Pengaruh Pelayanan Kesehatan, Sarana Dan Prasarana Puskesmas, Serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kota Rantauprapat

(1)

PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA

DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP

PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN

KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA

RANTAUPRAPAT

TESIS

Oleh

ALWI MUJAHIT HASIBUAN

027012003/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA

DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP

PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN

KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA

RANTAUPRAPAT

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ALWI MUJAHIT HASIBUAN

027012003/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA RANTAUPRAPAT

Nama Mahasiswa : Alwi Mujahit Hasibuan

Nomor Pokok : 027012003

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP) (Syahyunan, SE, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc.)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 5 Januari 2008

===========================================================

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP

Anggota : 1. Syahyunan, SE, M.Si

2. Prof.dr. Aman Nasution, MPH. 3. Dr.Dra. Ida Yustina, M.Si


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP

PERMINTAAN MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA

RANTAUPRAPAT

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, 5 Januari 2008


(6)

ABSTRAK

Pemanfaatan Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar di masyarakat, masih minim. Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2006 menunjukkan bahwa Puskesmas menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga yang mencari pengobatan. Hal ini diperkirakan karena pembangunan pelayanan kesehatan, tidak menyentuh demand masyarakat sebagai konsumen pelayanan kesehatan dasar tersebut.

Survei, bersifat analitik dengan tipe Explanatory Research, dengan sampel seluruh pasien berumur ≥ 17 tahun, yang berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan kategori Non Askes. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.

Hasil penelitian, menunjukkan pandangan terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan, diperoleh dengan kategori kurang baik, terhadap Sarana dan Prasarana, dengan kategori baik, Tarif, dengan kategori kurang baik. Permintaan terhadap pelayanan kesehatan, diperoleh hasil dengan kategori baik. Dari hasil uji statistik terbukti bahwa terdapat pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan dan Tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat, sedangkan Sarana dan Prasarana tidak berpengaruh.

Kata Kunci : Permintaan, Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana, Tarif.


(7)

ABSTRACT

The use of Puskesmas (Community Health Center) as a basic health service center in the community is still minimal. The result of the Local Health Survey done in 2006 indicates that Puskesmas in the third choice for household member that seeking for medication. It is estimated that this case happens because the development of health service does not meet the demand of the community as its consumers.

This analytical explanatory research was conducted in July 2007. The samples for this study was all patient of non ASKES (do not belong to the health insurance) who were above 17 years old, and came to Puskesmas Kota Rantauprapat to get treatment. The purpose of this study is to analyze the influence of the service given by health personnel, the facilities and infrastructure available in the Puskesmas, and tariff on the demand of community (non ASKES patients) on the health service available in Puskesmas Kota Rantauprapat.

The result of this study shows that the community perceived that the service given by the health personnel belongs to poor category, the facilities and infrastructure available in the Puskesmas belong to good category, the tariff belongs to poor category, and the demand on the health service belongs to good category. The result of statistical test reveals that, the service given by health personnel and tariff has influence on the demand of community (non ASKES patients) in Puskesmas Kota Rantauprapat while facilities and infrastructure do not.

Key words : Demand, Service given by Health Personnel, Facility and Infrastructure, Tariff.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S2 Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU, Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Bapak Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP, Bapak Syahyunan, SE, M.Si, selaku pembimbing yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan sejak mulai hingga selesai tesis ini.

Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Bapak Prof.Dr. Aman Nasution, MPH. dan Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan bobot tesis ini. Kepada beliau yang terakhir, kami juga mengucapkan terimakasih atas dukungannya dimana penulis sangat terbantu terutama dalam proses akhir studi penulis.

Disamping itu penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor USU yang telah memberi kesempatan sehingga tesis ini dapat diuji.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana yang dengan kearifannya, tesis ini dimungkinkan untuk diuji dan disempurnakan.

3. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU dan seluruh staf yang telah banyak membantu.


(9)

4. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Labuhanbatu yang memberi izin dan dukungan. 5. Rekan-rekan di peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan angkatan tahun 2002. 6. Kkd. Drs.H. Hasrul Azwar, MM. Syahruzal Yusuf, SH. Drs. Ridwan Rangkuti, M.Si. Edy Ikhsan, SH. yang selalu siap membantu bila penulis perlukan. Semoga persaudaraan yang terbangun semakin produktif di masa mendatang.

7. Adik-adikku yang mendukung proses teknis mulai dari penelitian pendahuluan, pengumpulan dan pengolahan data, serta penulisan akhir tesis ini.

Ucapan terima kasih kepada Ibunda Hj. Siti Ramala Daulay, yang telah memberi perhatian dan doa yang tidak putus-putusnya bagi penulis, semoga sehat selalu dan panjang umur dalam kasih sayang dan lindungan Allah SWT.

Ucapan terimakasih dan permohonan maaf yang tulus, kepada istri tercinta dr. Hj. Yeva Erince Yusuf dan anak-anakku tersayang Rizky Ridhani, Medina Handayani, Fathin Muhammad Ababil Hasibuan dan Assyifa Maulida, yang hak-haknya sering terabaikan, tapi selalu memberikan semangat dan dukungan serta pengorbanan selama penulis mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah dilakukan dengan limpahan ridho dan hidayah-Nya.

Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna, karenanya saran untuk perbaikan sangat diperlukan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Labuhanbatu.

Medan, 5 Januari 2008


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Alwi Mujahit Hasibuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Padang Sidimpuan, 19 Nopember 1965

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gatot Subroto, No. 70, Rantauprapat. Telp.06247001200 RIWAYAT PENDIDIKAN

1972 – 1976 : SD Negeri 21, Padang Sidimpuan

1977 – 1981 : SMP Negeri 2, Padang Sidimpuan

1981 – 1982 : SMA Negeri 1, Padang Sidimpuan

1982 – 1984 : SMA Negeri 16, Jakarta Barat

1984 – 1994 : Fakultas Kedokteran Universitas`Sumatera Utara, Medan 2002 – 2007 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan RIWAYAT PEKERJAAN

1995 – 1998 : Dokter PTT, Kepala Puskesmas Batu Ajo, Kec. Kota Pinang, Kab. Labuhanbatu.

1999 – 2001 : Dokter, di Puskesmas Sigambal, Kec. Rantau Selatan, Kab. Labuhanbatu.

2001 – 2002 : Kepala Puskesmas Sigambal, Kec. Rantau Selatan, Kab. Labuhanbatu.

2002 – 2004 : Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Subdis Bina Kesmas, Dinas Kesehatan, Kab. Labuhanbatu.

2004 – 2006 : Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan, Subdis Bina Yankes, Dinas Kesehatan, Kab. Labuhanbatu. 2006 – sekarang : Dokter Poliklinik Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..………... vi

ABSTRACT .………... vii

KATA PENGANTAR ...………... viii

RIWAYAT HIDUP……….. x

DAFTAR ISI ……….. xi

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Permasalahan ………. 6

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 6

1.4 Hipotesis ……… 7

1.5 Manfaat Penelitian ……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 8

2.1 Permintaan (Demand) Kesehatan...………... 8

2.1.1 Pengertian demand kesehatan ... 8

2.1.2 Permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.... 10

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ... 13

2.2 Puskesmas ………... 16

2.2.1 Pengertian Puskesmas………... 16

2.2.2 Fungsi Puskesmas………... 17

2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ………... 20

2.3.1 Tenaga Kesehatan .……….. 26

2.3.2 Sarana dan Prasarana .………. 28

2.3.3 Tarif .………... 29

2.4 Landasan Teori ……….... 31

2.5 Kerangka Konsep ………... 32

BAB III METODE PENELITIAN……….. 33

3.1 Jenis Penelitian ………... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….... 33


(12)

