Metode Analisis Data Karakteristik Responden dan Informan

menunjukkan bahwa korelasi signifikans pada alpha 0,01. Selanjutnya hasil diuji dengan rumus Sperman – Brown : 2 r ½ ½ r 11 = -------------- 1 + r ½ ½ 2 x 0,969 1,938 r 11 = -------------- = ---------- = 0,98 1 + 0,969 1,969 Dari hasil, perhitungan Sperman – Brown diatas, didapat korelasi yang tinggi. Dengan demikian, item-item pada test di atas, memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

3.8 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa dengan beberapa uji statistik menggunakan program komputer: a. Analisis Univariat Untuk melihat gambaran setiap karateristik dan variabel independen bebas yaitu: umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan pandangan responden terhadap pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas; dan variabel dependen terikat yang meliputi demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. b. Analisis Bivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Sederhana Untuk menguji dan menganalisa masing-masing pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat digunakan uji Regresi Linear Sederhana. c. Analisis Multivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Berganda Untuk melihat pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat digunakan uji Regresi Linear Berganda. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Kawasan Penelitian

Puskesmas Kota Rantauprapat, terletak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu. Puskesmas ini berada di Ibukota Kabupaten Labuhanbatu, Rantauprapat, yang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu, sekaligus menjadi pusat pendidikan, kebudayaan, dan perdagangan. Secara geografis wilayah kerja Puskesmas, terletak di Pantai Timur Sumatera dengan wilayah sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Pangkatan, sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Bilah Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rantau Selatan, sebelah Timur, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Perlayuan Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu. Tempat ini dipilih karena rendahnya angka kunjungan dari penduduk yang non ASKES, sementara jumlah penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi non ASKES cukup banyak di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Puskesmas ini mempunyai luas wilayah kerja 47,47 Ha, yang terdiri dari 7 Kelurahan. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

4.1.1.1 Keadaan Penduduk

Data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat, Kecamatan Rantau Utara, sebanyak 44.494 jiwa 9.700 KK, jumlah rata-rata jiwa setiap rumah 4,59 jiwa, rasio jenis kelamin 1,04. Data penduduk menurut jenis kelamin, jumlah KK dan Lingkungan serta luas wilayah setiap Kelurahan di wilayah kerja puskesmas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Kelurahan Menurut Jenis Kelamin, Jumlah KK dan Lingkungan, serta Luas Wilayah Setiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas No. Kelurahan LK orang PR orang JLH orang JLH KK Lingk Luas Ha 1. Rantauprapat 2021 2126 4147 802 5 0,71 2. Sirandorung 4010 4114 8124 1432 6 9,10 3. Siringo-ringo 3312 2913 6225 1438 8 6,77 4. Kartini 2492 2656 5148 1052 5 1,00 5. Cendana 2794 3131 5929 1426 8 6,77 6. Bina Raga 2448 3022 5470 1563 5 7,42 7. Padang Bulan 4702 4753 9455 1987 10 9,11 Jumlah 21779 22715 44494 9700 47 47,47 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat, Tahun 2006

4.1.1.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat

Tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Kota Rantauprapat adalah sebagaimana pada Tabel 4.2 berikut: Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 No. JENIS PENDIDIKAN JUMLAH orang 1. Dokter Umum 3 2. Dokter Gigi 1 3. Sekolah Perawat Kesehatan 8 4. BIDAN 15 5. Akademi Kebidanan 5 6. Sekolah Asisten Apoteker 1 7. Sekolah Pendidikan Ahli Gizi 2 8. Sekolah Pendidikan Rawat Gigi 1 9. Latihan Chusus Perawat Kesehatan 2 10. SLTA 1 11. Akademi Keperawatan 4 12. Sarjana Kesehatan Masyarakat 1 13. Bidan di Desa 4 JUMLAH 48 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat 2006

4.1.2 Kondisi Sarana dan Prasarana Puskesmas Kota Rantauprapat.

Puskesmas Kota Rantauprapat, dibangun pada tahun 1981 dan telah dilakukan renovasi pada bulan Oktober 2003. Dari Tabel 4.3 ditunjukkan sarana dan prasarana yang dimiliki puskesmas Kota Rantauprapat pada Tahun 2006. Tabel 4.3 Sarana dan Prasana Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 No. SARANAPRASARANA JUMLAH unit 1. Ruangan 14 2. Toilet 2 3. Mobil puskesmas keliling 1 4. Sepeda motor 2 5. Poliklinik kit 1 6. Laboratorium kit 1 7. Mikroskop 1 8. Bidan kit 1 9. Dental Unit 1 10. Air conditioning 1 11. Puskesmas pembantu 3 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat 2006 Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

4.1.3 Pola Penyakit di Puskesmas

Berdasarkan 10 penyakit terbesar di Puskesmas Kota Rantauprapat tahun 2006 dapat menggambarkan pola penyakit yang terdapat di wilayah tersebut, sebagaimana pada Tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Pola Penyakit di Puskesmas Kota Rantauprapat No. Code Nama Penyakit Jumlah orang Persentase 1. 1303 ISPA 5.261 37,05 2. 1505 Penyakit rongga mulut stomatitis 1.938 13,65 3. 0104 Infeksi penyakit usus yang lain gastritis 901 6,35 4. 21 Penyakit pada sistem otot rematik 824 5,80 5. 1005 Penyakit mata lainnya 750 5,28 6. 2002 Penyakit kulit Alergi 747 5,26 7. 12 Penyakit tekanan darah tinggi 725 5,11 8. 0102 Diare 629 4,43 9. 0403 Asma 438 3,08 10. 22 Penyakit lainnya 1.986 13,99 Jumlah 14.199 100 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat 2006 Dari Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa 37.5 pasien yang berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat menderita penyakit Infeksi Akut lain pada saluran pernafasan atas ISPA, selebihnya penyakit stomatitis, gastritis, rematik, penyakit mata, penyakit kulit alergi, hipertensi, diare, Asma serta penyakit lainnya. Dilihat dari jenis penyakit yang termasuk 10 besar di Puskesmas Kota Rantauprapat adalah jenis penyakit infeksi yang terkait dengan kesehatan lingkungan dan perilaku serta penyakit non infeksi. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

4.1.4 Gambaran Umum Responden Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat yang telah menggunakan Puskesmas sebagai tempat pengobatan. Karakteristik responden yang diperoleh meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik

A. Responden berdasarkan kelompok umur

Jumlah orang Persentase 1. 20 tahun 3 5.3 2. 20 – 29 tahun 13 22.8 3. 30 – 39 tahun 19 33.3 4. 40 – 49 tahun 14 24.6 5. 50 – 59 tahun 2 3.5 6. 60 – dst 6 10.5 Jumlah 57 100.0

B. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah orang Persentase Laki – laki 22 38.6 Perempuan 35 61.4 Jumlah 57 100

C. Responden berdasarkan pendidikan

Jumlah orang Persentase 1. Tidak Tamat SD 1 1.8 2. SD 4 7.0 3. SMP 5 8.8 4. SMU 36 63.2 5. D III 4 7.0 6. Sarjana 7 12.3 Jumlah 57 100.0

D. Responden berdasarkan pekerjaan

Jumlah orang Persentase 1. Karyawan 11 19.3 2. Petani 1 1.8 3. Wiraswasta 39 68.4 4. Tidak bekerja Ibu Rumah Tangga, Mahasisiwa 6 10.5 Jumlah 57 100.0

E. Responden berdasarkan Penghasilan

Jumlah orang Persentase 1. Rp. 800.000,- 6 10.5 2. Rp. 800.000,- – Rp. 1.600.000,- 28 49.1 3. Rp. 1.600.000,- 23 40.4 . Jumlah 57 100.0

F. Responden berdasarkan Kunjungan

Jumlah orang Persentase 1. 1 kali 21 36.8 2. 2 – 4 kali 18 31.6 3. ≥ 5 kali 18 31.6 Jumlah 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari Tabel 4.5 di atas, responden berdasarkan kelompok umur; 3 orang 5,3 20 tahun, 13 orang 22,8 20 – 29 tahun, 19 orang 33,3 30 – 39 tahun, 14 orang 24,6 40 – 49 tahun, 2 orang 3,5 50 – 59 tahun dan 6 orang 10,5 ≥ 60 tahun. Responden berdasarkan jenis kelamin; laki-laki 22 orang 38,6 dan perempuan 35 orang 61,4 . Responden berdasarkan tingkat pendidikan, 1 orang 1,8 tidak tamat SD, 4 orang 7,0 SD, 5 orang 8,8 SMP, 36 orang 63,2 SMU, 4 orang 7,0 DIII dan 7 orang 12,3 Sarjana. Responden berdasarkan pekerjaan; 11 orang 19,3 karyawan, 1 orang 1,8 petani, 39 orang 68,4 wiraswasta dan 6 orang 10,5 tidak bekerja IRT dan mahasiswa. Responden berdasarkan penghasilan 6 orang 10,5 Rp. 800.000,-, 28 orang 49,1 Rp. 800.000,- – Rp. 1.600.000,- dan 23 orang 40,4 Rp. 1.600.000,-. Berdasarkan jumlah kunjungan responden ke Puskesmas, 21 orang 36,8 , baru berkunjung 1 kali ke puskesmas. Sebanyak 18 orang 31,6 sering berkunjung 2 – 4 kali ke puskesmas dan 18 orang 31,6 berkunjung sangat sering ≥ 5 kali ke Puskesmas. 4.1.5 Pandangan Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan Pandangan tentang pelayanan tenaga kesehatan, adalah pandangan responden tentang pelayanan yang diberikan oleh petugas dokter, paramedis dan pegawai administrasi yang bekerja di Puskesmas Kota Rantauprapat meliputi sikap, perbuatan, komunikasi, keahlian kemampuan, kecepatan dan kecekatan dalam memberikan pelayanan yang dapat berpengaruh terhadap permintaan pelayanan Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 kesehatan di Puskesmas tersebut. Persentase responden berdasarkan masing – masing kategori aspek penelitian dapat dilihat pada uraian Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan

A. Penilaian Responden tentang pelayanan pegawai puskesmas di bagian kartu

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 1 1.8 2. Kurang baik 17 29.8 3. Baik 39 68.4 Jumlah 57 100.0

B. Penilaian Responden tentang pemberian informasi proses selanjutnya oleh petugas

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik tidak dapat informasi 3 5.3 2. Kurang baik informasi tidak jelas 13 22.8 3. Baik informasi jelas 41 71.9 Jumlah 57 100.0

C. Penilaian responden

tentang waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kartu berobat Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 15 menit 5 8.8 2. Kurang baik 6 – 15 menit 23 40.3 3. Baik 5 menit 29 50.9 Jumlah 57 100.0

D. Penilaian Responden tentang pelayanan pegawai puskesmas di bagian pemeriksaan

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 5 8.8 2. Kurang baik 17 29.8 3. Baik 35 61.4 Jumlah 57 100.0

E. Penilaian responden tentang waktu yang dihabiskan di ruang tunggu

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 20 menit 8 14.0 2. Kurang baik 10 – 20 menit 17 29.9 3. Baik 10 menit 32 56.1 Jumlah 57 100.0

F. Penilaian Responden tentang disiplin petugas puskesmas

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 4 7.0 2. Kurang baik 12 21.1 3. Baik 41 71.9 Jumlah 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Lanjutan Tabel 4.6

G. Penilaian Responden tentang keramahtamahan petugas puskesmas

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 3 5.3 2. Kurang baik 14 24.5 3. Baik 40 70.2 Jumlah 57 100.0

H. Penilaian responden tentang kecekatan dan kesigapan petugas dalam melakukan pelayanan

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 1 1.8 2. Kurang baik 14 24.5 3. Baik 42 73.7 Jumlah 57 100.0

I. Penilaian Responden tentang keramahtamahan dokter

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 14 24.6 2. Kurang baik 13 22.8 3. Baik 30 52.6 Jumlah 57 100.0

J. Penilaian Responden tentang kecekatan dan kesigapan dokter dalam melakukan pelayanan

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 14 24.6 2. Kurang baik 10 17.5 3. Baik 33 57.9 Jumlah 57 100.0

K. Penilaian responden tentang penjelasan dokter mengenai keadaan penyakit pasien

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 15 26.3 2. Kurang baik 10 17.6 3. Baik 32 56.1 Jumlah 57 100.0

L. Penilaian Responden tentang waktu yang dihabiskan di ruang tunggu bagian obat

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 5 8.8 2. Kurang baik 18 31.6 3. Baik 34 59.6 Jumlah 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Dari Tabel 4.6 di atas di ketahui 68,4 39 orang responden menilai pelayanan pegawai puskesmas di bagian kartu dengan kategori baik. Sebesar 71,9 41 orang menilai informasi proses selanjutnya diperoleh dari petugas dengan kategori baik. Sebesar 50,9 29 orang menilai waktu yang dihabiskan untuk Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 mendapatkan kartu dengan kategori baik. Sebesar 61,4 35 orang menilai pelayanan petugas di bagian pemeriksaan dengan kategori baik. Sebesar 56,1 32 orang menilai waktu yang dihabiskan di ruang tunggu pemeriksaan dengan kategori baik. Sebesar 71,9 41 orang menilai disiplin petugas dengan kategori baik. Sebesar 70,2 40 orang menilai keramahan petugas dengan kategori baik. Sebesar 73,7 42 orang menilai kecekatan serta kesigapan petugas dengan kategori baik. Sebesar 52,6 30 orang menilai keramahtamahan dokter dalam melayani pasien, dengan kategori yang baik. Sebesar 57,9 33 orang menilai kecekatan dan kesigapan dokter dalam melayani pasien, dengan kategori yang baik. Sebesar 56,1 32 orang menilai dokter memberikan penjelasan tentang keadaan penyakit dengan kategori baik. Sebesar 59,6 34 orang menilai waktu yang dihabiskan di ruang tunggu pelayanan obat dengan kategori baik. Selanjutnya seluruh pertanyaan mengenai pelayanan tenaga kesehatan dikategorikan sesuai dengan kriteria dan bobot pengukuran sebagaimana pada Tabel 3.1 Hasil pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Pandangan Responden tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan Kategori Frekuensi Persentase Valid Tidak baik 1 1.8 Kurang baik 14 24.6 Baik 42 73.7 Total 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari Tabel 4.7 di atas terlihat setelah dikategorikan, 73,7 responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori baik. Sebanyak 24,6 responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori kurang baik. Sebanyak 1,8 responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori tidak baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang pelayanan tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan tenaga kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi nilai 40-74 dari nilai maksimalnya. 4.1.6 Pandangan Tentang Sarana dan Prasarana Pandangan tentang Sarana dan Prasarana kesehatan adalah pandangan responden tentang kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung pelayanan kesehatan misalnya: ruang pemeriksaan, alat-alat keperawatan, alat-alat kebidanan, laboratorium dan sebagainya, yang dapat mempengaruhi permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. Persentase responden berdasarkan masing – masing kategori aspek penelitian dapat dilihat pada uraian Tabel 4.8 berikut ini. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 4.8 Pandangan Responden Tentang Sarana dan Prasarana

A. Penilaian Responden tentang lokasi Puskesmas dari segi kemudahan transportasi

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik tidak strategis 2. Kurang baik kurang strategis 2 3.5 3. Baik strategis dan mudah dijangkau 55 96.5 Jumlah 57 100.0

B. Penilaian Responden tentang kebersihan ruangan-ruangan Puskesmas

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 2. Kurang baik 3 5.3 3. Baik 54 94.7 Jumlah 57 100.0

C. Penilaian responden tentang fasilitas dan kenyamanan ruang

tunggu Puskesmas TV, AC, kamar mandi dan bahan bacaan Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 2. Kurang baik 25 43.9 3. Baik 32 56.1 Jumlah 57 100.0

D. Penilaian Responden tentang fasilitas dan kenyamanan ruang

periksa Puskesmas kursi, meja, tempat tidur, lemari alat, AC, kamar mandi Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 1 1.8 2. Kurang baik 13 22.8 3. Baik 43 75.4 Jumlah 57 100.0

E. Penilaian responden tentang kualitas barang habis pakai yang

diberikan alat suntik, kapas, gaas steril, plester, tongue spatel Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik 2. Kurang baik 7 12.3 3. Baik 50 87.7 Jumlah 57 100.0

F. Penilaian Responden tentang kelengkapan peralatan Laboratorium Puskesmas

Jumlah orang Persentase 1. Tidak baik tidak lengkap 5 8.8 2. Kurang baik kurang lengkap 23 40.3 3. Baik lengkap 29 50.9 Jumlah 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Dari Tabel 4.8 di atas diketahui 96,5 55 orang responden menilai lokasi puskesmas dengan kategori baik. Sebesar 94,7 54 orang menilai kebersihan ruangan-ruangan di puskesmas dengan kategori baik. Sebesar 56.1 32 orang menilai fasilitas dan kenyamanan pada ruang tunggu Puskesmas, dengan kategori baik. Sebesar 75,4 43 orang menilai fasilitas dan kenyamanan ruang periksa Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Puskesmas dengan kategori baik. Sebesar 87,7 50 orang menilai kualitas barang habis pakai dengan kategori baik. Sebesar 50,9 29 orang menilai kelengkapan peralatan di laboratorium puskesmas dengan kategori baik. Selanjutnya seluruh pertanyaan mengenai sarana dan prasarana dikategorikan sesuai dengan kriteria dan bobot pengukuran sebagaimana pada Tabel 3.1 Hasil pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut : Tabel 4.9 Pandangan Responden tentang Sarana dan Prasarana Kategori Frekuensi Persentase Valid Tidak baik Kurang baik 3 5.3 Baik 54 94.7 Total 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Dari Tabel 4.9 di atas terlihat setelah dikategorikan, 94,7 responden menilai sarana dan prasarana secara keseluruhan dengan kategori baik. Sebanyak 5.3 responden menilai sarana dan prasarana secara keseluruhan dengan kategori kurang baik. Tidak ada 0 responden yang menilai sarana dan prasarana secara keseluruhan dengan kategori tidak baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang sarana dan prasarana kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya 75 dari nilai maksimalnya. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

