Uji Multikolinearitas Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka berdasarkan metode grafik tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

b. Uji Park

Park mengusulkan untuk meregres nilai variabel kuadrat residual yang telah dilogaritmakan terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi heterokedastisitas. Tabel 4.5 Uji Park Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -2,174 2,498 -,870 ,386 X1 -,082 ,096 -,097 -,849 ,397 X2 -,005 ,199 -,003 -,028 ,978 X3 ,070 ,170 ,039 ,409 ,683 X4 ,206 ,154 ,142 1,338 ,183 Sumber: Hasil pengolahan SPSS 2009 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel logaritma kuadrat residual U 2 i LnU 2 i. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5, jadi hasil uji Park sesuai dengan metode grafik bahwa pada model regresi tidak terjadi heterokedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Berikut ini disajikan cara mendeteksi multikolinearitas dengan menganalisis matrik korelasi antarvariabel dan perhitungan nilai Tolerance dan Variation Inflation Factor VIF: Tabel 4.6 Uji Nilai Tolerance dan VIF Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 4,943 1,441 3,429 ,001 X1 ,074 ,055 ,137 1,338 ,183 ,567 1,765 X2 ,172 ,115 ,149 1,503 ,135 ,605 1,652 X3 ,017 ,098 ,015 ,177 ,860 ,826 1,210 X4 ,229 ,089 ,247 2,581 ,011 ,652 1,534 Sumber: Hasil pengolahan dengan SPSS 2009 Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa: a. Nilai VIF dari X 1 , X 2 , X 3 , X 4 lebih kecil atau di bawah 5 VIF 5, ini berarti tidak terdapat multikolinearitas antarvariabel independen dalam model regresi. b. Nilai Tolerance X 1 , X 2 , X 3 , X 4 lebih besar dari 0,1, ini berarti tidak terdapat multikolinearitas antarvariabel independen dalam model regresi. Tabel 4.7 Korelasi Antarvariabel Independen Model X4 X3 X2 X1 1 Correlations X4 1,000 -,125 -,252 -,318 X3 -,125 1,000 -,127 -,174 X2 -,252 -,127 1,000 -,396 X1 -,318 -,174 -,396 1,000 Covariances X4 ,008 -,001 -,003 -,002 X3 -,001 ,010 -,001 -,001 X2 -,003 -,001 ,013 -,003 X1 -,002 -,001 -,003 ,003 Sumber: Hasil pengolahan dengan SPSS 2009 Uji multikolinearitas juga dapat dilihat dengan menganalisis matrik korelasi antarvariabel independen, seperti terlihat pada Tabel 4.7. jika antar variabel independen ada korelasi yang tinggi umumnya di atas 0,90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Berdasarkan Tabel 4.7 tidak dijumpai koefisien yang tinggi melebihi 0,9. Dengan demikian tidak terdapat multikolinearitas pada model regresi.

C. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar-daftar pertanyaan kuesioner. Jumlah pertanyaan seluruhnya adalah 18 butir pertanyaan, yakni enam butir pertanyaan untuk karakteristik membangkitkan reaksi emosional emotional reactionX 1 , tiga butir petanyaan untuk karakteristik delight effect X 2 , tiga butir pertanyaan untuk karakteristik inspirational X 3 , tiga butir pertanyaan untuk karakteristik melampaui ekspektasi satisfiedX 4 dan tiga butir pertanyaan untuk word of mouth marketing pada film Laskar Pelangi Y. Kuesioner disebarkan kepada mahasiswai S1 reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sebagai responden berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik-karakteristik yang dimiliki film Laskar Pelangi, meliputi reaksi emosional emotional reactionX 1 , delight effect X 2 , inspirational X 3 , satisfied X 4 sehingga mampu menciptakan word of mouth marketing pada film Laskar Pelangi Y.