Hal ini sesuai dengan penelitian Kurnia 2008 di RS dr. Pirngadi Medan dengan disain case series yang menemukan proporsi penderita yang tertinggi
bertempat tinggal di Kota Medan yaitu 61,1.
33
Hal ini kemungkinan terjadi karena RS St. Elisabeth terletak di kota Medan sehingga penderita kanker paru yang berkunjung lebih banyak berasal dari kota
Medan.
6.2. Keluhan Utama
Proporsi penderita kanker paru berdasarkan keluhan utama di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 6.8. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Keluhan Utama di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007
64 37,7
23,7 15,8
11,4 10
20 30
40 50
60 70
Batuk darah ny eri dada
Badan lemahkelump uhan
Batuk Sesak nafas
K e
lu h
a n
U ta
ma
Proporsi
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 6.8. di atas dapat dilihat bahwa proporsi keluhan utama penderita kanker paru yang tertinggi adalah sesak nafas 64 dan yang paling rendah
dengan keluhan batuk darah 11,4. Hal ini menunjukkan bahwa sesak nafas merupakan keluhan utama yang
sensitif dan batuk darah merupakan keluhan utama yang spesifik bagi penderita kanker paru untuk datang berobat.
Batuk darah merupakan ekspektorasi darah dari jalan nafas. Jumlahnya dapat hanya berupa bercak-bercak sampai beberapa ratus mililiter. Batuk darah sendiri
merupakan gejala dari suatu kelainan di saluran pernafasan atau di dalam paru-paru. Dengan demikian ada beberapa penyakit yang dapat menyebabkan batuk darah.
35
Kanker paru biasanya menyebabkan sputum yang berbercak atau bergaris darah dibandingkan suatu hemoptisis yang banyak.
31
Hal ini sesuai dengan penelitian Ujung 1998 di RS dr. Pirngadi Medan Tahun 1994-1996 dengan disain case series yang menemukan proporsi penderita
kanker paru mempunyai keluhan utama yang tertinggi yaitu sesak nafas 32,08.
36
Kebanyakan penderita dengan kanker paru yang ditemukan mempunyai keluhan. Dimana lebih dari 25 penderita mempunyai keluhan yang berhubungan
dengan tumor primernya. Hampir sepertiga keluhan tersebut berhubungan dengan metastase kankernya, dan sepertiga mempunyai keluhan sistemik meliputi anorexia,
penurunan berat badan, dan kelemahan. Hanya 6 penderita kanker paru pada saat terdiagnosa tidak mempunyai keluhan.
34
Universitas Sumatera Utara
6.3. Derajat Kanker Paru
Proporsi penderita kanker paru berdasarkan derajat kanker paru di RS St. Elisabeth Medan tahun 2004-2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 6.9. Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Derajat Kanker Paru di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2004-2007
19,3
35,1 38,6
5,3 1,8
III Tidak tercatat
IV I
II
Berdasarkan gambar 6.9. di atas dapat dilihat proporsi penderita kanker paru berdasarkan derajat kanker yang tertinggi adalah derajat III 38,6 dan yang terendah
adalah derajat II 1,8.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai dengan penelitian Kurnia 2008 di RS dr. Pirngadi Medan dengan disain case series yang menemukan proporsi tertinggi penderita kanker paru
adalah pada derajat IIIb 38 dan proporsi terendah adalah derajat Ib 6,5.
33
Kanker paru sering ditemukan setelah derajat lanjut, kebanyakan peneliti mendapatkan derajat I-II hanya 10-15 selebihnya sudah mencapai derajat IIIa atau
lebih.
34
Menemukan kanker paru pada derajat dini sangat sulit karena pada derajat ini tidak ada keluhan atau gejala.
12
Faktor yang memperlambat diagnosis penderita kanker paru dapat berasal dari penderita maupun dari dokter yang menangani. Keterlambatan diagnosis kanker paru
yang berasal dari penderita antara lain: penderita memandang sepele gejala penyakitnya,
takut berobat,
penderita tidak
mempunyai biaya
untuk pemeriksaanpengobatan. Di pihak dokter, kekurangan pengetahuan dan perhatian
akan penyakit kanker paru. Faktor lain yang dapat memperlambat diagnosa ialah kekurangan sarana pemeriksaan sitologi, radiologi, dan lain-lain, dan jangkauan
pelayanan yang masih sempit.
28
6.4. Penatalaksanaan Kanker Paru