4.1.7 Pandangan Tentang Tarif

Pandangan tentang Tarif adalah adalah pandangan responden terhadap sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang mempengaruhi permintaan masyarakat di Puskesmas Kota Rantauprapat. Persentase responden berdasarkan masing – masing kategori aspek penelitian dapat dilihat pada uraian Tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Pandangan Responden Tentang Tarif A Penilaian Responden tentang tarif Puskesmas yang berlaku saat ini, apakah sudah mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan Jumlah orang Persentase 1 Tidak mampu 11 19.3 2 Kurang mampu 16 28.1 3 Mampu 30 52.6 Jumlah 57 100.0 B Persetujuan Responden bila tarif dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan Jumlah orang Persentase 1 Tidak setuju 20 35.1 2 Kurang setuju 16 28.1 3 Setuju 21 36.8 Jumlah 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Dari Tabel 4.10 di atas di ketahui 52,6 30 orang responden menilai tarif puskesmas yang berlaku saat ini, sudah mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan mereka. Alasan yang dikemukakan a Sudah disubsidi pemerintah 22 orang, b Tarif sudah sesuai pelayanan 4 orang, c Hanya untuk berobat jalan 2 orang, d Pelayanan sudah bagus 2. Sebesar 28,1 16 orang menilai tarif puskesmas yang berlaku saat ini, kurang mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan mereka. Sebesar 19,3 11 orang menilai tarif yang berlaku saat ini, tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan mereka. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Selanjutnya diperoleh hasil, sebesar 36,8 21 orang setuju bila tarif puskesmas yang berlaku sekarang, dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Alasan yang dikemukakan, a Supaya pelayanannya lebih baik dan mutu obat dapat ditingkatkan 13 orang, b Setuju dinaikkan tapi tarif tetap terjangkau 5 orang, c Supaya dokternya ikut memeriksa dan petugas lebih termotivasi 3 orang. Sebesar 28,1 16 orang kurang setuju bila tarif puskesmas yang berlaku sekarang, dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Sebesar 35,1 20 orang tidak setuju bila tarif puskesmas yang berlaku sekarang, dinaikkan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Selanjutnya seluruh pertanyaan mengenai Tarif dikategorikan sesuai dengan kriteria dan bobot pengukuran sebagaimana pada Tabel 3.1 Hasil pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Pandangan Responden tentang Tarif Kategori Frekuensi Persentase Valid Tidak baik 5 8.8 Kurang baik 23 40.3 Baik 29 50.9 Total 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Dari Tabel 4.11 di atas terlihat setelah dikategorikan, 50,9 responden menilai tarif secara keseluruhan dengan kategori baik. Sebanyak 40,3 responden menilai tarif secara keseluruhan dengan kategori kurang baik. Sebanyak 8,8 responden menilai tarif secara keseluruhan dengan kategori tidak baik. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang Tarif di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang Tarif, menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi. Nilainya 40-74 dari nilai maksimalnya.

4.1.8 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan

Demand terhadap pelayanan kesehatan adalah realisasi permintaan terhadap kesehatan dengan memanfaatkan atau telah menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat jika responden merasakan keluhan sakit. Persentase responden berdasarkan masing – masing kategori aspek penelitian dapat dilihat pada uraian Tabel 4.12 berikut ini. Tabel 4.12 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan A. Apakah pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan sudah memenuhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan Jumlah orang Persentase 1. Tidak memenuhi 2 3.5 2. Kurang memenuhi 27 47.4 3. Memenuhi 28 49.1 Jumlah 57 100.0

B. Berdasarkan pengalaman mendapatkan pelayanan di puskesmas, apakah Responden akan memanfaatkan

puskesmas tersebut jika sakit Jumlah orang Persentase 1. Tidak memanfaatkan 3 5.3 2. Ragu-ragu 16 28.0 3. Ya, memanfaatkan 38 66.7 Jumlah 57 100.0 C. Apakah Responden akan tetap memanfaatkan bila tarif yang sekarang dinaikkan untuk pelayanan spesialis Jumlah orang Persentase 1. Tidak memanfaatkan 2 3.5 2. Ragu-ragu 25 43.9 3. Ya, memanfaatkan 30 52.6 Jumlah 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari Tabel 4.12 di atas di ketahui 49.1 28 orang responden menilai pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan sudah memenuhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Alasan yang dikemukakan, a Sudah menyelesaikan masalah kesehatan saat ini 19 orang, b Pelayanan memadai sesuai dengan tarif 5orang, c Obatnya bagus 4 orang. Sebesar 47,4 27 orang responden menilai pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan, kurang memenuhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Sebesar 3,5 2 orang responden menilai pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan, tidak memenuhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Sebesar 66,7 38 orang responden, berdasarkan pengalaman mendapat pelayanan di puskesmas, kembali akan memanfaatkan puskesmas bila responden sakit. Alasan yang dikemukakan, a Sudah dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi 12 orang, b Sudah cukup untuk sakit biasa, kecuali untuk sakit parah 11 orang, c Biaya terjangkau 6 orang, d Fasilitas dan pelayannya baik orang, e Dekat dari rumah 3 orang. Sebesar 28,1 16 orang responden, berdasarkan pengalaman mendapat pelayanan di puskesmas, ragu-ragu untuk memanfaatkan puskesmas bila responden sakit. Sebesar 5,3 3 orang responden, berdasarkan pengalaman mendapat pelayanan di puskesmas, tidak akan memanfaatkan puskesmas bila responden sakit. Sebesar 52,6 30 orang responden, akan tetap memanfaatkan puskesmas bila tarif dinaikkan untuk pelayanan spesialis. Alasan yang dikemukakan, a Akan Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 lebih berkualitas 20 orang, b Biaya lebih terjangkau dibanding RSU dan praktek swasta 6 orang, c Karena tidak perlu lagi ke RSU 4 orang. Sebesar 43,9 25 orang responden, ragu-ragu untuk tetap memanfaatkan puskesmas bila tarif dinaikkan untuk pelayanan spesialis. Sebesar 3,5 2 orang responden, tidak akan memanfaatkan puskesmas bila tarif dinaikkan untuk pelayanan spesialis. Selanjutnya seluruh pertanyaan mengenai demand terhadap pelayanan kesehatan dikategorikan sesuai dengan kriteria dan bobot pengukuran sebagaimana pada Tabel 3.1 Hasil pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut : Tabel 4.13 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan Kategori Frekuensi Persentase Valid Tidak baik Kurang baik 13 22.8 Baik 44 77.2 Total 57 100.0 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Dari Tabel 4.13 di atas terlihat setelah dikategorikan, 77,2 responden menilai demand terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan dengan kategori baik. Sebanyak 22.8 responden menilai demand terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan dengan kategori kurang baik. Tidak ada 0 responden yang menilai demand terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan dengan kategori tidak baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang demand terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 dengan kategori baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang demand terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya ≥ 75 dari nilai maksimalnya.

4.1.9 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana

Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan Untuk melihat pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan, sarana dan pra sarana serta tarif puskesmas dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat dilakukan uji Regresi Linear Berganda. Hasil uji regresi linear berganda pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas serta tarif terhadap permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : Tabel 4.14 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan x 1 , Sarana dan Prasarana x 2 dan Tarif x 3 secara bersama-sama terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan y Model R R Square Adjusted R Square Std Error of the`Estimate 1. .754 a .568 .543 .83758 a. Predictors: Constant, x 1 , x 2 , x 3 Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 4.15 Uji ANOVA Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1. Regression Residual 48.854 37.182 3 53 16.285 .702 23.213 .000 a Total 86.036 56 a. Predictor : Constant, x 1 , x 2 , x 3 b. Dependent Variable: y Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Tabel 4.16 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan x 1 , Sarana dan Prasarana x 2 dan Tarif x 3 terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan y Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta T Sig. 1. Constant x 1 x 2 x 3 1.092 .114 .098 .326 1.228 .028 .089 .118 .526 .131 .274 .889 4.137 1.101 2.771 .378 .000 .276 .008 a. Dependent Variable : y Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Pada Tabel 4.14 ditampilkan nilai R, R 2 , Adjusted R 2 dan Std. Error. Dimana nilai R yang menunjukkan gabungan ketiga variabel bebas Pelayanan Tenaga Kesehatan x 1 , Sarana dan Prasarana x 2 dan Tarif x 3 terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan y adalah sebesar 0,754. Sedang R 2 indeks determinasi sebesar 0,568. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan dari pengaruh secara bersama-sama multiple regression antara Pelayanan Tenaga Kesehatan x 1 , Sarana dan Prasarana x 2 dan Tarif x 3 terhadap Demand Masyarakat untuk Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas y, adalah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 sebesar 75,4 . Sedangkan sisa sebesar 24,6 , dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, dengan nilai standar error sebesar 83,76 . Pada Tabel 4.15 ditunjukkan tabel analisis varians ANOVA. Uji Anova adalah untuk menguji ada tidaknya pengaruh ketiga variabel independent terhadap variabel dependent Multiple Regression. Untuk pengujian F test Anova, bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan F hitung dengan F Tabel. Pada penelitian ini dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi : 1. Hipotesis : Ho : tidak terdapat pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan x 1 , Sarana dan Prasarana x 2 dan Tarif x 3 terhadap Permintaan Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan y H1 : terdapat pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan x 1 , Sarana dan Prasarana x 2 dan Tarif x 3 terhadap Permintaan Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan y 2. Ketentuan : Jika probabilitas 0,05, maka Ho : ditolak Jika probabilitas 0,05, maka Ho : diterima 3. Kesimpulan : Tingkat signifikansi sig pada tabel Anova adalah 0.000. Jadi probabilitas 0,05, maka Ho : ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel; Pelayanan Tenaga Kesehatan x 1 , Sarana dan Prasarana Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 x 2 dan Tarif x 3 , secara bersama-sama berpengaruh terhadap Permintaan Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan y. Pada Tabel 4.16 dikemukakan nilai koefisien a dan b, harga t hitung serta tingkat signifikansi. Untuk pengujian Coefficients, bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni dengan melihat tingkat signifikansi dan dengan membandingkan t hitung dengan t Tabel. Pada penelitian ini dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi sig x 1 pada Tabel 4.16 adalah 0.000. Jadi probabilitas 0,05. Dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa Pelayanan Tenaga Kesehatan x 1 , berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas y. Tingkat signifikansi sig x 2 pada Tabel 4.16 adalah 0.276. Jadi probabilitas 0,05. Dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa Sarana dan Prasarana x 2 , tidak berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas y. Tingkat signifikansi sig x 3 pada Tabel 4.16 adalah 0.008. Jadi probabilitas 0,05. Dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik bahwa Tarif x 3 , berpengaruh terhadap Demand Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas y. 4.1.10 Gambaran Umum Informan Penelitian Dalam penelitian ini pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara mendalam kepada tokoh masyarakat dari berbagai kalangan yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat. Data wawancara mendalam Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 kualitatif, digunakan sebagai komplementer dari data yang dikumpulkan dari wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder. Karakteristik Informan yang diperoleh meliputi umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, jabatan latar belakang dan frekuensi memanfaatkan pelayanan puskesmas Kota Rantauprapat. Tabel 4.17 Karakteristik Informan Tokoh Masyarakat No. Informan Uraian 1. Ketua PMI Cab. Labuhanbatu. - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Peserta Askes 50 tahun Laki-laki Jl. Cempedak No 1 Rantauprapat S1 2 kali 2. Ketua Dewan Pendidikan Labuhanbatu, Wkl Ketua Kadin - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Non Askes 47 tahun Laki-laki Jl. Panai No. 11 Rantauprapat S2 3 kali. 3. Ketua PSMTI, Pengusaha - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Non Askes 60 tahun Laki-laki Jl. Gatot Subroto No 57, Rantauprapat S1-tidak selesai Tidak pernah 4. Wartawan, Ketua Yayasan Peduli Ummat - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Non Askes 47 tahun Laki-laki Jl. Paindoan, No 46 Rantauprapat SMA 2 kali Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Lanjutan Tabel 4.17 No. Informan Uraian 5. Aktivis LSM, Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen LPK Labuhanbatu - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Peserta Askes 55 tahun Laki-laki Jl. Bayangkara No. 8, Rantauprapat S1 2 kali 6. Aktivis Perempuan, Ketua Perwiritan, Wkl Ketua Partai Hanura Labuhanbatu - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Peserta Askes 40 tahun Perempuan Jl. WR. Supratman, Rantauprapat S1 5 kali 7. Ulama - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Non Askes 39 tahun Laki-laki Jl. Cempedak No. 17, Rantauprapat S1 2 kali 8. Pendeta Gereja Methodist - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Non Askes 33 tahun Laki-laki Jl. Bilah No. 28, Rantauprapat S1 3 kali 9. Seniman, Teater Gita Handayani, Ketua PGRI - Umur - Jenis kelamin - Alamat - Pendidikan terakhir - Memanfaatkan pelayanan puskesmas. - Peserta Askes 47 tahun Laki-laki Jl. Olahraga ujung, Rantauprapat S1 10 kali Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Dari Tabel 4.17 menunjukkan bahwa informan berusia antara 33 – 60 tahun, jenis kelamin 8 orang laki-laki, 1 orang perempuan. Semua informan berdomisili di Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 wilayah kerja puskesmas Kota Rantauprapat dan mempunyai aktivitas kemasyarakatan yang memadai untuk mengenal perilaku masyarakatnya. Pendidikan antara SMA – S2, 1 orang tamat SMA, 1 orang S1 tidak tamat, 6 orang tamat S1 dan 1 orang tamat S2. Penghasilan ≥ Rp. 3.000.000,-bulan. Hanya 1 orang informan yang belum pernah memanfaatkan pelayanan puskesmas. Delapan dari 9 informan, pernah memanfaatkan Puskesmas lebih dari 1 kali. Satu orang pernah memanfaatkan 10 kali. Empat orang informan memanfaatkan puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan guna mendapatkan Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas, untuk kepentingan resmi, 4 orang lainnya memanfaatkan puskesmas untuk berobat, karena sakit. Dua diantaranya, selain berobat, memanfaatkan puskesmas untuk mendapatkan rujukan Askes ke RSU. Selain ke puskesmas, para informan lebih sering memanfaatkan praktek dokter bila membutuhkan pengobatan. Empat orang informan adalah peserta Askes, sedang 5 orang lagi Non Askes. 4.1.11 Pandangan Informan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan Pandangan informan terhadap pelayanan tenaga kesehatan, adalah pandangan tentang pelayanan yang diberikan petugas dokter, paramedis dan pegawai administrasi yang bekerja di Puskesmas Kota Rantauprapat meliputi sikap, perbuatan, komunikasi, keahlian kemampuan, kecepatan dan kecekatan dalam memberikan pelayanan yang dapat berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut, dapat dilihat pada uraian Tabel 4.18 berikut ini. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel. 4.18 Pandangan Informan tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan No Informan Pandangan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan 1. Ketua PMI Pelayanan petugas belum maksimal dari segi keramahan. Mereka melaksanakan tugas, seadanya, tidak menarik perhatian masyarakat untuk berobat. Pelayanan dokter juga sama. Jam kerja, belum tepat waktu, sering kecewa, waktu berobat tidak ada dokter. 2. Ketua Dewan Pendidikan Pelayanan petugas, belum menjangkau mayarakat menengah keatas, masih jauh dibanding praktek dokterRS. Pelayanan dokter juga hampir sama. Puskesmas dibuka jam 10 ditutup jam 2, paramedis lebih banyak ngobrol. Kalau terjadi kecelakaan di depan Puskesmas, larinya bukan ke Puskesmas tapi ke tempat lain. Disiplin kurang, jam 3 orang sudah tidak ada, dokternya entah udah kemana, masuknya juga terlambat. Tidak mempunyai jiwa kewirausahaan dalam menarik simpati pasien. Mentalitas ambtenar, kalau ada kerjaan dikerjakan, kalau tidak lebih bagus. Kalau bisa dihindarkan, banyak kerjaan, merepotkan. Pelayananan terkesan seadanya. Hal itu tercermin dari mainstreamnya. Paradigma petugas menyatakan bahwa mereka pelayanan terdepan masyarakat kecil. Sehingga jiwa kewirausahaannya, mati. Mereka hanya mengharap kucuran dana untuk disampaikan 3. Ketua PSMTI Pelayanan petugas sudah cukup bagus. Cuma tampaknya kurang promosi sehingga masyarakat belum tahu ada layanan yang begitu baik. 4. Wartawan, Pelayanan petugas, jauh dari standard. Waktu antri, lama. Disiplin kurang. Soal bahasa, pasien butuh ucapan yang menyenangkan. Baru 50 perawat dan tenaga honor yang melayani dengan baik. Masih ada yang belum menyadari kalau dirinya pelayan. Senyumnya, jauh dari yang diharapkan, kurang ramah. Dokter, harusnya masuk jam 8 pagi kenyataannya jam 9, bahkan setengah 11. Ini mengganggu pelayanan. Masyarakat berobat, yang pertama ditanya ada dokter apa tidak. Selama ini 50 yang berobat tidak bertemu dokter. Pelayanan kurang, karena tidak konsultasi langsung dengan dokter. 5. Aktivis LSM, Petugasnya sangat respons. Keramahannya sudah baik. Dokternyapun bagus, semua orang diperlakukan dengan baik. Puskesmas itu, pelayanan orang sakit yang secara psikologis, butuh diperhatikan. Dia dalam keadaan susah karena sakit, keluarganya terbebani. Jadi perlu ditingkatkan keramahtamahan. 6. Aktivis Perempuan Pelayanan administrasi, kurang, mau ambil rujukan nunggu 2 jam baru siap. Harusnya, 15 menit. Petugasnya belum datang. Informasi tidak jelas dan tidak tertulis sehingga seperti di bola-bola. Pelayanan Dokter juga kurang baik, datangnya lama. Menunggu sampai 2 jam Kadang jam 10.00, dokter belum datang. Biasanya dokter datang jam 11 an. Harusnya jam 8.00. Jadi pelayanan mulai setengah sebelas setelah dokter datang. Pelayanan petugas kepada masyarakat kurang baik. Apalagi ASKESKIN, dibentak-bentak. Tidak layak dan tidak adil, mereka butuh juga dilayani dengan baik. Pelayanannya, tidak profesional. Tidak ramah, informasi tidak jelas. 7. Ulama Pelayanan petugas bagus. Tapi tidak tahu persis bagaimana dengan orang lain. Karena yang dijumpai itu, jamaah pengajian, kenal baik. Pelayanan dokter, tidak ada masalah. 8. Pendeta Petugas Puskesmas ramah dan pelayanannya lumayan bagus. Kalau Puskesmas ini disosialisasikan kemasyarakat akan lebih bagus. Yang menangani biasanya perawat. Masyarakat kurang yakin, karena tidak ditangani dokter. 9. Seniman, Pelayanan cukup baik untuk masyarakat menengah kebawah. Untuk menengah ke atas, akan banyak mendapat komplein. Masyarakat yang datang, menginginkan diperiksa dokter. Tapi, beberapa kali ke puskesmas, yang memeriksa bukan dokter, tapi perawat, yang menulis resep juga perawat, padahal disitu ada dokter ditempatkan. Dari segi komunikasi, senyum atau sikap perawat, ada yang bagus ada yang galak. Seharusnya bagus semua. Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari 9 orang informan, 5 orang 55,6 mengatakan bahwa pelayanan petugas belum maksimal, jauh dari standard dan kurang profesional. Dari segi keramahan, sebagian bagus, sebagian lagi, belum. Senyumnya, masih jauh dari yang diharapkan. Pelayanan terkesan seadanya, hanya untuk melepas rodi, tanpa bisa menarik masyarakat untuk berobat. Mentalitasnya mentalitas ambtenar yang kalau tidak ada pekerjaan, lebih bagus. Banyak pekerjaan, akan merepotkan. Hal itu tercermin dari mainstreamnya, dimana paradigma petugas menyatakan bahwa puskesmas merupakan pelayanan masyarakat kecil. Sehingga jiwa kewirausahaannya mati, hanya mengharap kucuran dana untuk disampaikan ke bawah. Dibanding praktek dokter atau rumah sakit, pelayanan masih jauh dan belum menjangkau mayarakat menengah keatas. Dengan pelayanan seperti itu, akan banyak mendapat komplain. Pelayanan administrasi dinilai kurang baik. Waktu tunggu untuk ambil rujukan, sekitar 2 jam, seharusnya 15 menit. Hal ini karena petugasnya terlambat datang serta informasi tidak jelas dan tidak tertulis. Pelayanan Askeskin kurang baik, sering dibentak dan diperlakukan tidak layak. Dari 9 informan, 6 orang 66,7 mengatakan pelayanan dokter belum seperti yang diharapkan. Dokter tidak menarik perhatian pasien supaya enak berobat, sering terlambat, harusnya masuk jam 8, kenyataannya jam 9 bahkan lebih, baru datang. Masyarakat berharap dilayani dan bertemu dengan dokter, tapi 50 yang Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 berobat tidak pernah bertemu dokter. Pelayanan kurang baik, karena tidak dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai penyakitnya. Pemeriksaan dilakukan perawat, termasuk menulis resep untuk mengambil obat di apotik atau di Puskesmas. Akibatnya masyarakat kurang yakin. Dari segi disiplin, juga masih perlu ditingkatkan. Jam kerja menurut 4 orang 44,4 informan, belum tepat waktu. Puskesmas dibuka jam 10.00 ditutup jam 14.00. Dokternya pulang duluan, sementara masuknya terlambat. Disiplin paramedisnya, kurang. Masih banyak menggunakan waktu untuk ngobrol, sehingga waktu tunggu menjadi lebih lama. Dari segi kepercayaan terhadap puskesmas, seluruh informan menilai kurang, 1 orang informan, mengatakan bahwa pelayanan puskesmas sangat tidak dipercaya dan kalau terjadi kecelakaan di depan Puskesmas, korban akan dibawa ke tempat lain. Pandangan informan terhadap pelayanan tenaga kesehatan, 5 orang 55,6 menyatakan pelayanan petugas kesehatan, dengan kategori tidak baik. Pelayanan dokter dinilai 6 orang 66,7 informan, dengan kategori tidak baik.