3.2.2 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ………... 34

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data...……….. 34

3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... 35

3.6 Metode Pengukuran ... 36

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

3.7.1 Uji Validitas ... 37

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 39

3.8 Metode Analisis Data ……….. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN……… 43

4.1 Hasil Penelitian……….. 43

4.1.1 Deskripsi Kawasan Penelitian ………... 43

4.1.1.1 Keadaan Penduduk………... 44

4.1.1.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat... 44

4.1.2 Kondisi Sarana dan Prasarana di Puskesmas Kota Rantauprapat... 45

4.1.3 Pola Penyakit di Puskesmas ... 46

4.1.4 Gambaran Umum Responden Penelitian ... 47

4.1.5 Pandangan Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan ... 48

4.1.6 Pandangan Tentang Sarana dan Prasarana ... 52

4.1.7 Pandangan Tentang Tarif ... 55

4.1.8 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan ... 57

4.1.9 Pengaruh Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam Pelayanan Kesehatan... 60

4.1.10 Gambaran Umum Informan Penelitian ..………... 63

4.1.11 Pandangan Informan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan... 66

4.1.12 Pandangan Informan Terhadap Sarana dan Prasarana... 69

4.1.13 Pandangan Informan Tentang Tarif... 72

4.1.14 Pandangan Informan tentang Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan... 75

BAB V PEMBAHASAN... 79

5.1 Karakteristik Responden dan Informan... 79

5.2 Pandangan Terhadap Pelayanan Tenaga Kesehatan... 81

5.3 Pandangan Terhadap Sarana dan Prasarana... 84

5.4 Pandangan Tentang Tarif ... 88


(13)

5.6 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana Puskesmas serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat dalam

Pelayanan Kesehatan... 95

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 99

5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 101


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Alokasi APBD untuk Kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu

Labuhanbatu Tahun 2002-2006... 3

1.2 Jumlah Pinjaman Luar Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu melalui Provincial Health Project II (PHP II)……..… 4

3.1 Aspek Pengukuran Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan Sarana dan Prasarana, Tarif terhadap Demand Masyarakat... 36

3.2 Daftar Item Pertanyaan yang Valid dan Tidak Valid ... 39

3.3 Korelasi Uji Reliabilitas Kuesioner dengan Teknik Belah Dua ... 40

4.1 Komposisi Penduduk Kelurahan Menurut Jenis Kelamin, Jumlah KK dan Lingkungan, serta Luas Wilayah Setiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas ... 44

4.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 ... 45

4.3 Sarana dan Prasana Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006 ... 45

4.4 Pola Penyakit di Puskesmas Kota Rantauprapat ... 46

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ... 47

4.6 Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan ... 49

4.7 Pandangan Responden Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan (Kategori) ... 51

4.8 Pandangan Responden Tentang Sarana dan Prasarana... 53

4.9 Pandangan Responden terhadap Sarana dan Prasarana (Kategori).... 54

4.10 Pandangan Responden Terhadap Tarif... 55


(15)

4.12 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan... 57

4.13 Demand Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan (Kategori) ... 59

4.14 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) secara bersama-sama terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y) ... 60

4.15 Uji ANOVA... 61

4.16 Pengaruh Pelayanan Tenaga Kesehatan (x1), Sarana dan Prasarana (x2) dan Tarif (x3) terhadap Demand Mayarakat terhadap Pelayanan Kesehatan (y)... 61

4.17 Karakteristik Informan Tokoh Masyarakat... 64

4.18 Pandangan Informan tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan... 67

4.19 Pandangan Informan tentang Sarana dan Prasarana... 70

4.20 Pandangan Informan tentang Tarif... 72

4.21 Pandangan Informan tentang Demand Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan... 75


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan

(needs)... 10 2.2 Kerangka Konsep ... 32


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Valid ... 106 2. Daftar Pertanyaan untuk Tokoh Masyarakat dari Berbagai Kalangan 111 3. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU Medan ... 112 4. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Labuhanbatu……….. 113


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat selaku konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut.

Puskesmas sebagai unit kesehatan masyarakat terdepan memiliki peranan penting dalam mewujudkan masyarakat sehat menuju Indonesia Sehat, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2004). Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan puskesmas


(19)

pembantu serta puskesmas keliling. Tercatat pada tahun 2002 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277 unit, puskesmas pembantu 21.587 unit, puskesmas keliling 5.084 unit (perahu 716 unit, ambulance 1.302 unit). Sedangkan puskesmas yang telah dilengkapi rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459 unit tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap (Depkes RI, 2004).

Untuk Propinsi Sumatera Utara sampai tahun 2003 tercatat 343 fasilitas pelayanan kesehatan berupa Puskesmas (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004) dan di Kabupaten Labuhanbatu sendiri saat ini tercatat 36 Puskesmas yang melayani pelayanan kesehatan dasar untuk masyarakat Labuhanbatu (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, 2004).

Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, Puskesmas belum dimanfaatkan secara maksimal. Keadaan ini dapat dilihat dari data Propinsi Sumatera Utara hasil Susenas tahun 2002 (BPS), dari penduduk yang berobat jalan tercatat 15,17 % memanfaatkan Puskesmas, 4,79 % yang memanfaatkan Puskesmas Pembantu dan hanya 6,62 % yang memanfaatkan rawat inap di Puskesmas (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2004).

Di Kabupaten Labuhanbatu, kondisi ini juga tidak jauh berbeda. Pemanfaatan Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar di masyarakat ternyata masih sangat minim. Hasil Survei Kesehatan Daerah tahun 2006 menunjukkan bahwa Puskesmas hanya menjadi pilihan ketiga bagi anggota rumah tangga yang mencari pengobatan untuk mengatasi keluhan penyakit. Pilihan utama masyarakat menurut


(20)

survey ini adalah praktek dokter dan pilihan kedua adalah praktek tenaga kesehatan (Survei Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, 2006).

Kondisi ini, memprihatinkan mengingat berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar terasa sia-sia melihat minimnya angka pemanfaatan Puskesmas oleh masyarakat. Dari upaya yang dilakukan, baik pembangunan fisik, maupun non fisik selama 5 tahun terakhir, ternyata belum mampu meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas.

Dari APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2002 sampai dengan Tahun Anggaran 2006, tercatat dana yang dialokasikan untuk kesehatan sebagai berikut :

Tabel 1.1 Jumlah Alokasi APBD untuk Kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2002-2006

Sumber : APBD Kabupaten Labuhanbatu Tahun Anggaran 2002 - 2006

Tahun Anggaran Jumlah Dana

2002 Rp. 3.359.469.000

2003 Rp. 9.170.650.505

2004 Rp. 9.098.177.692

2005 Rp. 9.797.524.331

2006 Rp. 21.260.588.057

Dengan jumlah anggaran yang diuraikan di atas ditambah dengan dana APBN, APBD Propinsi dan pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri yang diterima oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk Pembangunan Kesehatan dari Bank Dunia dari tahun 2004-2006 terinci sebagai berikut:


(21)

Tabel 1.2 Jumlah Pinjaman Luar Negeri Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu melalui Provincial Health Project II (PHP II)

Tahun Anggaran Jumlah

2004 Rp 4.064.580.000,-

2005 Rp 5.728.801.385,-

2006 Rp 2.984.980.000,-

Sumber : Proposal DFA PHP II Tahun 2004, 2005, 2006

Dengan jumlah Anggaran yang begitu besar ternyata selama lima tahun terakhir ini Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu belum mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemanfaatan Puskesmas sebagai pilihan pertama sarana pencarian pengobatan. Hal ini terjadi diperkirakan karena pembangunan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan tidak menyentuh demand (permintaan) dari masyarakat umum sebagai konsumen dari pelayanan kesehatan dasar tersebut.

Penelitian sebelumnya (Lubis, 2006), menunjukkan ada pengaruh persepsi tentang pelayanan spesialis terhadap pemanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini sesuai dengan pendapat Buchari yang dikutip Lubis (2006), yang mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan pelayanan kesehatan, yaitu faktor sistem pelayanan kesehatan seperti kelengkapan program, tersedianya pelayanan spesialis, teraturnya pelayanan dan hubungan antara dokter/tenaga kesehatan lainnya dengan pasien. Demikian juga pendapat Dever yang dikutip oleh Azhari (2002) dalam Lubis (2006), yang menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor interaksi konsumen – petugas kesehatan.


(22)

Selanjutnya Lubis (2006) menemukan bahwa; semakin lengkap fasilitas maka semakin tinggi tingkat permanfaatan pelayanan puskesmas. Hal ini sesuai dengan pendapat Lapau (1997) dalam Lubis (2006) yang menyatakan bahwa pelayanan kesehatan di puskesmas dipengaruhi oleh system pelayanan kesehatan yang bersangkutan yang tergambar dalam persepsi masyarakat terhadap tipe organisasi, kelengkapan program kesehatan yang didalamnya tersedia tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kota Rantauprapat, bahwa sebagian besar yang memanfaatkan layanan Puskesmas adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah dan PNS (pengguna ASKES, termasuk ASKESKIN) yakni 18.091 jumlah kunjungan dari 28.899 jumlah kunjungan (Puskesmas Kota Rantauprapat, 2006).

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Puskesmas Kota Rantauprapat belum bisa menjaring konsumen dari kalangan menengah ke atas (non ASKES) karena pelayanan yang diberikan belum bisa memenuhi permintaan yang diharapkan oleh masyarakat kalangan menengah ke atas tersebut. Padahal kondisi objektif yang ada di Kota Rantauprapat bagi masyarakat kalangan menengah ke atas bila merasa ada keluhan sakit, tidak jarang langsung ke Malaysia atau Singapura karena merasa permintaannya akan pelayanan kesehatan terpenuhi di negara tetangga tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kota Rantauprapat tentang pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif, terhadap permintaan


(23)

masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. Hal ini perlu dilakukan karena keberadaan Puskesmas Rantauprapat sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar di Kota Rantauprapat yang memiliki jumlah penduduk 44.494 jiwa dengan 9.700 Kepala Keluarga dimana 4.025 Kepala Keluarga merupakan keluarga menengah ke atas (Puskesmas Kota Rantauprapat, 2006).

1.2Permasalahan

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ?

2. Bagaimana pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ?

3. Bagaimana pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat ?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana puskesmas, serta tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.


(24)

1.4Hipotesis

1. Ada pengaruh pelayanan tenaga kesehatan terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat.

2. Ada pengaruh sarana dan prasarana terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat.

3. Ada pengaruh tarif terhadap permintaan masyarakat (non ASKES) di Puskesmas Kota Rantauprapat.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perencana Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu untuk menyusun program pembangunan pelayanan kesehatan lebih lanjut.

1.5.2 Sebagai bahan masukan bagi perencana di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang lain dalam menyusun program pembangunan pelayanan kesehatan masing-masing.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permintaan (Demand) Kesehatan

2.1.1 Pengertian Demand Kesehatan

Dalam menjelaskan konsep demand sektor kesehatan perlu ada pembedaan mengenai demand for health dan demand for health care. Hal ini penting mengingat terdapat berbagai hal dalam sektor kesehatan yang berbeda dengan sektor lainnya.

Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup mengembangkan keturunan, sehingga timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Demand untuk menjadi sehat tidak sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya

Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan merupakan suatu input dalam menghasilkan hari-hari sehat. Dengan berbasis pada konsep produksi, pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan kesehatan tergantung terhadap demand akan kesehatan. (Trisnantoro, 2006).

Grossman (1972), menggunakan teori modal manusia (human capital) untuk menggambarkan demand untuk kesehatan dan demand untuk pelayanan


(26)

kesehatan. Dalam teori ini disebutkan bahwa seseorang melakukan investasi untuk bekerja dan menghasilkan uang melalui pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Grossman menguraikan demand untuk kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain (Trisnantoro, 2006):

1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan bukan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan.

2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk mengusahakan peningkatan kesehatan, disamping menggunakan pelayanan kesehatan.

3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdepresiasi dengan segera.

4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi.

Untuk lebih memahami demand terhadap kesehatan, dapat dilakukan dengan memahami pengertian tentang keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan (needs), sebagaimana digambarkan oleh model dari Cooper di bawah ini.


(27)

Keinginan (Wants)

Permintaan (demands)

Kebutuhan (Needs)

Gambar 2.1 Konsep keinginan (wants), permintaan (demand) dan kebutuhan (needs) Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan

haru mendapatkan penanganan medis

Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran

Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status

kesehatannya

Secara umum keadaan demand dan need pelayanan kesehatan dapat dilukiskan sebagai fenomena gunung es, dimana demand yang benar merupakan bagian dari need. Need akan pelayanan kesehatan berwujud sebagai gunung es, yang sedikit puncaknya terlihat sebagai demand. Sedikit tersebut bersifat variatif. Pada negara maju, puncak gunung es akan terlihat lebih besar dibanding negara yang miskin. (Trinantoro, 2006)

2.1.2 Permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Menurut Tjiptoherjanto dkk (1994), menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk membahas permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yaitu:


(28)

a. The Agency Relationship atau dikenal juga dengan Supplier Induced Demand Model.

Dalam model ini menyatakan hubungan kebutuhan dan permintaan merupakan suatu yang rumit, hal ini diargumentasikan bahwa:

1. Seseorang mempunyai keinginan akan kesehatan yang lebih baik dari keadaan yang dimiliki saat ini.

2. Sebagian aktif memperoleh pelayanan kesehatan misalnya dengan secara rutin melakukan pemeriksaan pada dokter pribadi.

3. Terkadang dokter tidak sependapat dengan tentang penilaian kebutuhan dan permintaan. Para dokter menyatakan bahwa beberapa kebutuhan dan permintaan tidak selalu membutuhkan perawatan.

Apakah kebutuhan dan permintaan dapat digabung? Salah satu cara untuk menggabungkan adalah dengan pendekatan agency relationship (hubungan keagenan), dimana dalam pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang pelayanan kesehatan. Kejadian ini disebabkan oleh sifat pelayanan kesehatan, dimana dokterlah yang aktif bertindak melakukan permintaan.

Untuk menunjang hubungan tersebut secara efisien menurut Artells (1981), diperlukan tiga kelompok informasi, yakni:

1. Pengetahuan dasar medis yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya tidak harus dimiliki pasien. Informasi ini menyangkut pengetahuan untuk melakukan penilaian status kesehatan dan mengidentifikasikan perawatan yang tersedia.


(29)

2. Keterangan tentang keadaan pasien yang meliputi pengetahuan tentang symptom dan keadaan lingkungan pasien sehingga memungkinkan dokter untuk menerapkan ilmunya terhadap kasus yang ada.

3. Informasi tentang penilaian pasien itu sendiri mengenai penyakit yang dideritanya.

b. Investment Model oleh Grossman (1972)

Model ini menyebutkan bahwa permintaan terhadap pelayanan kesehatan merupakan derivasi dari permintaan terhadap pelayanan itu sendiri. Menurut terminologi Becker (1965), kesehatan merupakan komoditi penting. Dengan menggunakan dasar pengetahuan tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku konsumen dalam Human Capital Approach dimana area pemilihannya diperluas hingga mencakup pemilihan atas status kesehatan.

Diantara kedua pendekatan ini terdapat perbedaan mengenai asumsi kedudukan pasien dalam model permintaan, dimana pada pendekatan pertama mengatakan bahwa peranan pasien sangat kecil dibanding petugas kesehatan, sedangkan model Grossman mengatakan bahwa pasien memiliki informasi dan kebebasan dalam menentukan permintaannya. Dalam hal ini pasien diasumsikan mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya, sehingga permintaan akan pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh pasien itu sendiri.


(30)

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Menurut Fuchs (1998), Zubkoff (1981), faktor-faktor di bawah ini, mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain:

1) Kebutuhuan berbasis Fisiologis

Kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, menekankan pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan medis. Keputusan ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini, demand terhadap pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi.

2) Penilaian Pribadi akan Status Kesehatan

Secara sosio antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Disamping itu, masalah persepsi mengenai resiko sakit merupakan hal penting sehingga mengakibatkan sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain, tidak memperhatikannya.

3) Variabel-variabel Ekonomi

Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif, maka demand akan semakin rendah. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera, faktor tarif, mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik. Sebagai contoh adalah operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas, dimana


(31)

apabila tidak ditolong segera, korban dapat meninggal dunia atau cacat seumur hidup.

