Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian Landasan Teori

masyarakat non ASKES dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. Hal ini perlu dilakukan karena keberadaan Puskesmas Rantauprapat sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar di Kota Rantauprapat yang memiliki jumlah penduduk 44.494 jiwa dengan 9.700 Kepala Keluarga dimana 4.025 Kepala Keluarga merupakan keluarga menengah ke atas Puskesmas Kota Rantauprapat, 2006.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat ? 2. Bagaimana pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat ? 3. Bagaimana pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif terhadap permintaan masyarakat non ASKES dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

1.4 Hipotesis

1. Ada pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat. 2. Ada pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat. 3. Ada pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perencana Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk menyusun program pembangunan pelayanan kesehatan lebih lanjut. 1.5.2 Sebagai bahan masukan bagi perencana di Dinas Kesehatan KabupatenKota yang lain dalam menyusun program pembangunan pelayanan kesehatan masing- masing. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permintaan Demand Kesehatan

2.1.1 Pengertian Demand Kesehatan Dalam menjelaskan konsep demand sektor kesehatan perlu ada pembedaan mengenai demand for health dan demand for health care. Hal ini penting mengingat terdapat berbagai hal dalam sektor kesehatan yang berbeda dengan sektor lainnya. Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup mengembangkan keturunan, sehingga timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Demand untuk menjadi sehat tidak sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan merupakan suatu input dalam menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan kesehatan tergantung terhadap demand akan kesehatan. Trisnantoro, 2006. Grossman 1972, menggunakan teori modal manusia human capital untuk menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk pelayanan Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Grossman menguraikan demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain Trisnantoro, 2006: 1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan bukan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan. 2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk mengusahakan peningkatan kesehatan, disamping menggunakan pelayanan kesehatan. 3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdepresiasi dengan segera. 4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi. Untuk lebih memahami demand terhadap kesehatan, dapat dilakukan dengan memahami pengertian tentang keinginan wants, permintaan demand dan kebutuhan needs, sebagaimana digambarkan oleh model dari Cooper di bawah ini. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Keinginan Wants Permintaan demands Kebutuhan Needs Gambar 2.1 Konsep keinginan wants, permintaan demand dan kebutuhan needs Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan haru mendapatkan penanganan medis Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya Secara umum keadaan demand dan need pelayanan kesehatan dapat dilukiskan sebagai fenomena gunung es, dimana demand yang benar merupakan bagian dari need. Need akan pelayanan kesehatan berwujud sebagai gunung es, yang sedikit puncaknya terlihat sebagai demand. Sedikit tersebut bersifat variatif. Pada negara maju, puncak gunung es akan terlihat lebih besar dibanding negara yang miskin. Trinantoro, 2006