4.1.12 Pandangan Informan Terhadap Sarana dan Prasarana

Pandangan informan terhadap Sarana dan Prasarana kesehatan adalah pandangan informan tentang kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung pelayanan kesehatan misalnya: ruang pemeriksaan, alat-alat keperawatan, alat-alat kebidanan, laboratorium dan sebagainya, yang dapat Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 mempengaruhi permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut, dapat dilihat pada uraian Tabel 4.19 berikut ini. Tabel 4.19 Pandangan Informan tentang Sarana dan Prasarana No. Informan Pandangan Terhadap Sarana dan Prasarana 1. Ketua PMI Lokasi, sudah tepat dan strategis, berada di tengah kota, mudah dijangkau dari seluruh penjuru. Fasilitasnya, yang jadi masalah. Sebagai ibu kota Kab. Labuhanbatu, dia harus mempunyai puskesmas standard, baik peralatan, maupun obat-obatan. Dari luas, bangunan, halaman parkir; belum, masih perlu perluasan. Kelengkapan ruangannya juga belum, termasuk AC, TV, sehingga masyarakat yang berobat itu, merasa nyaman. Sekarang, belum nyaman, hanya sekedar bisa mengobati dalam batas tertentu. Fasilitasharus ditingkatkan. 2. Ketua Dewan Pendidikan Fasilitas masih kurang, masih terkesan panas dan tidak nyaman. Bangunannya butuh penataan yang lebih bagus. Kalau bisa penampilan fisiknya lebih baik, nyaman, ruangan tertutup, pakai AC. Peralatan dilengkapi. Lapangan parkir yang memadai. Lokasi, strategis atau tidak, sangat tergantung apa yang ditawarkan, menarik atau tidak. Saat ini yang ditawarkan puskesmas, belum menarik. 3. Ketua PSMTI, Lokasi Puskesmas sudah strategis. Fasilitas sarana dan prasarananya sudah bagus. Ruang tunggu, halaman tempat parkirnya atau yang lain-lain sudah cukup bagus. 4. Wartawan, Sarana dan prasarana, sudah memadai. Contoh kita mau cabut gigi sudah ada peralatannya, jadi secara umum sudah memadai dibanding desa. Ruangan lumayan, peralatan, pelayanan loket, sudah ada semuanya. Ada tempat parkir, mobil dan becak, bisa masuk langsung. Lokasi, gampang diakses. Kalau ada pasien darurat, bisa masuk langsung, tidak terhalang. 5. Aktivis LSM, Untuk mendukung pelayanan yang baik, harus dilengkapi sarana dan prasarana. Puskesmas melayani masyarakat kota, perlu dibenahi sarana dan prasaranannya. Lapangan parkir agak sempit. Ruang tunggunya terlalu kecil. Perlu dilengkapi alat kesehatan dan semua yang menjadi pendukung proses pelayanan. Puskesmas ke depan mungkin sudah harus full AC, dan ada TV di ruang tunggu. 6. Aktivis Perempuan, Lokasi, tidak strategis, karena orang dari pinggir kota sedikit aja susah mengaksesnya. Angkutan kotanya tidak ada yang lewat puskesmas, jadinya harus naik beca. Jadi lebih mahal. Fasilitas parkirnya, kurang memadai, terlalu sempit untuk mobil. Ruang tunggu tempat kartu itu terlalu sempit. Ruang tunggu untuk berobat, tidak ada, hanya didepannya saja. Kurang nyaman, di emperan begitu aja dan cari tempat duduk sendiri. Kenyamanan fasilitas, termasuk ruang tunggunya, kalau bisa kita jangan cari sendiri. Tidak perlu ruang tunggu full AC, Kemudian kebersihan puskesmas. Mengenai obat, walaupun dia generik, kalau cocok sama pasien, tidak masalah. Tapi, datang berobat sakit mag dan sakit demam, kadang sama obatnya. 7. Ulama Lokasi bagus, tapi orang selalu mencari yang lebih dekat. Dari kemudahan pencapaian, bisa dipadakan, Tempat parkir, untuk kendaraan roda dua, memadai, mobil, agak sulit. Peralatan dan obat-obatan, yang saya butuhkan, ada, berarti memadai. Suasananya, ruangannya, kenyamananya, sudah lumayan, tapi kalau bisa, harus lebih lagi. Ruang tunggunya diteras- teras, bisalah, tapi perlu perbaikan. Perlu peningkatan fasilitas, kalau mungkin AC. Ruang tunggu lebih nyaman. 8. Pendeta Lokasi, kurang strategis. Peralatan dan fasilitas kurang memadai. Sehingga orang kurang yakin. Perlu penambahan. Obat sudah hampir sama dengan rumah sakit. 9. Seniman, Dari segi lokasi, sudah cukup, cuma lokasi parkir, masih perlu diperluas, ruang tunggu juga perlu ditingkatkan. Ruang pemeriksaan masih memadai, tapi peralatannya, perlu diperbaharui. Peralatannya sudah banyak yang lama, tapi masih bisa difungsikan. Obat yang digunakan itu tidak memadai, terkesan murahan. Fasilitasnya perlu dilengkapi. Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari 9 orang informan, 5 orang 55,6 menyatakan lokasi Puskesmas sudah tepat dan strategis karena berada di tengah kota dan mudah diakses dari seluruh penjuru. Tiga orang 33,3 mengatakan tidak strategis dan susah diakses karena angkutan kota tidak ada yang lewat puskesmas. Untuk menjangkau Puskesmas, harus naik beca, jadi lebih mahal. Satu orang 11,1 berpendapat, strategis atau tidak, sangat tergantung apa yang ditawarkan, menarik atau tidak. Saat ini yang ditawarkan puskesmas, belum menarik. Luas bangunan dan halaman parkir, 7 orang 77,8 mengatakan masih perlu perluasan, belum memadai untuk parkir mobil, baru memadai untuk kendaraan roda dua. Dua orang 22,2 mengatakan halaman tempat parkir, sudah baik. Ada tempat parkir mobil. Kalau ada pasien darurat, kenderaan bisa masuk langsung, walau tidak terlalu lapang. Dari kelengkapan ruangan, peralatan, mobiler, AC, TV, kebersihan dan penampilan fisik, masih dinilai kurang oleh 5 orang 55,6 informan, sehingga masyarakat yang berobat itu, belum merasa nyaman. Ruang tunggu tempat pengambilan kartu, terlalu sempit. Ruang tunggu untuk berobat, tidak ada, tempat duduk tidak tersedia, harus mencari sendiri. Peralatan perlu diperbaharui dan dilengkapi. Obat dinilai kurang memadai. Pemakaian obat generik, tidak masalah, asal sesuai penyakit, tidak terkesan murahan dan semua penyakit obatnya tidak sama. Melengkapi fasilitas penting karena posisi Puskesmas yang berada di ibukota Kabupaten, sehingga harus standard, baik dari segi peralatan maupun obat-obatan. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Sarana dan prasarana dinilai baik oleh 4 orang 44,4 informan. Suasananya, ruangannya, kenyamananya, sudah lumayan untuk tingkat puskesmas. Peralatan masih berfungsi baik. Pelayanan loket, sudah berjalan. Ruang pemeriksaan masih memadai. Ruang tunggu, atau yang lain-lain sudah cukup bagus. Jadi secara umum sudah memadai dibanding Puskesmas yang ada di desa.

4.1.13 Pandangan Informan tentang Tarif

Pandangan informan tentang Tarif adalah adalah pandangan informan terhadap sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang mempengaruhi permintaan masyarakat di Puskesmas tersebut, dapat dilihat pada uraian Tabel 4.20 berikut ini. Tabel 4.20 Pandangan Informan tentang Tarif No. Informan Pandangan Terhadap Tarif 1. Ketua PMI Tarif terjangkau masyarakat bawah, sudah memadai. Untuk menengah ke atas, tarif terlalu murah. Mungkin karena murah, yang datang masyarakat menengah ke bawah saja. Yang menjadi kendala adalah kesan masyarakat. Seolah-olah karena tarif murah, obatnyapun murah dan tidak bermanfaat. Jadi tarif dan kualitas obat, harus dinaikkan. Kalau ada spesialis sebagai alternatif RSU, tarifnya disesuaikan. 2. Ketua Dewan Pendidikan Ada pemahaman, tarif murah, tidak berkualitas. Golongan menengah ke bawah, setuju kalau murah. Tetapi yang mengerti kesehatan mahal, puskesmas terlalu murah dan kalau murah pelayanannya pasti tidak baik. Kalau puskesmas dengan tarif murah, tapi pelayanannya bagus, puskesmas akan dikejar dari seluruh daerah. Ilmu pemasaran, mengenal grand image. Puskesmas itu apa ? Maka, orang akan bilang, berobat yang pakai surat dokter, surat miskin, dengan tarif yang murah. Kebijakan tarif, turut memperkuat imej tidak baik puskesmas. Murah bukan berarti baik, tapi identik dengan tidak baik. Kalau bisa murah tapi pelayanan bagus, itulah yang harus dikejar. Walaupun puskesmas ini yang nirlaba, tapi harus punya jiwa kewirausahaan. Masalah tarif bisa diseimbangkan, ada subsidi silang. Satu hal lagi, puskesmas tidak harus cari profit, tapi profit penting untuk menghidupkan puskesmas. Inilah yang harus dikombinasi dalam memberdayakan puskesmas. Profit harus ada untuk memperbaiki kinerja puskesmas. Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Lanjutan Tabel 4.20 No. Informan Pandangan Terhadap Tarif 3. Ketua PSMTI Tarif yang diberlakukan, terlalu murah, orang kurang percaya. Saya selaku ketua PSMTI pernah minta kartu kesehatan gratis sama Bupati, untuk masyarakat yang kurang mampu dari Vihara, sudah disetujui Bupati. Tapi mereka itu tidak yakin, kenapa bisa ada dapat kartu kesehatan dengan pengobatan gratis. Mereka yang mau dapat kartu ini acuh tak acuh, tidak percaya. 4. Wartawan, Mengenai tarif, tidak masalah. Di praktek bayar mahal tetapi puas. Kalau ada pelayanan spesialis tarif naik, tidak masalah kalau mendapat pelayanan lebih baik. 5. Aktivis LSM, Kalau saya perhatikan beberapa kali, termasuk di RSU, masalah tarif tidak masalah, tapi bagaimana pelayanan sama mereka ini. Kalau dia tidak mampu, pemerintah ada membuat Askeskin. Jadi masalah tarif , tidak ada masalah yang penting pelayannya. 6. Aktivis Perempuan, Mengenai tarif, bantuan pemerintah kan banyak, kalau bisa gratis saja. Kalau lebih mahal juga tidak apa-apa yang penting, pelayannya lebih baik. Mengenai kunjungan berobat tidak tergantung tarif, tapi pelayanannya. Kalau orang berobat itu punya kesan baik, akan memilih yang tidak membayar, tetapi dia dilayani, dikasih fasilitas kesehatan, dikasih obat yang memang tepat untuk dia, dokternya ada, petugas kesehatannya ramah. Kalau tarif itu relatif. Kalau lebih mahal, tidak apa-apa, kalau bisa gratis, lebih bagus. Kalau ada pelayanan spesialis, tidak masalah tarifnya naik, asal tidak melebihi tarif swasta. 7. Ulama Di puskesmas, biaya lebih murah, lebih ringan dibanding tempat lain. Jadi mungkin orang beranggapan biayanya lebih murah, jadi obatnyapun lebih rendah. Orang enggan kesana, karena murah identik dengan tidak berkualitas. Ya begitu anggapan orang. Jadi bagaimana caranya supaya masyarakat mengerti dengan hal ini. Jadi walaupun murah, begitulah upaya pemerintah untuk membantu masyarakat. Kalau ada pelayanan spesialis, tarif menyesuaikan kalau bisa lebih rendah dari dokter praktek. 8. Pendeta Tarif, terjangkau oleh masyarakat, bahkan masih terlalu murah. Kalau ada pelayanan spesialis, tarif bisa disesuaikan dengan pelayanan spesialis. 9. Seniman, Kalau kita mengharapkan kualitas, tarif sekarang masih terlalu rendah. Betul puskesmas dibiayai Pemerintah, tapi kan biaya yang dikucurkan pemerintah itu datangnya dari masyarakat itu sendiri. Sehingga kalau tarif lebih tinggi, pemasukan pemerintah dari bidang kesehatan bisa lebih tinggi lagi, sehingga bisa dikucurkan ke Puskesmas. Selanjutnya kalau ada pelayanan spesialis, tarif dapat disesuikan dengan peningkatan kualitas yang terjadi. Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Dari 9 informan, 8 orang 88,9 mengatakan tarif terjangkau masyarakat bawah, tapi terlalu murah untuk menengah ke atas. Sebenarnya, tarif tidak masalah, asal pelayanannya baik. Kalau tidak mampu membayar, pemerintah ada menyediakan fasilitas Askeskin. Satu orang lainnya 11,1 mengatakan, kalau Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 bisa gratis saja, karena ada bantuan pemerintah. Tapi kalau lebih mahal juga tidak apa-apa yang penting, pelayannya lebih baik. Dari 9 informan, 5 orang 55,6 mengatakan karena tarifnya murah sehingga yang datang ke Puskesmas, adalah masyarakat menengah ke bawah. Ada kesan di masyarakat, karena tarifnya murah, obatnyapun murah dan lebih rendah sehingga tidak bermanfaat mengobati. Sebagian masyarakat enggan datang ke Puskesmas, karena murah dan identik dengan tidak berkualitas. Bahkan kalau diberi gratis, kadang-kadang membuat orang tidak percaya karena sudah hampir pasti pelayannya tidak baik. Jadi murah identik dengan tidak baik. Kebijakan tarif murah, turut memperkuat kesan tidak baik puskesmas. Untuk memperbaiki kesan tersebut, tarif Puskesmas sebaiknya dinaikkan dengan diikuti peningkatan kualitas obat-obatan dan kualitas pelayanan. Masalah tarif juga bisa diseimbangkan, dengan melakukan subsidi silang. Puskesmas harus punya jiwa kewirausahaan. Profit penting dalam rangka menghidupkan dan memperbaiki kinerja Puskesmas. Ini harus dikombinasi sedemikian rupa untuk memberdayakan puskesmas ke depan. Kalau puskesmas bisa mempertahankan tarif murah, tapi kualitas pelayanan bagus, maka puskesmas ini akan dikejar dari seluruh daerah. Pelayanan spesialis di Puskesmas sebagai alternatif RSU kalau dilaksanakan, 8 orang 88,9 dari 9 informan setuju bila tarif disesuaikan. Kenaikan tidak masalah, dengan peningkatan kualitas pelayanan yang akan terjadi, tetapi tetap lebih murah dari tarif pada pelayanan swasta. Satu orang informan berpendapat, belum perlu ada pelayanan spesialis di puskesmas. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008

4.1.14 Pandangan Informan tentang Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan

Pandangan Informan tentang Demand terhadap pelayanan kesehatan adalah pandangan informan tentang realisasi permintaan masyarakat terhadap kesehatan dengan masyarakat memanfaatkan atau telah menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat jika masyarakat merasakan keluhan sakit, dapat dilihat pada uraian Tabel 4.21 berikut ini. Tabel 4.21 Pandangan Informan tentang Demand Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan No Informan Pandangan tentang Demand Mayarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan 1. Ketua PMI Masyarakat meminta pelayanan kesehatan yang komplit, prima, apakah tempatnya, fasilitasnya cukup, dokternya memadai tingkat pelayanannya. Jadi masyarakat yang berobat ke puskesmas, yakin akan bermanfaat bagi kesehatannya. Termasuk pelayanan petugas, keramahtamahannya, sehingga pasien betah berobat. Fasilitasnya ditingkatkan, harus standard, baik peralatan, maupun obat-obatan. Dari segi luas, bangunannya, halaman parkirnya, perlu diperluas sehingga terasa nyaman. Ruangan termasuk AC, TV, perlu dilengkapi. Jam kerja petugas, tepat waktu. Pada jam 08.00 sd. 12.00 Wib, petugas harus berada di Puskesmas, sehingga masyarakat tidak kecewa, karena tidak ada dokter atau perawat. Tidak perlu 24 jam, ada RSU yang menampung jam 12.00 ke atas. Untuk mengimbangi tidak terjadinya penumpukan pasien di RSU Rantauprapat perlu pelayanan dokter spesialis, sehingga, tertarik sebagian ke puskesmas Kota Rantauprapat, sebagai alternatif RSU. Tarifnya, disesuaikan dengan dokter spesialis. 2. Ketua Dewan Pendidikan Perlu ada perubahan paradigma. Puskesmas harus punya jiwa enterpreunership, yang disesuaikan dengan permintaan masyarakat. Dimana ada pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang baik. Standar pelayanan disamakan dengan praktek dokter ataupun Rumah Sakit. Punya lapangan parkir yang memadai. Kondisi tertutup, pakai ruangan AC, petugas yang berpakaian rapi dengan senyuman yang manis, tidak ada yang bercerita tetapi dalam kondisi melayani pasien masing-masing sehingga terlihat suasana pelayanan kesehatan. Ruang tunggu yang nyaman, disertai petugas yang ramah, dokter yang punya kualifikasi baik. Dokternya, masuknya tepat waktu. Ada pelayanan spesialis secara berkala. Masalah tarif, diharapkan dapat diseimbangkan, dengan adanya subsidi silang. Puskesmas sebagai pintu gerbang masuknya orang sakit, setidaknya ada rawat inap dengan penanganan 24 jam. Disertai dengan pelayanan yang cepat, tepat dan murah. Puskesmas tidak harus cari profit, tapi profit itu penting dalam rangka memberdayakan dan memperbaiki kinerja puskesmas. Walaupun puskesmas layanan publik yang nirlaba. Tetapi dikemas, sehingga bisa mandiri untuk mewujudkan harapan masyarakat, menjadikan sentral kesehatan rakyat adalah di puskesmas. Inikan untuk menjangkau pelayanan lokal. Kalau kita mau mengembangkan industri kesehatan di Rantauprapat, pelayanan lainnya juga harus ikut umpamanya transportasi, hotel dan lain-lain. Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Lanjutan Tabel 4.21 No. Informan Pandangan tentang Demand Mayarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan 3. Ketua PSMTI Dari segi lokasi, kualitas pelayanan, sudah termasuk baik. Obat-obatan generic, sebenarnya sudah memadai. Fasilitas dan sarana di Puskesmas sudah cukup bagus. Cuma masyarakat kurang mengetahui. Jadi, kita harus diberikan keterangan. Perlu promosi, Supaya mereka itu tahu. Pelayanan spesialis untuk sementara tidak perlu. Yang penting adalah meyakinkan masyarakat. Itu yang diutamakan. 4. Wartawan , Permintaan masyarakat yang memeriksa adalah dokter, bukan perawat. Pelayanan sesuai peraturan pemerintah, jam 8 sudah buka. Dokternya, masuk jam 8 pagi. Petugas melayani dengan ucapan yang menyenangkan hati, senyum, dan ramah terhadap pasiennya. Pelayanan, kalau bisa seperti pelayanan di praktek dokter. Saya rasa tarif tidak masalah. Di praktek kita bayar mahal tetapi kita puas dengan pelayanannya. 5. Aktivis LSM, Puskesmas harus berubah dari posisi sekarang. Pertama perlu peningkatan sarana dan prasarana. Karena bagaimanapun masyarakat akan melihat itu dulu, sehingga timbul kepercayaan. Puskesmas kedepan, sudah harus full AC, TV diruang tunggu. Perlu peningkatan alat kesehatan dan yang menjadi pendukung proses pelayanan. Kualitas obat- obatan ditingkatkan. Yang kedua, dokternya perlu spesialis, seperti penyakit dalam, kandungan, anak. supaya tidak terlalu penuh di RS. Yang ketiga, karena tuntutan masyarakat semakin tinggi, dimana diminta perbaikan pelayanan. Jadi perlu ditingkatkan keramahtamahan, senyum, penampilannya harus oke. pelayanan seperti pelayanan di Bank. Kalau mereka diberi insentif, pasti bisa. Mengenai tarif, tidak menjadi persoalan. 6. Aktivis Perempua n, Kalau bisa angkutan kota ada yang lewat puskesmas. Fasilitas parkir ditingkatkan. Cara kerja petugas itu harus berubah. Pelayanannya lebih cepat, lebih ramah dan memberikan informasi yang jelas. Misalnya mau ambil rujukan, tahapannya bagaimana, apa yang harus dilalui. Kalau bisa 15’ harus sudah siap. Kemudian kebersihan puskesmas. Kenyamanan, termasuk ruang tunggunya. Tidak perlu ruang tunggu full AC, yang penting dokter ada tepat waktu. Mengenai obat, walaupun generik, kalau cocok sama pasien, tidak masalah. Mengenai tarif, kalau bisa gratis lebih baik, Tidak masalah, kalau lebih mahal, atau tetap, yang penting sebenarnya fasilitas yang mendukungnya, pelayannya, cara kerja petugasnya, dokternya ada. Kalau bisa dilakukan pelayanan spesialis penyakit dalam, karena kebanyakan masyarakat itu berobat untuk penyakit dalam. Tidak masalah tarifnya naik, asal tidak melebihi tarif swasta, sepanjang pelayannya lebih baik. 7. Ulama Perlu peningkatan pelayanan petugas. Waktu melayani, harus ramah, mukanya jangan ada yang cemberut. Perlu peningkatan fasilitas untuk kenyamanan yang berobat. Kalau mungkin, ruangan AC dan ruang tunggu yang lebih nyaman. Kualitas obat yang diberikan tidak kalah dibanding bila berobat di luar. Perlu pelayanan dokter spesialis. Tarif menyesuaikan kalau bisa lebih rendah dari dokter praktek. 8. Pendeta Kalau bisa dokter umum yang menangani pasien, bukan perawat. Dokter ada setiap hari dari Senin sampai Sabtu. Ada kunjungan spesialis seminggu sekali. Tarif masih terlalu murah, dapat disesuaikan. 9. Seniman Yang pertama; fasilitasnya dilengkapi. Ruang tunggu perlu ditingkatkan, peralatan perlu diperbaharui. Lokasi parkir, diperluas. Yang kedua; pelayanannya ditingkatkan; kalau bisa diperiksa. dokter dan ada kunjungan dokter spesialis. Yang ketiga; kualitas obatnya ditingkatkan, sesuai kebutuhan penyakitnya. Yang keempat; kalau bisa senyum dibudayakan, tidak ada lagi petugas yang galak dan tidak bisa tersenyum. Selanjutnya tarif dapat dinaikkan dan disesuikan dengan peningkatan kualitas yang terjadi. Sumber : Hasil Penelitian 2007 data diolah Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari seluruh informan yang pernah memanfaatkan puskesmas 8 orang, menilai demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan belum terpenuhi. Berdasarkan wawancara mendalam dengan 9 informan dapat disajikan demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menurut informan, sebagai berikut : 1. Peningkatan kualitas menjadi pelayanan kesehatan yang komplit, prima, dimana pemeriksaan langsung oleh dokter yang punya kualifikasi baik, bukan oleh perawat. 2. Pelayanan buka jam 08.00 wib sesuai peraturan pemerintah. Dokter, masuk tepat waktu dan setiap hari kerja ada dokter yang bertugas. Pada jam 08.00 sd. 12.00 Wib, dokter dan petugas berada di Puskesmas. 3. Standard pelayanan sama dengan praktek dokter, petugasnya ramah, mudah senyum, cekatan, informasi diberikan dengan jelas disertai dengan penampilan yang baik. 4. Ada kunjungan spesialis secara berkala, terutama spesialis 4 besar Penyakit Dalam, Anak, Bedah dan Kebidanan, sehingga tidak terjadi penumpukan pasien di RSU karena tertarik sebagian ke puskesmas Kota Rantauprapat, sebagai alternatif RSU. 5. Peralatan, obat-obatan dan fasilitas lainnya perlu dilengkapi dan ditingkatkan. 6. Kebersihan puskesmas, terjaga dengan ruang tunggu yang nyaman. Kalau bisa pakai AC, ada TV dan suasana yang mendukung terlaksananya pelayanan. 7. Tarif dapat disesuikan dengan peningkatan kualitas, tapi lebih murah dari tarif swasta. Bisa diupayakan adanya subsidi silang. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 8. Perbaikan yang terjadi didukung disosialisasikan promosi kepada masyarakat, sehingga kepercayaan masyarakat meningkat dan kesannya menjadi lebih baik. 9. Faktor pendukung lainnya adalah, tempat parkir yang memadai dan adanya angkutan kota yang melewati puskesmas. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden dan Informan

