PENDAHULUAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM HUKUM
peristiwa tindak pidana
5
atau apabila dalam suatu delict tersangkut beberapa atau lebih dari seseorang
6
dikenal dengan istilah penyertaan. Hazewinkel-Suringa halaman 230 menceritakan bahwa dahulu kala
perhatian hanya diarahkan kepada si pelaku saja, dan baru pada penghabisan abad ke-18 dalam hukum pidana mulai diperhatikan sampai di mana juga
orang-orang lain yang turut serta itu dapat dipertanggungjawabkan dan dikenai hukuman.
7
Moeljatno mengatakan
bahwa ajaran
penyertaan sebagai
strafaufdehnungsgrund atau sebagai ajaran yang memperluas dapat dipidananya orang yang tersangkut dalam timbulnya suatu perbuatan pidana.
Karena sebelum seseorang dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana, orang itu sudah harus melakukan perbuatan pidana. Oleh karena itu, di
samping delik-delik biasa terdapat beberapa delik-delik seperti percobaan dan delik penyertaan yang memperluas dapat dipidananya orang yang tersangkut
dalam timbulnya suatu perbuatan pidana strafaufdehnungsgrund.
8
Hubungan antar pelaku dalam melakukan tindak pidana tersebut dapat bermacam-macam yaitu; 1 bersama-sama dalam suatu kejahatan; 2
seorang mempunyai kehendak dan merencanakan sesuatu kejahatan
5
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers, 2012, hlm. 213-214
6
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah, tt: Balai Lektur Mahasiswa, tt hlm. 1
7
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, 2003, hlm. 117
8
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 123
sedangkan ia mempergunakan orang lain untuk melaksanakan tindak pidana tersebut; 3 seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan orang
lain membantu melaksanakan tindak pidana tersebut.
9
Menurut hukum Islam, apabila beberapa orang bersama-sama melakukan suatu jarimah maka perbuatannya itu disebut turut berbuat jarimah
atau dikenal dengan Al-Isytirak
10
atau yang kita kenal dengan penyertaan. Islam membagi dua dalam penyertaan yaitu orang yang turut serta secara
langsung dan orang yang tidak turut serta secara langsung, untuk membedakan antara orang yang turut serta secara langsung dan orang yang
tidak turut serta secara langsung Fukaha memberikan dua pembagian sebagai berikut:
1. Orang yang turut serta secara langsung dalam melakukan tindak pidana
syarik mubasyir ; perbuatannya dinamakan isytirak mubasyir 2.
Orang yang turut serta secara tidak langsung dalam melakukan suatu tindak pidana syarik mutasabbib ; perbuatannya disebut dengan isytirak
ghair mubasyir atau isytirak bi tasabbub. Dasar pembedaan antara keduanya: yang pertama melakukan secara
langsung unsur material tindak pidana karena itu ia dinamakan syarik fil mubasyarah onmiddellijke daderspelaku langsung, sedangkan yang kedua
9
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana: edisi Revisi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, hlm. 203-204
10
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, hlm. 67