2.1.2 Permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Menurut Tjiptoherjanto dkk 1994, menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk membahas permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yaitu: Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 a. The Agency Relationship atau dikenal juga dengan Supplier Induced Demand Model. Dalam model ini menyatakan hubungan kebutuhan dan permintaan merupakan suatu yang rumit, hal ini diargumentasikan bahwa: 1. Seseorang mempunyai keinginan akan kesehatan yang lebih baik dari keadaan yang dimiliki saat ini. 2. Sebagian aktif memperoleh pelayanan kesehatan misalnya dengan secara rutin melakukan pemeriksaan pada dokter pribadi. 3. Terkadang dokter tidak sependapat dengan tentang penilaian kebutuhan dan permintaan. Para dokter menyatakan bahwa beberapa kebutuhan dan permintaan tidak selalu membutuhkan perawatan. Apakah kebutuhan dan permintaan dapat digabung? Salah satu cara untuk menggabungkan adalah dengan pendekatan agency relationship hubungan keagenan, dimana dalam pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang pelayanan kesehatan. Kejadian ini disebabkan oleh sifat pelayanan kesehatan, dimana dokterlah yang aktif bertindak melakukan permintaan. Untuk menunjang hubungan tersebut secara efisien menurut Artells 1981, diperlukan tiga kelompok informasi, yakni: 1. Pengetahuan dasar medis yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya tidak harus dimiliki pasien. Informasi ini menyangkut pengetahuan untuk melakukan penilaian status kesehatan dan mengidentifikasikan perawatan yang tersedia. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 2. Keterangan tentang keadaan pasien yang meliputi pengetahuan tentang symptom dan keadaan lingkungan pasien sehingga memungkinkan dokter untuk menerapkan ilmunya terhadap kasus yang ada. 3. Informasi tentang penilaian pasien itu sendiri mengenai penyakit yang dideritanya. b. Investment Model oleh Grossman 1972 Model ini menyebutkan bahwa permintaan terhadap pelayanan kesehatan merupakan derivasi dari permintaan terhadap pelayanan itu sendiri. Menurut terminologi Becker 1965, kesehatan merupakan komoditi penting. Dengan menggunakan dasar pengetahuan tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku konsumen dalam Human Capital Approach dimana area pemilihannya diperluas hingga mencakup pemilihan atas status kesehatan. Diantara kedua pendekatan ini terdapat perbedaan mengenai asumsi kedudukan pasien dalam model permintaan, dimana pada pendekatan pertama mengatakan bahwa peranan pasien sangat kecil dibanding petugas kesehatan, sedangkan model Grossman mengatakan bahwa pasien memiliki informasi dan kebebasan dalam menentukan permintaannya. Dalam hal ini pasien diasumsikan mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya, sehingga permintaan akan pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh pasien itu sendiri. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Menurut Fuchs 1998, Zubkoff 1981, faktor-faktor di bawah ini, mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain: 1 Kebutuhuan berbasis Fisiologis Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan medis. Keputusan ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini, demand terhadap pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. 2 Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan Secara sosio antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Disamping itu, masalah persepsi mengenai resiko sakit merupakan hal penting sehingga mengakibatkan sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain, tidak memperhatikannya. 3 Variabel-variabel Ekonomi Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif, maka demand akan semakin rendah. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera, faktor tarif, mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik. Sebagai contoh adalah operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas, dimana Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 apabila tidak ditolong segera, korban dapat meninggal dunia atau cacat seumur hidup. 4 Penghasilan Masyarakat Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, adanya kenaikan penghasilan masyarakat, akan menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota kabupaten dan puskesmas. 5 Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Adanya asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan. Semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi, maka demand akan pelayanan kesehatan akan semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan sebanyak- banyaknya. 6 Variabel-variabel Demografis dan Umur Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang, akan meningkatkan demandnya terhadap pelayanan kuratif, sementara demand terhadap pelayanan kesehatan preventif, akan menurun. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 7 Jenis Kelamin Demand wanita terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi dibanding laki-laki. Kondisi ini karena dua hal. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah, sehingga kesediaan untuk meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar dibanding laki-laki. Pada kasus-kasus darurat, perbedaan ini tidak nyata. 8 Pendidikan Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. 9 Faktor-faktor lain Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand. Pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia, telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand. Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand. Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahan- perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga dan asuransi kesehatan. Trisnantoro, 2006 Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Sedangkan menurut Wirick yang dikutip oleh Sorkin 1984, ada lima faktor penting yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan meliputi: 1. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan 2. Kesadaran akan adanya kebutuhan tersebut 3. Motivasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan 4. Tersedianya sumber keuangan 5. Tersedianya pelayanan kesehatan Selanjutnya, Azwar 1988, yang dikutip oleh Siregar 2004, berpendapat bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan, amat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, soial budaya dan sosial ekonomi. Jika tingkat pendidikan baik, keadaan sosial budaya dan keadaan sosial ekonomi juga baik, maka secara relatif kebutuhan dan demandnya terhadap kesehatan akan tinggi. Hal sebaliknya, dimana tuntutan terhadap kesehatan akan menurun apabila tingkat pendidikan, keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi belum memuaskan, atau tidak memungkinkan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. 2.2 Puskesmas

2.2.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok Depkes RI, 2004. Pelayanan kesehatan yang menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif dan ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin. Pengertian terpadu atau integrasi menurut WHO bila dilihat dari aspek fungsional, integrasi adalah suatu upaya untuk menyatukan berbagai struktur dan fungsi administratif yang berdiri sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan. Sedangkan bila dilihat dari aspek pengorganisasiannya, ”pelayanan kesehatan integrasi” yaitu berbagai jenis upaya kesehatan yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat wilayah tertentu dilakukan di bawah satu administrasi dan satu pimpinan, atau dilakukan oleh berbagai instansi akan tetapi dengan koordinasi yang baik Depkes, 1999.

