilayani, dikasih fasilitas kesehatan, dikasih obat yang memang tepat untuk dia, dokternya ada, petugas kesehatannya ramah. Kalau tarif itu relatif. Kalau lebih mahal, tidak apa-apa, kalau bisa gratis, lebih bagus. Kalau ada pelayanan spesialis, tidak masalah tarifnya naik, asal tidak melebihi tarif swasta. 7. Ulama Di puskesmas, biaya lebih murah, lebih ringan dibanding tempat lain. Jadi mungkin orang beranggapan biayanya lebih murah, jadi obatnyapun lebih rendah. Orang enggan kesana, karena murah identik dengan tidak berkualitas. Ya begitu anggapan orang. Jadi bagaimana caranya supaya masyarakat mengerti dengan hal ini. Jadi walaupun murah, begitulah upaya pemerintah untuk membantu masyarakat. Kalau ada pelayanan spesialis, tarif menyesuaikan kalau bisa lebih rendah dari dokter praktek. 8. Pendeta Tarif, terjangkau oleh masyarakat, bahkan masih terlalu murah. Kalau ada pelayanan spesialis, tarif bisa disesuaikan dengan pelayanan spesialis. 9. Seniman, Kalau kita mengharapkan kualitas, tarif sekarang masih terlalu rendah. Betul puskesmas dibiayai Pemerintah, tapi kan biaya yang dikucurkan pemerintah itu datangnya dari masyarakat itu sendiri. Sehingga kalau tarif lebih tinggi, pemasukan pemerintah dari bidang kesehatan bisa lebih tinggi lagi, sehingga bisa dikucurkan ke Puskesmas. Selanjutnya kalau ada pelayanan spesialis, tarif dapat disesuikan dengan peningkatan kualitas yang terjadi. Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Dari 9 informan, 8 orang 88,9 mengatakan tarif terjangkau masyarakat bawah, tapi terlalu murah untuk menengah ke atas. Sebenarnya, tarif tidak masalah, asal pelayanannya baik. Kalau tidak mampu membayar, pemerintah ada menyediakan fasilitas Askeskin. Satu orang lainnya 11,1 mengatakan, kalau Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 bisa gratis saja, karena ada bantuan pemerintah. Tapi kalau lebih mahal juga tidak apa-apa yang penting, pelayannya lebih baik. Dari 9 informan, 5 orang 55,6 mengatakan karena tarifnya murah sehingga yang datang ke Puskesmas, adalah masyarakat menengah ke bawah. Ada kesan di masyarakat, karena tarifnya murah, obatnyapun murah dan lebih rendah sehingga tidak bermanfaat mengobati. Sebagian masyarakat enggan datang ke Puskesmas, karena murah dan identik dengan tidak berkualitas. Bahkan kalau diberi gratis, kadang-kadang membuat orang tidak percaya karena sudah hampir pasti pelayannya tidak baik. Jadi murah identik dengan tidak baik. Kebijakan tarif murah, turut memperkuat kesan tidak baik puskesmas. Untuk memperbaiki kesan tersebut, tarif Puskesmas sebaiknya dinaikkan dengan diikuti peningkatan kualitas obat-obatan dan kualitas pelayanan. Masalah tarif juga bisa diseimbangkan, dengan melakukan subsidi silang. Puskesmas harus punya jiwa kewirausahaan. Profit penting dalam rangka menghidupkan dan memperbaiki kinerja Puskesmas. Ini harus dikombinasi sedemikian rupa untuk memberdayakan puskesmas ke depan. Kalau puskesmas bisa mempertahankan tarif murah, tapi kualitas pelayanan bagus, maka puskesmas ini akan dikejar dari seluruh daerah. Pelayanan spesialis di Puskesmas sebagai alternatif RSU kalau dilaksanakan, 8 orang 88,9 dari 9 informan setuju bila tarif disesuaikan. Kenaikan tidak masalah, dengan peningkatan kualitas pelayanan yang akan terjadi, tetapi tetap lebih murah dari tarif pada pelayanan swasta. Satu orang informan berpendapat, belum perlu ada pelayanan spesialis di puskesmas. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

4.1.14 Pandangan Informan tentang Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan