Masing-masing dirampas untuk dimusnahkan; f.
Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- dua ribu lima ratus rupiah;
13
Hakim Tinggi menambahkan salah satu hal yang dapat memperberat terdakwa yaitu dengan katego
ri “sadis”. Maka dari itu Hakim Tinggi menambahkan hukuman penjara menjadi 12 dua belas tahun yang semula di
Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan 10 sepuluh tahun karena kategori “sadis” tersebut.
14
Kemudian Terdakwa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung, Hakim Agung memutuskan dengan putusan Nomor 959KPid2012, adapun putusan
Mahkamah Agung sebagai berikut: 1.
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon KasasiTerdakwa : Supri Lubis alias Supri tersebut;
2. Membebankan Pemohon KasasiTerdakwa tersebut untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500,- dua ribu lima ratus rupiah;
C. Analisa Putusan Mahkamah Agung Perspektif Hukum Islam
Dalam menganalisa putusan ini, walaupun menurut hukum positif menyatakan bahwa perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana, penulis
13
Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 30Pid2012PT-Mdn, hlm. 17-18
14
Putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 30Pid2012PT-Mdn, hlm. 16
perlu memaparkan terlebih dahulu apakah perbuatan terdakwa termasuk dalam kategori tindak pidana jarimah atau tidak menurut hukum Islam.
Menurut hukum Islam ditinjau dari unsur-unsur jarimah, objek kajian fiqih jinayah dapat dibedakan menjadi tiga bagian
15
, yaitu: 1.
Al-rukn al-syar’i, yaitu unsur yang menyatakan bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku jarimah jika ada undang-undang yang secara
tegas melarang dan menjatuhkan sanksi kepada pelaku tindak pidana. Putusan Mahkamah Agung Nomor 959KPid2012 menyatakan bahwa
Supri Lubis alias Supri dinyatakan bersalah menurut hukum positif karena telah melanggar pasal 338 KUHP jo. Pasal 55 dan 56 KUHP tentang
penyertaan pembunuhan.
16
Di dalam hukum Islam, Allah Swt. secara tegas berfirman dalam Al-Quran Surah Al-
An’am ayat 151 yang berbunyi:
ماَعْنَأْلا
1 1 Artinya:
“dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan sesuatu sebab yang benar”. Al-
An’aam 6151
17
Terjemahan ini berpijak pada kata harrama, yang dipahami dalam arti
diharamkan atau dilarang. Kalimat ini berfungsi menjelaskan bahwa larangan membunuh bukan sesuatu yang baru, tetapi telah merupakan syariat seluruh
agama sejak kelahiran manusia di pentas bumi ini. Dapat juga kata harrama,
15
M. Nurul Irfan, dan Masyarofah, Fiqh Jinayah, hlm. 2
16
Putusan Mahkamah Agung Nomor 959kpid2012, hlm. 10
17
Lihat Al-Quran Surah Al- An’am 6 ayat 151
yang dikaitkan dengan jiwa manusia oleh ayat di atas, dipahami dalam arti yang dijadikan terhormat oleh Allah. Penggalan ayat ini seakan-akan
menyatakan: janganlah membunuh jiwa karena jiwa manusia telah dianugerahi Allah kehormatan sehingga tidak boleh disentuh kehormatan itu
dalam bentuk apa pun. Pemahaman semacam ini mendukung nilai-nilai hak asasi manusia yang juga merupakan salah satu prinsip kehidupan yang
ditegakkan al-Quran melalui sekian ayat.
18
Selain dari ayat tersebut terdapat juga larangan pembunuhan dalam Al- Quran Surah Al-Furqaan ayat 68 yang berbunyi:
Artinya: “dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain
beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina,
barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat pembalasan dosanya. Al-Furqaan 2568.
19
Kemudian terdapat Surah Al- Israa’ ayat 31 dan 33 yang juga melarang
pembunuhan.
20
Selain dari ayat Al-Quran terdapat juga di dalam sabda Nabi yang melarang pembunuhan yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
18
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Surah Al- Ma’idah dan Al-An’am Volume III,
Jakarta: Lentera Hati, 2011, hlm. 733.
19
Lihat Al-Quran Surah Al-Furqaan ayat 68
20
Lihat Al-Quran Surah Al- Israa’ ayat 31 dan 32
Artinya: “telah meriwayatkan kepada kami, Abu Bakar ibn Abi
Syaibah: telah meriwayatkan kepada kami Hafs ibn Ghiyas, Abu Mu’awiyah, dan Waqi’, dari A’masy, dari Abdillah ibn Murrah, dari Masruq, dari
Abdillah,ia berkata: Ra sulullah Saw. telah bersabda: “Tidak halal darah
seorang muslim yang telah menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa aku utusan Allah, kecuali dengan salah satu dari tiga perkara: 1
pezina muhshan, 2 membunuh, 3 orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan diri dari jama’ah.” H.R. Muslim.
21
Selain dari larangan tersebut Allah juga memberikan hukuman bagi para pelaku sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Quran Surah Al-
Baqarah ayat 178 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu kisas
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang
diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan
21
Abi Al-Hussein Muslim ibn Al-Hajjaj ibn Muslim Al-Qusyayriyyi Al-Naysaaburiyyi, Shahih Muslim, Riyadh: Dar Al-Salaam, 1998, hlm. 742. kitaab al-qasaamah wa al-muhaaribiin wa
al-qishaash wa ad-diyyaah, baab maa yubaahu bihi dam al-muslim. hadist nomor 4375