2.2.2 Fungsi Puskesmas

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar per orangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan, termasuk sumber pembiayaannya serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan per orangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. 3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi: a. Pelayanan Kesehatan Per orangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi private goods dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan per orangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan. Untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik public goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya Depkes RI, 2004. Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas menempuh langkah-langkah antara lain: 1 Mengumpulkan informasi keadaan lingkungan geografis, demografis, morbiditas, sosio budaya dan sosio ekonomi penduduk serta keadaan infra struktur untuk melakukan analisis situasi dan menetapkan situasi serta menetapkan diagnosis masalah masyarakat di wilayah kerjanya. 2 Berdasarkan hasil diagnosis masalah masyarakat, menyusun rencana kerja sesuai dengan kebijaksanaan dan petunjuk yang diberikan dari Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II sebagai atasannya. 3 Memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat dengan memperhatikan kebutuhannya, mutu pelayanan dan kepuasan masyarakat yang dilayaninya Depkes RI, 1999. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat kaitannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan tersebut. Berbicara kapan memerlukan pelayanan kesehatan, umumnya akan menjawab bila merasa ada gangguan kesehatan sakit. Seseorang tidak pernah tahu dan tidak dapat menjawab dengan pasti, kapan akan sakit. Hal ini menjelaskan, bahwa selaku konsumen pelayanan kesehatan, seseorang selalu dihadapkan pada masalah ketidakpastian. Menurut Kasl dan Cobb 1966, alasan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan medis ada 3 hal yaitu 1 Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan perilaku sehat; 2 Untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan perilaku sakit; dan 3 Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sediakala atau agar penyakit tidak bertambah parah peran sakit – sick role behavior. Becker dkk, dalam Muhazam F, 1995. Dalam ilmu ekonomi yang terpenting dari pelayanan kesehatan adalah kesehatan itu sendiri dan sekaligus akan menghasilkan dampak yang lainnya. Dari sudut pandang permintaan, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya sehingga memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatannya. Alasan mengapa masyarakat memerlukan status kesehatan yang lebih Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 baik, mungkin disebabkan oleh adanya keinginan untuk dapat menikmati hidup yang lebih baik dibanding bila mereka mengalami gangguan kesehatan. Menurut Arrow 1963, hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya adalah karena misalnya persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan Tjiptoherijanto, 1994. Menurut Department of Health Education and Welfare, USA Lapau, 1997, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan yaitu: 1. Faktor regional dan residence regional misalnya ; Jakarta, Jawa Barat,dll. residence misalnya ; Rural dan Urban 2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan a. Tipe dari organisasi, misalnya ; rumah sakit, puskesmas,dll. b. Kelengkapan program kesehatan. c. Tersedianya fasilitas dan tenaga medis. d. Teraturnya pelayanan. e. Hubungan antara dokter tenaga kesehatan lainnya dengan penderita. f. Adanya asuransi. 3. Faktor dengan adanya fasilitas kesehatan lainnya. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan. a. Faktor sosio demografis yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar keluarga, kebangsaan, dan suku bangsa, serta agama. b. Faktor sosio psikologis, yang meliputi sikap persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelayanan kesehatan sebelumnya. c. Faktor ekonomis yang meliputi status sosioekonomis pendidikan dan pekerjaan dan pendapatan. d. Dapat digunakannya pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah penderita dengan tempat pelayanan kesehatan. e. Variabel yang menyangkut kebutuhan need yang meliputi morbidity, gejala penyakit yang dirasakan oleh penderita, status terbatasnya keaktifan yang kronis, hari-hari di mana tidak dapat melakukan tugas dan diagnosa. Andersen dan Newman 1979 seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, menyatakan model penggunaan pelayanan kesehatan ini dapat membantu atau memenuhi satu atau lebih dari lima tujuan berikut: a. Untuk melukiskan hubungan-hubungan kedua belah pihak antara faktor-faktor penentu determinan dari penggunaan pelayanan kesehatan. b. Untuk menentukan apakah ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah. c. Untuk meringankan dan mengantisipasi kebutuhan masa depan dari pelayanan kesehatan. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 d. Untuk menyarankan cara-cara manipulasi kebijaksanaan yang ada dan berhubungan dengan variabel-variabel, agar dapat memberikan perubahan perilaku terhadap penggunaan pelayanan kesehatan. e. Untuk menilai program yang sudah dilakukan, terutama dalam pemeliharaan perawatan kesehatan yang baru. Andersen dan Anderson membuat 7 kategori model penggunaan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada tipe-tipe variabel yang digunakan sebagai penentu determinan-determinan penggunaan pelayanan kesehatan. Ketujuh model tersebut adalah sebagai berikut: 1 Model Demografi Kependudukan Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda umur dan jenis kelamin, dan juga siklus hidup status perkawinan dan besarnya keluarga dengan asumsi bahwa penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyaknya berhubungan dengan variabel di atas. 2 Model-model Struktur Sosial Social Structure Models Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan, dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dengan latar belakang, status sosial tertentu akan menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara tertentu pula. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 3 Model-model Sosial Psikologis Psychological Social Models Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan daripada penyakit, keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan menghadapi penyakit, kesiapan tindakan individu. Dalam model ini variabel yang digunakan merupakan ukuran dari sikap dan keyakinan individu. 4 Model-model Sumber Keluarga Family Resource Models Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga atau sebagai anggota asuransi kesehatan dan pihak- pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Model ini menggambarkan tingkat ekonomi keluarga dan digunakan untuk mengukur kemampuan membayar individu atau keluarga untuk pelayanan kesehatan mereka. 5 Model-model Sumber Daya Masyarakat Community Resource Models Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan, serta sumber dari masing- masing dalam masyarakat. Model ini selanjutnya menggambarkan suplai ekonomis yang berfokus pada ketersediaan di masyarakat. 6 Model-model Organisasi Organization Models Dalam model ini variabel yang dipakai adalah gaya hidup style praktek pengobatan, sifat dari pelayanan tersebut, letak dari pelayanan kesehatan, dan Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 petugas yang pertama kali kontak dengan pasien. Model ini mencerminkan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. 7 Model Sistem Kesehatan Health System Models Model sistem kesehatan mengintegrasikan ke enam model di atas menjadi satu yang sempurna. Dengan demikian apabila hendak dilakukan analisa terhadap penggunaan pelayanan kesehatan maka akan diperhitungkan keenam model di atas Notoatmodjo, 2003. Selanjutnya, kenyataan menunjukkan bahwa problem kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang dilakanakan oleh provider. Kegagalan ini memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit preventive health behavior yang oleh Becker 1974 dikembangkan menjadi model kepercayaan kesehatan health belief model. Notoatmodjo, 2003. Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan menurut Depkes RI 1999 dapat disebabkan oleh: 1. Jarak yang jauh faktor geografi 2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas faktor informasi 3. Biaya yang tidak terjangkau faktor ekonomi 4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas faktor budaya Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh menurut Depkes 1999 dapat dipengaruhi oleh: Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 1. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan Tempat pelayanan yang tidak strategis sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil. 2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan. 3. Keterjangkauan informasi Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada. Dari uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan maka dalam penelitian ini akan dibahas lebih mendetail adalah faktor tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif di Puskesmas.