4) Penghasilan Masyarakat

Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demand untuk pelayanan kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, adanya kenaikan penghasilan masyarakat, akan menyebabkan penurunan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota/ kabupaten dan puskesmas.

5) Asuransi Kesehatan dan Jaminan Kesehatan

Adanya asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan. Semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi, maka demand akan pelayanan kesehatan akan semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan sebanyak-banyaknya.

6) Variabel-variabel Demografis dan Umur

Faktor umur sangat mempengaruhi demand terhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang, akan meningkatkan demandnya terhadap pelayanan kuratif, sementara demand terhadap pelayanan kesehatan preventif, akan menurun.


(32)

7) Jenis Kelamin

Demand wanita terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi dibanding laki-laki. Kondisi ini karena dua hal. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah, sehingga kesediaan untuk meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar dibanding laki-laki. Pada kasus-kasus darurat, perbedaan ini tidak nyata. 8) Pendidikan

Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. 9) Faktor-faktor lain

Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand. Pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia, telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara peningkatan demand. Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand. Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahan-perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga dan asuransi kesehatan. (Trisnantoro, 2006)


(33)

Sedangkan menurut Wirick yang dikutip oleh Sorkin (1984), ada lima faktor penting yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan meliputi:

1. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan 2. Kesadaran akan adanya kebutuhan tersebut

3. Motivasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan 4. Tersedianya sumber keuangan

5. Tersedianya pelayanan kesehatan

Selanjutnya, Azwar (1988), yang dikutip oleh Siregar (2004), berpendapat bahwa kebutuhan dan demand seseorang terhadap kesehatan, amat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, soial budaya dan sosial ekonomi. Jika tingkat pendidikan baik, keadaan sosial budaya dan keadaan sosial ekonomi juga baik, maka secara relatif kebutuhan dan demandnya terhadap kesehatan akan tinggi. Hal sebaliknya, dimana tuntutan terhadap kesehatan akan menurun apabila tingkat pendidikan, keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi belum memuaskan, atau tidak memungkinkan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

2.2 Puskesmas

2.2.1 Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan


(34)

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 2004).

Pelayanan kesehatan yang menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif dan ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin.

Pengertian terpadu atau integrasi menurut WHO bila dilihat dari aspek fungsional, integrasi adalah suatu upaya untuk menyatukan berbagai struktur dan fungsi administratif yang berdiri sendiri sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan.

Sedangkan bila dilihat dari aspek pengorganisasiannya, ”pelayanan kesehatan integrasi” yaitu berbagai jenis upaya kesehatan yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat wilayah tertentu dilakukan di bawah satu administrasi dan satu pimpinan, atau dilakukan oleh berbagai instansi akan tetapi dengan koordinasi yang baik (Depkes, 1999).

2.2.2 Fungsi Puskesmas

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk


(35)

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar per orangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan, termasuk sumber pembiayaannya serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan per orangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

a. Pelayanan Kesehatan Per orangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan per orangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan. Untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.


(36)

b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004).

Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas menempuh langkah-langkah antara lain:

1) Mengumpulkan informasi keadaan lingkungan geografis, demografis, morbiditas, sosio budaya dan sosio ekonomi penduduk serta keadaan infra struktur untuk melakukan analisis situasi dan menetapkan situasi serta menetapkan diagnosis masalah masyarakat di wilayah kerjanya.

2) Berdasarkan hasil diagnosis masalah masyarakat, menyusun rencana kerja sesuai dengan kebijaksanaan dan petunjuk yang diberikan dari Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II sebagai atasannya.

3) Memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada masyarakat dengan memperhatikan kebutuhannya, mutu pelayanan dan kepuasan masyarakat yang dilayaninya (Depkes RI, 1999).


(37)

2.3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat kaitannya dengan kapan

seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan tersebut. Berbicara kapan memerlukan pelayanan kesehatan, umumnya akan menjawab bila merasa ada gangguan kesehatan (sakit). Seseorang tidak pernah tahu dan tidak dapat menjawab dengan pasti, kapan akan sakit. Hal ini menjelaskan, bahwa selaku konsumen pelayanan kesehatan, seseorang selalu dihadapkan pada masalah ketidakpastian.

Menurut Kasl dan Cobb (1966), alasan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan (medis) ada 3 hal yaitu (1) Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan (perilaku sehat); (2) Untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit); dan (3) Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sediakala atau agar penyakit tidak bertambah parah (peran sakit – sick role behavior). (Becker dkk, dalam Muhazam F, 1995).

Dalam ilmu ekonomi yang terpenting dari pelayanan kesehatan adalah kesehatan itu sendiri dan sekaligus akan menghasilkan dampak yang lainnya. Dari sudut pandang permintaan, masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya sehingga memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatannya. Alasan mengapa masyarakat memerlukan status kesehatan yang lebih


(38)

baik, mungkin disebabkan oleh adanya keinginan untuk dapat menikmati hidup yang lebih baik dibanding bila mereka mengalami gangguan kesehatan.

Menurut Arrow (1963), hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat kompleks. Penyebab utamanya adalah karena misalnya persoalan informasi yang umumnya dilakukan oleh para ahli kesehatan kepada masyarakat. Dari informasi yang mereka sebarkan itulah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 1994).

Menurut Department of Health Education and Welfare, USA (Lapau, 1997), faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan yaitu: 1. Faktor regional dan residence

regional misalnya ; Jakarta, Jawa Barat,dll. residence misalnya ; Rural dan Urban

2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan a. Tipe dari organisasi, misalnya ; rumah sakit, puskesmas,dll. b. Kelengkapan program kesehatan.

c. Tersedianya fasilitas dan tenaga medis. d. Teraturnya pelayanan.

e. Hubungan antara dokter/ tenaga kesehatan lainnya dengan penderita. f. Adanya asuransi.


(39)

4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan.

a. Faktor sosio demografis yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar keluarga, kebangsaan, dan suku bangsa, serta agama.

b. Faktor sosio psikologis, yang meliputi sikap/ persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelayanan kesehatan sebelumnya.

c. Faktor ekonomis yang meliputi status sosioekonomis (pendidikan dan pekerjaan) dan pendapatan.

d. Dapat digunakannya pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah penderita dengan tempat pelayanan kesehatan.

e. Variabel yang menyangkut kebutuhan (need) yang meliputi morbidity, gejala penyakit yang dirasakan oleh penderita, status terbatasnya keaktifan yang kronis, hari-hari di mana tidak dapat melakukan tugas dan diagnosa.

Andersen dan Newman (1979) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyatakan model penggunaan pelayanan kesehatan ini dapat membantu atau memenuhi satu atau lebih dari lima tujuan berikut:

a. Untuk melukiskan hubungan-hubungan kedua belah pihak antara faktor-faktor penentu (determinan) dari penggunaan pelayanan kesehatan.

b. Untuk menentukan apakah ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah.

c. Untuk meringankan dan mengantisipasi kebutuhan masa depan dari pelayanan kesehatan.


(40)

d. Untuk menyarankan cara-cara manipulasi kebijaksanaan yang ada dan berhubungan dengan variabel-variabel, agar dapat memberikan perubahan perilaku terhadap penggunaan pelayanan kesehatan.

e. Untuk menilai program yang sudah dilakukan, terutama dalam pemeliharaan/ perawatan kesehatan yang baru.

Andersen dan Anderson membuat 7 kategori model penggunaan pelayanan kesehatan yang didasarkan pada tipe-tipe variabel yang digunakan sebagai penentu (determinan-determinan) penggunaan pelayanan kesehatan. Ketujuh model tersebut adalah sebagai berikut:

1) Model Demografi (Kependudukan)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel ini digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur dan jenis kelamin), dan juga siklus hidup (status perkawinan dan besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyaknya berhubungan dengan variabel di atas.

2) Model-model Struktur Sosial (Social Structure Models)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendidikan, pekerjaan, dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dengan latar belakang, status sosial tertentu akan menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara tertentu pula.


(41)

3) Model-model Sosial Psikologis (Psychological Social Models)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pengertian kerentanan terhadap penyakit, pengertian keseluruhan daripada penyakit, keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan menghadapi penyakit, kesiapan tindakan individu. Dalam model ini variabel yang digunakan merupakan ukuran dari sikap dan keyakinan individu.

4) Model-model Sumber Keluarga (Family Resource Models)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah pendapatan keluarga, cakupan asuransi keluarga atau sebagai anggota asuransi kesehatan dan pihak-pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Model ini menggambarkan tingkat ekonomi keluarga dan digunakan untuk mengukur kemampuan membayar individu atau keluarga untuk pelayanan kesehatan mereka.

5) Model-model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Models)

Dalam model ini variabel-variabel yang dipakai adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan, serta sumber dari masing-masing dalam masyarakat. Model ini selanjutnya menggambarkan suplai ekonomis yang berfokus pada ketersediaan di masyarakat.

6) Model-model Organisasi (Organization Models)

Dalam model ini variabel yang dipakai adalah gaya hidup (style) praktek pengobatan, sifat dari pelayanan tersebut, letak dari pelayanan kesehatan, dan


(42)

petugas yang pertama kali kontak dengan pasien. Model ini mencerminkan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan.

7) Model Sistem Kesehatan (Health System Models)

Model sistem kesehatan mengintegrasikan ke enam model di atas menjadi satu yang sempurna. Dengan demikian apabila hendak dilakukan analisa terhadap penggunaan pelayanan kesehatan maka akan diperhitungkan keenam model di atas (Notoatmodjo, 2003).

Selanjutnya, kenyataan menunjukkan bahwa problem kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang dilakanakan oleh provider. Kegagalan ini memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive health behavior) yang oleh Becker (1974) dikembangkan menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model). (Notoatmodjo, 2003).

Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (1999) dapat disebabkan oleh:

1. Jarak yang jauh ( faktor geografi)

2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi) 3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi)

4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh menurut Depkes (1999) dapat dipengaruhi oleh:


(43)

1. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan

Tempat pelayanan yang tidak strategis/ sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil.

2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia

Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan.

3. Keterjangkauan informasi

Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada.

Dari uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan maka dalam penelitian ini akan dibahas lebih mendetail adalah faktor tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif di Puskesmas.

2.3.1 Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Wijono, 1999).

Tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis (Wijono, 1999).


(44)

Secara terperinci, tenaga medis adalah tenaga dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi. Tenaga keperawatan adalah perawat dan bidan. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. Tenaga Kesehatan Masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. Tenaga Gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis (Wijono, 1999).

Menurut Wijono seorang tenaga kesehatan harus memenuhi syarat-syarat, yakni:

1. Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

2. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki izin dari Menteri.

3. Dikecualikan dari pemilikan izin sebagaimana dimaksud, bagi tenaga kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan, diatur oleh Menteri. 4. Selain izin sebagaimana yang dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian

lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi, diatur oleh Menteri. (Wijono, 1999).


(45)

2.3.2 Sarana dan Prasarana

Salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pembangunan adalah sarana kesehatan yang mampu menunjang berbagai upaya pelayanan kesehatan baik pada tingkat individu maupun masyarakat.

Untuk masa mendatang kebutuhan sarana kesehatan akan disusun dengan memperhatikan beberapa asumsi dasar, yaitu :

1. Terjadinya pergeseran peran pemerintah dari penyelenggara pelayanan yang dominan, menjadi penyusunan kebijakan dan regulasi dengan tetap memperhatikan kebutuhan pelayanan bagi penduduk miskin

2. Makin meningkatnya potensi sektor swasta dalam penyediaan pelayanan kesehatan, khususnya yang bersifat kuratif dan rehabilitatif

3. Teratasinya krisis ekonomi dan politik dalam waktu yang tidak terlalu lama (Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, 1999)

Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan ke depan akan diselenggarakan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta dengan memperhatikan faktor efisiensi dan ketercapaian bagi seluruh penduduk.

Selain itu langkah peningkatan kuantitas pembangunan sarana dan prasarana kesehatan harus diikuti dengan peningkatan kemampuan manajerial yang profesional dan didukung oleh peningkatan kemampuan teknis tenaga pemberi pelayanan untuk menjamin keberhasilan dan kelestrian upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh.


(46)

2.3.3 Tarif

Tarif adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan seseorang untuk memperoleh jasa pelayanan. Tarif tidak sama dengan harga. Harga adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang. Sekalipun perbedaan tarif dengan harga cukup jelas, namun bagi kebanyakan anggota mayarakat, perbedaan ini sulit dimengerti. Oleh masyarakat pemakai jasa pelayanan kesehatan, tarif diartikan sama dengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pengertian seperti ini jelas tidak sesuai, karena dalam pengertian biaya tersebut telah termasuk harga barang, misalnya obat-obatan, yang pengelolaannya sering dilakukan terpisah dengan pengelolaan pelayanan kesehatan.

Peranan tarif dalam pelayanan kesehatan amat penting. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, setiap sarana kesehatan harus menetapkan besarnya tarif yang dapat menjamin total pendapatan yang lebih besar dari total pengeluaran. Untuk itu, beberapa faktor perlu diperhitungkan. Faktor-faktor yang dimaksud untuk suatu sarana pelayanan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam :

1. Biaya investasi

2. Biaya kegiatan rutin, terdiri dari direct cost dan indirect cost. 3. Biaya rencana pengembangan

4. Besarnya target keuntungan. (Azwar, 1996).

Tarif puskesmas merupakan biaya pelayanan kesehatan yang diberikan suatu puskesmas, yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk suatu periode tertentu. Dalam perdagangan umum, tarif berlaku menurut hukum pasar yang


(47)

berfluktuasi dari waktu ke waktu. Dalam pelayanan swasta, tarif pelayanan juga dapat berfluktuasi, tetapi tidak secepat perubahan pada komoditas tertentu. Tarif puskesmas yang ditetapkan pemerintah umumnya tidak berfluktuasi dan cenderung berlaku untuk masa 3 – 6 tahun. Akibatnya, tarif tersebut tidak selalu dapat menutupi biaya-biaya untuk memproduksi jasa pelayanan di puskesmas.

Besarnya tarif Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medis berpedoman kepada komponen biaya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan memperhatikan pertimbangan dari organisasi profesi setempat (Wijono, 1999).

Selain pertimbangan organisasi profesi, perhitungan tarif biasanya juga mempertimbangkan:

1. Jasa Konsultasi Dokter

2. Biaya Suntikan dan Obat-Obatan 3. Jasa Tindakan Medik

4. Jasa Penunjang Medik 5. Jasa Perawatan

6. Komponen lain yang berhubungan dengan penunjang pelayanan kesehatan

Dari uraian teoritis diatas tentunya diperlukan penetapan tarif yang tepat, dengan memperhatikan kemampuan dan kemauan masyarakat dalam membayar di satu sisi dan biaya sebenarnya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pelayanan yang baik pada sisi lainnya.


(48)

2.4 Landasan Teori

Menurut Sorkin (1984), pemanfaatan pelayanan kesehatan pada konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor demografi, struktur sosial, belief, akses pelayanan kesehatan, status kesehatan berdasarkan evaluasi klinis.

Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang status kesehatannya akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang pelayanan petugas kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang keberadaan sarana prasarana Puskesmas akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Seorang konsumen yang mempunyai persepsi dan keyakinan yang baik tentang pembiayaan kesehatan akan mempunyai demand dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Menurut Fuchs (1998), Zubkoff (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi demand pelayanan kesehatan antara lain: kebutuhan berbasis pada aspek fisiologis, penilaian pribadi akan status kesehatannya, variabel-variabel ekonomi seperti tarif, ada tidaknya asuransi dan penghasilan, pendidikan, variabel-variabel demografis dan organisasi. Disamping itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah: pengiklanan,


(49)

pengaruh jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dan pengaruh inflasi. Faktor-faktor ini satu sama lain terkait secara kompleks (Trisantono, 2006).

2.5 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini faktor yang berpengaruh terhadap demand masyarakat memanfaatkan puskesmas adalah faktor pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana Puskesmas serta tarif. Berdasarkan hal di atas, maka kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

PELAYANAN TENAGA KESEHATAN

TARIF SARANA/ PRASARANA PUSKESMAS

DEMAND MASYARAKAT MEMANFAATKAN

PUSKESMAS


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat analitik dengan tipe Explanatory Research yakni untuk menjelaskan pengaruh variabel penelitian melalui pengujian hipotesis.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu. Tempat ini dipilih karena rendahnya angka kunjungan dari penduduk yang non ASKES di Puskesmas Kota Rantauprapat sementara jumlah penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi (non ASKES) cukup banyak di wilayah kerja Puskesmas tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, studi pendahuluan, penyiapan proposal, kolokium, pelaksanaan penelitian, pengolahan data dan penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yang dimulai bulan Maret 2007 sampai Agustus 2007.


(51)

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berusia 17 tahun ke atas yang pernah berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat, dengan kategori non ASKES.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat pada bulan Juli 2007 yang bersedia diwawancarai (accidental sampling). Jumlah sampel diperoleh sebanyak 57 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: 1. Data primer: diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan

informan yang berpedoman pada kuesioner dan daftar pertanyaan penelitian yang telah disiapkan.

2. Data sekunder, berupa data dasar, diperoleh dari Laporan Puskesmas Kota Rantauprapat.

Pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara mendalam kepada tokoh masyarakat dari berbagai kalangan (yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas), yang terdiri dari :


(52)

1. Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Labuhanbatu 2. Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu

3. Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) 4. Wartawan

5. Aktivis LSM 6. Aktivis Perempuan 7. Ulama

8. Pendeta 9. Seniman

Data wawancara mendalam (kualitatif), digunakan sebagai komplementer dari data yang dikumpulkan dengan wawancara kuesioner dan data sekunder.

3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Pelayanan tenaga kesehatan adalah pandangan responden tentang pelayanan yang diberikan oleh petugas (dokter, paramedis dan pegawai adminitrasi) yang bekerja di Puskesmas Kota Rantauprapat meliputi sikap, perbuatan, komunikasi, keahlian/ kemampuan, kecepatan dan kecekatan dalam memberikan pelayanan yang dapat berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan di Puskesmas tersebut.

2. Sarana dan prasarana kesehatan adalah pandangan responden tentang kondisi dan kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung pelayanan kesehatan (misalnya: ruang pemeriksaan, alat-alat keperawatan, alat-alat kebidanan,


(53)

laboratorium dan sebagainya), yang dapat mempengaruhi permintaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.

3. Tarif adalah adalah pandangan responden terhadap sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan yang mempengaruhi permintaan masyarakat di Puskesmas Kota Rantauprapat.

4. Demand adalah realisasi permintaan terhadap kesehatan dengan memanfaatkan atau telah menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat jika responden merasakan keluhan sakit.

3.6 Metode Pengukuran

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana, serta Tarif terhadap Demand Masyarakat No Variabel/ Sub Variabel Jumlah Indikator Kriteria Aspek Pengukuran Bobot Nilai

1. Baik 3

2. Kurang baik 2

1. Pelayanan Tenaga Kesehatan

13

3. Tidak baik

Ordinal

1

1. Baik 3

2. Kurang baik 2

2. Sarana dan Prasarana

6

3. Tidak baik

Ordinal

1

1. Baik 3

2. Kurang baik 2

3. Tarif 2

3. Tidak baik

Ordinal

1

1. Berminat 3

2. Kurang berminat 2 4. Demand

Masyarakat

3

3. Tidak berminat

Ordinal

1

Pengukuran variabel meliputi pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, serta tarif berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan responden,


(54)

selanjutnya dikategorikan berdasarkan penilaian responden tentang pelayanan kesehatan terhadap demand dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat dengan tiga (3) skala pengukuran, yaitu:

a. Kategori baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang baik, karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar terpenuhi. Nilainya >75 % dari nilai maksimalnya.

b. Kategori kurang baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang kurang baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian saja yang terpenuhi. Nilainya 40-74 % dari nilai maksimalnya.

c. Kategori tidak baik adalah apabila penilaian atau tanggapan responden tentang pelayanan kesehatan yang diterimanya sehingga menimbulkan penilaian yang tidak baik karena kebutuhan yang diinginkan sebagian besar tidak terpenuhi. Nilainya < 40 % dari nilai maksimalnya.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner digunakan sebagai alat ukur, terlebih dahulu dilakukan uji validitas (kesahihan) dan reliabilitas (kehandalan). Uji coba dilakukan kepada 20 orang pasien yang berkunjung pada bulan Juni 2007.


(55)

3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuesioner mampu

mengukur apa yang mau diukur, dengan melakukan uji korelasi antara skor (nilai) tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan mempunyai korelasi yang bermakna (construct validity), berarti semua item dalam kuesioner, mengukur konsep yang diukur. Teknik yang dipakai adalah korelasi product moment. Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap pertanyaan itu significant, maka perlu dilihat pada tabel nilai product moment. Bila item tidak valid, harus diganti, direvisi atau dihilangkan (Notoatmodjo, 2005).

Pada pengukuran validitas kuesioner yang terlampir pada proposal penelitian terhadap 20 responden, didapatkan hasil; dari 42 item kuesioner yang diuji, 21 item valid pada taraf signifikansi 0,01 dengan derajat kebebasan (df) hitung lebih besar dari nilai derajat kebebasan tabel (df tabel = 0,561). Dari 21 item yang tidak valid, 18 belas item dihilangkan, 3 item karena masih dibutuhkan, dilakukan revisi. Item pertanyaan yang direvisi adalah pertanyaan nomor 7 tentang jumlah kunjungan ke puskesmas dan 2 pertanyaan tentang tarif. Tabel 3.2 berikut ini adalah hasil uji validitas kuesioner.


(56)

Tabel 3.2 Daftar Item Pertanyaan yang Valid dan Tidak Valid

No. Item Hasil korelasi dengan Variabel y Keterangan

1. Tujuh 630 direvisi

2. Delapan 887** Valid

3. Sembilan 774** Valid

4. Sepuluh 758* Valid

5. Sebelas 829** Valid

6. Dua belas 939** Valid

7. Tiga belas a dihilangkan

8. Empat belas 746* Valid

9. Lima belas 652* Valid

10. Enam belas a dihilangkan

11. Tujuh belas 652* Valid

12. Delapan belas a dihilangkan

13. Sembilan belas 190 dihilangkan

14. Dua puluh 379 dihilangkan

15. Dua puluh satu 754* Valid

16. Dua puluh dua 754* Valid

17. Dua puluh tiga 379 dihilangkan

18. Dua puluh empat 754* valid

19. Dua puluh lima 380 dihilangkan

20. Dua puluh enam 758* valid

21. Dua puluh tujuh a dihilangkan

22. Dua puluh delapan -244 dihilangkan

23. Dua puluh sembilan 524 dihilangkan

24. Tiga Puluh a dihilangkan

25. Tiga puluh satu a dihilangkan

26. Tiga puluh dua 652* valid

27. Tiga puluh tiga 115 dihilangkan

28. Tiga puluh empat 532 dihilangkan

29. Tiga puluh lima a dihilangkan

30. Tiga puluh enam a dihilangkan

31. Tiga puluh tujuh 652* Valid

32. Tiga puluh delapan 652* Valid

33. Tiga puluh sembilan 652* Valid

34. Empat puluh 521 dihilangkan

35. Empat puluh satu 652* Valid

36. Empat puluh dua 887** Valid

37. Empat puluh tiga 68 Direvisi

38. Empat puluh empat 147 Direvisi

39. Empat puluh lima 147 dihilangkan

40. Empat puluh enam 754* Valid

41. Empat puluh tujuh 652* Valid

42. Empat puluh delapan 643* Valid

Sumber : Hasil penelitian, 2007 (data diolah)

3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat


(57)

konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Cara perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua, yaitu dengan membagi dua pertanyaan valid secara acak dan dilakukan uji korelasi dengan rumus korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua (Notoatmodjo, 2005). Kemudian dilanjutkan dengan pengujian dengan rumus Sperman – Brown sebagai berikut (Alhusin, 2002) :

2 r ½ ½ r 11 = ---

(1 + r ½ ½ )

r ½ ½ = korelasi antara skor-skor belahan tes

r 11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

Setelah diuji validitas, item kuesioner yang sudah valid diuji reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Korelasi Uji Reliabilitas Kuesioner Dengan Teknik Belah Dua

Ganjil Genap

Ganjil Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

1.000 . 10

.969** .000 . 10 .

Genap Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

.969** .000 . 10 .

1.000 . 10 Sumber : Hasil penelitian, 2007 (data diolah)

Dapat dilihat, bahwa hasil korelasi antara skore item ganjil dan genap adalah 0,969. Korelasi ini menunjukkan tingkat signifikansi yang tinggi. Tanda bintang dua


(58)

menunjukkan bahwa korelasi signifikans pada alpha 0,01. Selanjutnya hasil diuji dengan rumus Sperman – Brown :

2 r ½ ½ r 11 = ---

(1 + r ½ ½ )

2 x 0,969 1,938 r 11 = --- = --- = 0,98

(1 + 0,969) 1,969

Dari hasil, perhitungan Sperman – Brown diatas, didapat korelasi yang tinggi. Dengan demikian, item-item pada test di atas, memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

3.8 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa dengan beberapa uji statistik menggunakan program komputer:

a. Analisis Univariat

Untuk melihat gambaran setiap karateristik dan variabel independen (bebas) yaitu: umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, dan pandangan responden terhadap pelayanan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas; dan variabel dependen (terikat) yang meliputi demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat.

b. Analisis Bivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Sederhana

Untuk menguji dan menganalisa masing-masing pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas


(59)

dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat digunakan uji Regresi Linear Sederhana.

c. Analisis Multivariat dengan menggunakan uji Regresi Linear Berganda

Untuk melihat pengaruh antara persepsi responden tentang tenaga kesehatan, sarana dan prasarana serta tarif puskesmas dengan demand masyarakat dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat digunakan uji Regresi Linear Berganda.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Kawasan Penelitian

Puskesmas Kota Rantauprapat, terletak di Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu. Puskesmas ini berada di Ibukota Kabupaten Labuhanbatu, Rantauprapat, yang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu, sekaligus menjadi pusat pendidikan, kebudayaan, dan perdagangan. Secara geografis wilayah kerja Puskesmas, terletak di Pantai Timur Sumatera dengan wilayah sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Pangkatan, sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Bilah Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rantau Selatan, sebelah Timur, berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Perlayuan Kecamatan Rantau Utara, Kabupaten Labuhanbatu.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu. Tempat ini dipilih karena rendahnya angka kunjungan dari penduduk yang non ASKES, sementara jumlah penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi (non ASKES) cukup banyak di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Puskesmas ini mempunyai luas wilayah kerja 47,47 Ha, yang terdiri dari 7 Kelurahan.


(61)

4.1.1.1 Keadaan Penduduk

Data jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat, Kecamatan Rantau Utara, sebanyak 44.494 jiwa (9.700 KK), jumlah rata-rata jiwa setiap rumah 4,59 jiwa, rasio jenis kelamin 1,04. Data penduduk menurut jenis kelamin, jumlah KK dan Lingkungan serta luas wilayah setiap Kelurahan di wilayah kerja puskesmas dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Kelurahan Menurut Jenis Kelamin, Jumlah KK dan Lingkungan, serta Luas Wilayah Setiap Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas

No. Kelurahan LK (orang)

PR (orang)

JLH (orang)

JLH KK

Lingk Luas (Ha) 1. Rantauprapat 2021 2126 4147 802 5 0,71 2. Sirandorung 4010 4114 8124 1432 6 9,10 3. Siringo-ringo 3312 2913 6225 1438 8 6,77 4. Kartini 2492 2656 5148 1052 5 1,00 5. Cendana 2794 3131 5929 1426 8 6,77 6. Bina Raga 2448 3022 5470 1563 5 7,42 7. Padang Bulan 4702 4753 9455 1987 10 9,11 Jumlah 21779 22715 44494 9700 47 47,47

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat, Tahun 2006

4.1.1.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat

Tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Kota Rantauprapat adalah sebagaimana pada Tabel 4.2 berikut:


(62)

Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006

No. JENIS PENDIDIKAN JUMLAH

(orang)

1. Dokter Umum 3

2. Dokter Gigi 1

3. Sekolah Perawat Kesehatan 8

4. BIDAN 15

5. Akademi Kebidanan 5

6. Sekolah Asisten Apoteker 1 7. Sekolah Pendidikan Ahli Gizi 2 8. Sekolah Pendidikan Rawat Gigi 1 9. Latihan Chusus Perawat Kesehatan 2

10. SLTA 1

11. Akademi Keperawatan 4 12. Sarjana Kesehatan Masyarakat 1

13. Bidan di Desa 4

JUMLAH 48

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat 2006

4.1.2 Kondisi Sarana dan Prasarana Puskesmas Kota Rantauprapat.

Puskesmas Kota Rantauprapat, dibangun pada tahun 1981 dan telah dilakukan renovasi pada bulan Oktober 2003. Dari Tabel 4.3 ditunjukkan sarana dan prasarana yang dimiliki puskesmas Kota Rantauprapat pada Tahun 2006.

Tabel 4.3 Sarana dan Prasana Puskesmas Kota Rantauprapat Tahun 2006

No. SARANA/PRASARANA JUMLAH

(unit)

1. Ruangan 14

2. Toilet 2

3. Mobil puskesmas keliling 1

4. Sepeda motor 2

5. Poliklinik kit 1

6. Laboratorium kit 1

7. Mikroskop 1

8. Bidan kit 1

9. Dental Unit 1

10. Air conditioning 1

11. Puskesmas pembantu 3


(63)

4.1.3 Pola Penyakit di Puskesmas

Berdasarkan 10 penyakit terbesar di Puskesmas Kota Rantauprapat tahun 2006 dapat menggambarkan pola penyakit yang terdapat di wilayah tersebut, sebagaimana pada Tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Pola Penyakit di Puskesmas Kota Rantauprapat

No. Code Nama Penyakit Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. 1303 ISPA 5.261 37,05

2. 1505 Penyakit rongga mulut/ stomatitis 1.938 13,65 3. 0104 Infeksi penyakit usus yang lain/

gastritis

901 6,35 4. 21 Penyakit pada sistem otot/ rematik 824 5,80 5. 1005 Penyakit mata lainnya 750 5,28 6. 2002 Penyakit kulit Alergi 747 5,26 7. 12 Penyakit tekanan darah tinggi 725 5,11

8. 0102 Diare 629 4,43

9. 0403 Asma 438 3,08

10. 22 Penyakit lainnya 1.986 13,99

Jumlah 14.199 100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kota Rantauprapat 2006

Dari Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa 37.5% pasien yang berobat ke Puskesmas Kota Rantauprapat menderita penyakit Infeksi Akut lain pada saluran pernafasan atas (ISPA), selebihnya penyakit stomatitis, gastritis, rematik, penyakit mata, penyakit kulit alergi, hipertensi, diare, Asma serta penyakit lainnya. Dilihat dari jenis penyakit yang termasuk 10 besar di Puskesmas Kota Rantauprapat adalah jenis penyakit infeksi yang terkait dengan kesehatan lingkungan dan perilaku serta penyakit non infeksi.