Dari karakteristik responden yang diperoleh meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, terlihat bahwa 33.3 19 orang responden, pada kelompok umur 30 – 39 tahun, jenis kelamin perempuan 61,4 35 orang, tingkat pendidikan SMU 63,2 36 orang, pekerjaan wiraswasta 68,4 39 orang serta 49,1 pendapatan Rp. 800.000,- – Rp. 1.600.000,- 28 orang. Berdasarkan jumlah kunjungan responden ke Puskesmas terlihat bahwa, 21 orang 36,8 , baru berkunjung 1 kali, 18 orang 31,6 sering 2 – 4 kali, 18 orang 31,6 sangat sering ≥ 5 kali. Berdasarkan pendidikan informan, 1 orang tamat SMA, 1 orang S1 tidak tamat, 6 orang tamat S1 dan 1 orang tamat S2. Penghasilan informan, seluruhnya ≥ Rp. 3.000.000 bulan. Hanya 1 orang informan yang belum pernah memanfaatkan pelayanan puskesmas. Delapan dari 9 informan, pernah memanfaatkan Puskesmas lebih dari 1 kali. Satu orang pernah memanfaatkan 10 kali. Empat orang informan memanfaatkan puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan guna mendapatkan Surat Keterangan Sehat dari Puskesmas, untuk kepentingan resmi, 4 orang lainnya memanfaatkan puskesmas untuk berobat, karena sakit. Dua diantaranya, selain berobat, memanfaatkan puskesmas untuk mendapatkan rujukan Askes ke RSU. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Selain ke puskesmas, para informan lebih sering memanfaatkan praktek dokter bila membutuhkan pengobatan. Dari pembahasan karakteristik responden dan informan, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan dan penghasilan mempunyai pengaruh terhadap demand dalam pelayanan kesehatan. Dimana Informan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang lebih baik, lebih sering memanfaatkan praktek dokter dibanding puskesmas. Hal ini senada dengan pendapat Azwar 1988 yang dikutip oleh Siregar 2004, yang berpendapat bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi orang tersebut. Jika tingkat pendidikan baik, keadaan sosial budaya dan keadaan sosial ekonomi juga baik, maka secara relatif kebutuhan dan tuntutannya terhadap kesehatan akan tinggi. Hal sebaliknya, dimana tuntutan terhadap kesehatan akan menurun apabila tingkat pendidikan, keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi belum memuaskan atau tidak memungkinkan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Fuchs 1998, Zubkoff 1981 dalam Trisnantoro 2006, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan, meliputi 1 Kebutuhan berbasis Fisiologis 2 Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan, 3 Variabel-variabel Ekonomi, 4 Penghasilan Masyarakat, 5 Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan, 6 Variabel-variabel Demografis dan Umur, 7 Jenis Kelamin, 8 Pendidikan, 9 Faktor-faktor lain. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 5.2 Pandangan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan Dari hasil penelitian diketahui responden menilai dengan kategori baik; pelayanan pegawai puskesmas di bagian kartu 68,4 39 orang, informasi proses selanjutnya yang diperoleh dari petugas 71,9 41 orang, waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan kartu 50,9 29 orang, pelayanan petugas di bagian pemeriksaan 61,4 35 orang, waktu yang dihabiskan di ruang tunggu pemeriksaan 56,1 32 orang, disiplin petugas 71,9 41 orang, keramahan petugas 70,2 40 orang, kecekatan serta kesigapan petugas 73,7 42 orang, keramahtamahan dokter dalam melayani pasien 52,6 30 orang, kecekatan dan kesigapan dokter dalam melayani pasien 57,9 33 orang, dokter memberikan penjelasan tentang keadaan penyakit 56,1 32 orang, waktu yang dihabiskan di ruang tunggu pelayanan obat 59,6 34 orang. Hasil pengkategorian, diperoleh 73,7 responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang pelayanan tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori kurang baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan tenaga kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi nilai 40-74 dari nilai maksimalnya. Meskipun sudah mendekati angka kategori baik ≥ 75 , angka ini masih termasuk dalam kategori kurang baik. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari wawancara mendalam dengan 9 orang informan, 5 orang 55,6 mengatakan bahwa pelayanan petugas, jauh dari standard, kurang profesional, terkesan seadanya, hanya untuk melepas rodi. Mentalitasnya masih mentalitas ambtenar, yang kalau bisa pekerjaan dihindarkan, soalnya kalau banyak pekerjaan, akan merepotkan. Bila dibanding dengan praktek dokter atau rumah sakit, pelayanan masih jauh, belum mampu melayani mayarakat menengah keatas karena akan banyak mendapat komplain. Pelayanan administrasi, masih kurang baik. Waktu tunggu untuk ambil rujukan, sekitar 2 jam, seharusnya 15 menit. Hal ini karena petugasnya terlambat datang serta informasi yang tidak jelas dan tidak tertulis. Pelayanan Askeskin juga kurang baik. Peserta Askeskin sering dibentak-bentak dan diperlakukan tidak layak. Enam orang 66,7 informan mengatakan pelayanan dokter belum seperti yang diharapkan. Dokter tidak berusaha menarik perhatian pasien supaya enak berobat, sering terlambat. Masyarakat yang berobat, 50 tidak pernah bertemu dokter. Pelayanan dianggap kurang baik, karena tidak dapat berkonsultasi dengan dokter. Pemeriksaan sering dilakukan perawat, termasuk menulis resep untuk mengambil obat di apotik. Disiplin, juga masih perlu ditingkatkan, baik dokter maupun paramedis petugas. Dari segi kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas, seluruh informan menilai kurang. Dari informasi yang diperoleh, baik dari responden maupun dari informan, mengenai pandangan terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan, dapat dipahami Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 mengapa angka pemanfaatan fasilitas Puskesmas Kota Rantauprapat masih rendah. Karena menurut Depkes 1999, pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh 1. Keterjangkauan lokasi pelayanan, 2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia dan 3. Keterjangkauan informasi. Dari rendahnya kualitas pelayanan dan kurangnya informasi, merupakan penyebab rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada. Hasil pengkategorian, sebesar 73,7 responden menilai pelayanan tenaga kesehatan secara keseluruhan dengan kategori baik. Hal ini jauh lebih tinggi dari penilaian informan terhadap pelayanan petugas kesehatan selain dokter, hanya 44,4 , dengan kategori, baik. Sedangkan pelayanan dokter hanya 33,3 , dengan kategori baik. Perbedaan penilaian ini adalah karena perbedaan tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi dari responden dengan informan yang berdampak kepada perbedaan kebutuhan dan demand. Hal ini senada dengan pendapat Azwar 1988 yang dikutip oleh Siregar 2004, yang juga telah dikutip pada pembahasan sebelumnya, bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi orang tersebut. Menurut Fuchs 1998, Zubkoff 1981, faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain penghasilan dan pendidikan. Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand pelayanan kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, adanya Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 kenaikan penghasilan masyarakat, akan menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah dan puskesmas. Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Trisantono, 2006. 5.3 Pandangan Terhadap Sarana dan Prasarana Dari hasil penelitian diketahui responden menilai dengan kategori baik; lokasi puskesmas dari segi kemudahan transportasi 96,5 55 orang, kebersihan ruangan puskesmas 94,7 54 orang, fasilitas dan kenyamanan pada ruang tunggu 56.1 32 orang, fasilitas dan kenyamanan ruang periksa 75,4 43 orang, kualitas barang habis pakai 87.7 50 orang, kelengkapan peralatan laboratorium 50,9 29 orang. Hasil pengkategorian, 94,7 responden menilai sarana dan prasarana secara keseluruhan dengan kategori baik. Dari pengkategorian berdasarkan penilaian responden tentang sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat, diperoleh hasil dengan kategori baik yaitu apabila penilaian atau tanggapan responden tentang sarana dan prasarana kesehatan yang diterimanya, menimbulkan penilaian yang baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya 75 dari nilai maksimalnya. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Dari wawancara mendalam dengan 9 orang informan, 5 orang 55,6 mengatakan lokasi Puskesmas tepat dan strategis di tengah kota dan mudah diakses. Tujuh orang 77,8 mengatakan luas bangunan dan halaman parkir, belum baik, masih perlu perluasan. Lapangan parkir, sempit. Lima orang 55,6 mengatakan kelengkapan ruangan, peralatan, mobiler, AC, TV, kebersihan dan penampilan fisik, masih kurang. Ruang tunggu pengambilan kartu, terlalu sempit. Ruang tunggu berobat, tidak ada. Peralatan perlu diperbaharui dan dilengkapi. Obat kurang memadai. Pemakaian obat generik, tidak masalah, asal sesuai dengan penyakit, tidak terkesan murahan dan tidak semua penyakit obatnya sama. Puskesmas, sebagai sarana pelayanan kesehatan, sesuai fungsinya, sampai saat ini disiapkan untuk memberikan pelayanan medis dasar. Kondisi ini menimbulkan keterbatasan bagi pasien yang menderita jenis penyakit yang tidak dapat ditangani di puskesmas, sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit atau sarana pelayanan yang lebih lengkap. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh puskesmas, terbatas, sesuai dengan maksud didirikannya. Puskesmas Kota Rantauprapat, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, diatas rata-rata puskesmas yang ada. Namun dengan perkembangan teknologi dan informasi, demand masyarakat juga berkembang. Dari hasil penelitian baik dari responden maupun dari informan, menjelaskan fenomena ini dengan baik. Responden, yang saat ini merupakan pengunjung setia puskesmas, menilai sarana dan prasarana puskesmas dengan kategori yang baik Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 94,7 , karena kebutuhannya akan sarana dan prasarana puskesmas sebagai pendukung pelayanan, sudah dapat terpenuhi dengan baik. Sementara informan yang 88,9 nya pernah menjadi pengunjung puskesmas menilai sarana dan prasarana puskesmas masih kurang baik 55,6 , luas bangunan dan tempat parkir tidak memadai 77,8 . Dengan meningkatnya demand masyarakat, yang dipicu oleh perkembangan teknologi dan informasi, memberi isyarat kepada pengambil kebijakan untuk juga membenahi sistem pelayanan dasar yang ada, mengikuti demand masyarakat tersebut. Karena pada hakikatnya, puskesmas sebagai sarana pelayanan dibuat adalah untuk menyahuti kebutuhan masyarakat, bukan untuk kepentingan pembuat kebijakan. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan pemerintah, adalah organisasi kesehatan fungsional yang diharapkan menjadi pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan dapat membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Depkes, 2004. Pelayanan kesehatan yang menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif dan ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin. Terpadu adalah suatu upaya untuk menyatukan berbagai struktur dan fungsi administratif yang berdiri sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan. Depkes, 1999. Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Pelayanan Kesehatan Perorangan, melakukan pelayanan yang bersifat pribadi private goods dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan per orangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik public goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya Depkes RI, 2004. Harapan peran terhadap kehadiran Puskesmas di atas, akan dapat “dibumikan” bila pelayanan yang ada di Puskesmas sebagai ujung tombak, dapat disesuaikan dengan demand masyarakat. Penyesuaian ini menjadi penting, mulai dari tingkat perencana, pengambil kebijakan, sampai kepada pelaksana dan harus dilaksanakan segera. Kelambanan dalam menyesuaikan dengan demand masyarakat, –atau bila dimungkinkan, merekayasa demand masyarakat–, akan semakin Alwi Mujahit Hasibuan: Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat, 2008. USU e-Repository © 2008 melebarkan kesenjangan yang terjadi antara supply dan demand pada pelayanan kesehatan. Sehingga yang terjadi adalah “pelanggan setia puskesmas”, semakin lama, semakin berkurang dan puskesmas akan berubah fungsi menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat Miskin.

5.4 Pandangan Tentang Tarif