2.3.1 Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan Wijono, 1999. Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis Wijono, 1999. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Secara terperinci, tenaga medis adalah tenaga dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi. Tenaga keperawatan adalah perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tenaga Gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis Wijono, 1999. Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat, yakni: 1. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. 2. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri. 3. Dikecualikan dari pemilikan izin sebagaimana dimaksud, bagi tenaga kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, diatur oleh Menteri. 4. Selain izin sebagaimana yang dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi, diatur oleh Menteri. Wijono, 1999. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

2.3.2 Sarana dan Prasarana

Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan adalah sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Untuk masa mendatang kebutuhan sarana kesehatan akan disusun dengan memperhatikan beberapa asumsi dasar, yaitu : 1. Terjadinya pergeseran peran pemerintah dari penyelenggara pelayanan yang dominan, menjadi penyusunan kebijakan dan regulasi dengan tetap memperhatikan kebutuhan pelayanan bagi penduduk miskin 2. Makin meningkatnya potensi sektor swasta dalam penyediaan pelayanan kesehatan, khususnya yang bersifat kuratif dan rehabilitatif 3. Teratasinya krisis ekonomi dan politik dalam waktu yang tidak terlalu lama Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, 1999 Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan ke depan akan diselenggarakan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta dengan memperhatikan faktor efisiensi dan ketercapaian bagi seluruh penduduk. Selain itu langkah peningkatan kuantitas pembangunan sarana dan prasarana kesehatan harus diikuti dengan peningkatan kemampuan manajerial yang profesional dan didukung oleh peningkatan kemampuan teknis tenaga pemberi pelayanan untuk menjamin keberhasilan dan kelestrian upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

2.3.3 Tarif

Tarif adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan seseorang untuk memperoleh jasa pelayanan. Tarif tidak sama dengan harga. Harga adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang. Sekalipun perbedaan tarif dengan harga cukup jelas, namun bagi kebanyakan anggota mayarakat, perbedaan ini sulit dimengerti. Oleh masyarakat pemakai jasa pelayanan kesehatan, tarif diartikan sama dengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pengertian seperti ini jelas tidak sesuai, karena dalam pengertian biaya tersebut telah termasuk harga barang, misalnya obat-obatan, yang pengelolaannya sering dilakukan terpisah dengan pengelolaan pelayanan kesehatan. Peranan tarif dalam pelayanan kesehatan amat penting. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, setiap sarana kesehatan harus menetapkan besarnya tarif yang dapat menjamin total pendapatan yang lebih besar dari total pengeluaran. Untuk itu, beberapa faktor perlu diperhitungkan. Faktor-faktor yang dimaksud untuk suatu sarana pelayanan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam : 1. Biaya investasi 2. Biaya kegiatan rutin, terdiri dari direct cost dan indirect cost. 3. Biaya rencana pengembangan 4. Besarnya target keuntungan. Azwar, 1996. Tarif puskesmas merupakan biaya pelayanan kesehatan yang diberikan suatu puskesmas, yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk suatu periode tertentu. Dalam perdagangan umum, tarif berlaku menurut hukum pasar yang Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 berfluktuasi dari waktu ke waktu. Dalam pelayanan swasta, tarif pelayanan juga dapat berfluktuasi, tetapi tidak secepat perubahan pada komoditas tertentu. Tarif puskesmas yang ditetapkan pemerintah umumnya tidak berfluktuasi dan cenderung berlaku untuk masa 3 – 6 tahun. Akibatnya, tarif tersebut tidak selalu dapat menutupi biaya-biaya untuk memproduksi jasa pelayanan di puskesmas. Besarnya tarif Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medis berpedoman kepada komponen biaya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan memperhatikan pertimbangan dari organisasi profesi setempat Wijono, 1999. Selain pertimbangan organisasi profesi, perhitungan tarif biasanya juga mempertimbangkan: 1. Jasa Konsultasi Dokter 2. Biaya Suntikan dan Obat-Obatan 3. Jasa Tindakan Medik 4. Jasa Penunjang Medik 5. Jasa Perawatan 6. Komponen lain yang berhubungan dengan penunjang pelayanan kesehatan Dari uraian teoritis diatas tentunya diperlukan penetapan tarif yang tepat, dengan memperhatikan kemampuan dan kemauan masyarakat dalam membayar di satu sisi dan biaya sebenarnya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pelayanan yang baik pada sisi lainnya. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

2.4 Landasan Teori

Menurut Sorkin 1984, pemanfaatan pelayanan kesehatan pada konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor demografi, struktur sosial, belief, akses pelayanan kesehatan, status kesehatan berdasarkan evaluasi klinis. Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang status kesehatannya akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang pelayanan petugas kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang keberadaan sarana prasarana Puskesmas akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang pembiayaan kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Menurut Fuchs 1998, Zubkoff 1981, faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain: kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabel-variabel ekonomi seperti tarif, ada tidaknya asuransi dan penghasilan, pendidikan, variabel-variabel demografis dan organisasi. Disamping itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah: pengiklanan, Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 pengaruh jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dan pengaruh inflasi. Faktor-faktor ini satu sama lain terkait secara kompleks Trisantono, 2006.

2.5 Kerangka Konsep