(64)

4.1.4 Gambaran Umum Responden Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kota Rantauprapat yang telah menggunakan Puskesmas sebagai tempat pengobatan. Karakteristik responden yang diperoleh meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik

A. Responden berdasarkan kelompok umur Jumlah (orang) Persentase (%)

1. < 20 tahun 3 5.3

2. 20 – 29 tahun 13 22.8

3. 30 – 39 tahun 19 33.3

4. 40 – 49 tahun 14 24.6

5. 50 – 59 tahun 2 3.5

6. 60 – dst 6 10.5

Jumlah 57 100.0

B. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki – laki 22 38.6

Perempuan 35 61.4

Jumlah 57 100

C. Responden berdasarkan pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tidak Tamat SD 1 1.8

2. SD 4 7.0

3. SMP 5 8.8

4. SMU 36 63.2

5. D III 4 7.0

6. Sarjana 7 12.3

Jumlah 57 100.0

D. Responden berdasarkan pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Karyawan 11 19.3

2. Petani 1 1.8

3. Wiraswasta 39 68.4

4. Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga, Mahasisiwa) 6 10.5

Jumlah 57 100.0

E. Responden berdasarkan Penghasilan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. < Rp. 800.000,- 6 10.5

2. Rp. 800.000,- – Rp. 1.600.000,- 28 49.1

3. > Rp. 1.600.000,- 23 40.4

. Jumlah 57 100.0

F. Responden berdasarkan Kunjungan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 1 kali 21 36.8

2. 2 – 4 kali 18 31.6

3. ≥ 5 kali 18 31.6

Jumlah 57 100.0


(1)

Lampiran 1.

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH PELAYANAN TENAGA KESEHATAN, SARANA

DAN PRASARANA PUSKESMAS, SERTA TARIF TERHADAP

DEMAND MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN

DI PUSKESMAS KOTA RANTAUPRAPAT

A. Identitas Responden

1. Nama : ( L / P )

2. Umur :

3. Pekerjaan : a. Karyawan b. Petani c. Wiraswasta

4. Alamat :

5. Pendidikan

a. Tidak Tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SLTP d. Tamat SLTA

e. Tamat Akademi/ D3 f. Tamat Sarjana 6. Penghasilan keluarga:

a. < Rp. 800.000

b. Rp.800.000- Rp.1.600.000 c. > Rp. 1.600.000

B. Persepsi Pasien Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan, Sarana dan Prasarana serta Tarif di Puskesmas Kota Rantauprapat

I. Pelayanan Tenaga Kesehatan

7. Sudah berapa kali bapak/ibu berobat ke Puskesmas ? a. ≥ 5 kali

b. 2 – 4 kali c. 1 kali

8. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang pelayanan pegawai Puskesmas di bagian kartu ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik


(2)

9. Apakah bapak/ ibu diberi informasi oleh petugas kartu tentang proses selanjutnya yang akan bapak/ibu jalani di Puskesmas ?

a. dapat informasi dengan jelas (baik)

b. dapat informasi tetapi tidak jelas (kurang baik) c. tidak mendapat informasi (Tidak baik)

10.Berapa lama waktu yang bapak/ibu habiskan untuk mendapatkan kartu berobat/karcis, di bagian kartu ?

a. < 5 menit (baik)

b. 6 – 15 menit (kurang baik) c. > 15 menit (Tidak baik)

11.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang pelayanan pegawai Puskesmas di bagian pemeriksaan ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

12.Berapa lama waktu yang bapak/ibu habiskan di ruang tunggu, sampai bapak/ibu dapat giliran untuk dilayanani ?

a. < 10 menit (baik)

b. 10 – 20 menit (kurang baik) c. > 20 menit (Tidak baik)

13.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang disiplin petugas kesehatan di Puskesmas ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

14. Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang keramah tamahan petugas kesehatan di Puskesmas ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

15.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kecekatan dan kesigapan petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik


(3)

16.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang keramah tamahan dokter dalam melayani pasien di Puskesmas ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

17.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kecekatan dan kesigapan dokter dalam melakukan pelayanan ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

18.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang penjelasan yang diberikan dokter terhadap keadaan penyakit bapak/ibu ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

19.Berapa lama waktu yang bapak/ibu habiskan di ruang tunggu, untuk mendapatkan pelayanan, di bagian obat ?

a. < 10 menit (baik)

b. 10 – 20 menit (kurang baik) c. > 20 menit (Tidak baik)

II. Sarana dan Prasara

20.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang lokasi Puskesmas dari segi kemudahan transportasi ?

a. Strategis dan mudah dijangkau (Baik) b. Kurang strategis (Kurang baik) c. Tidak strategis (Tidak baik)

21.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kebersihan ruangan-ruangan di Puskesmas ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

22.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang fasilitas dan kenyamanan pada ruang tunggu Puskesmas (TV, AC, kamar mandi, bahan bacaan) ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik


(4)

23.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang fasilitas dan kenyamanan pada ruang periksa Puskesmas (kursi, meja, tempat tidur periksa, lemari alat, AC, kamar mandi) ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

24.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kualitas alat habis pakai (alat suntik, kapas, gaas steril, plester, tongue spatel) yang diberikan kepada bapak/ibu ?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik

25.Bagaimana penilaian atau tanggapan bapak/ibu, tentang kelengkapan peralatan di laboratorium Puskesmas ?

a. Lengkap (Baik)

b. Kurang lengkap (Kurang baik) c. Tidak lengkap (Tidak baik)

III. Tarif

26.Menurut penilaian bapak/ibu, apakah tarif Puskesmas yang berlaku saat ini, sudah mampu membiayai pelayanan kesehatan sesuai permintaan bapak/ibu ? a. Mampu

b. Kurang mampu c. Tidak mampu

Alasan ...

27.Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, setujukah bapak/ibu, bila tarif yang ada sekarang, dinaikkan ?

a. Setuju

b. kurang setuju c. Tidak setuju

Alasan ...

C. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan

28.Dari seluruh pelayanan dan fasilitas sarana dan prasarana yang diterima serta tarif yang dibebankan kepada bapak/ibu, apakah sudah memenuhi permintaan bapak/ibu terhadap pelayanan kesehatan ?

a. Memenuhi (baik)

b. Kurang memenuhi (kurang baik) c. Tidak memenuhi (tidak baik)


(5)

29.Berdasarkan pengalaman mendapat pelayanan di Puskesmas Kota Rantauprapat, apakah bapak/ibu akan memanfaatkan Puskesmas tersebut, jika bapak/ibu sakit ?

a. Ya, memanfaatkan b. Ragu-ragu

c. Tidak memanfaatkan

Alasan………...… 30.Apakah bapak/ibu akan tetap memanfaatkan, bila tarif yang ada sekarang

dinaikkan, untuk pelayanan yang diberikan oleh dokter spesialis ? a. Ya, memanfaatkan

b. Ragu-ragu

c. Tidak memanfaatkan


(6)

Lampiran 2

Daftar pertanyaan untuk tokoh masyarakat dari berbagai kalangan :

I. Data Informan :

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Alamat :

5. Pendidikan terakhir : 6. Jabatan/ latar belakang :

7. Pernah / tidak pernah memanfaatkan pelayanan puskesmas kota Rantau prapat. I. Pandangan terhadap puskesmas Kota Rantauprapat, pelayanan petugas, sarana

dan prasarana puskesmas, tarif, serta demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas Kota Rantauprapat.

1. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap keberadaan puskesmas Kota

Rantauprapat, ditinjau dari lokasi, fasilitas sarana dan pra sarananya ? Mohon penjelasan.

2. Menurut yang bapak/ibu dengar dan ketahui, apakah pelayanan petugas kesehatan di puskesmas tersebut, telah sesuai dengan permintaan masyarakat ? Mohon penjelasan.

3. Dari Surkesda tahun 2006, diketahui bahwa Puskesmas adalah pilihan ketiga setelah praktek dokter dan praktek petugas kesehatan, apa komentar bapak/ibu dengan hasil tersebut ?

4. Bagaimana menurut pandangan bapak/ibu tarif yang diberlakukan saat ini di puskesmas, apakah sudah dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan permintaan masyarakat ? Apakah tarifnya terlalu mahal ? atau sebaliknya mungkin terlalu murah ? Mohon penjelasan.

5. Menurut bapak/ibu, apa sebenarnya permintaan masyarakat, yang harus dipenuhi sehingga masyarakat menjadikan puskesmas sebagai pilihan pertama dalam memenuhi kebutuhan mereka terhadap pelayanan kesehatan ? Mohon penjelasan. 6. Apa pendapat bapak/ibu, bila di puskesmas ini dilakukan pelayanan spesialis ?

Mohon penjelasan.

7. Untuk peningkatan kualitas, bagaimana pandangan bapak/ibu bila tarif puskesmas disesuaikan ?