Hai Manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
91
Ibadah yang merupakan komunikasi secara langsung antara manusia dengan Allah, alam sekitar dan juga dengan manusia serta
kehidupannya adalah perlu dibiasakan kepada seseorang sejak masih kecil usia anak-anak. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Mahmud Yunus bahwa pelajaran ibadah adalah mendidik anak-anak supaya mengerjakan amal ibadah, sehingga menjadi kebiasaan dari kecil
sampai dewasa dihari tua.
92
3 Akhlak Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan
antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.
93
Menurut mahyudin, akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia, apakah itu baik atau buruk.
94
Ahli-ahli pendidikan Islam telah sependapat bahwa suatu ilmu tidak akan membawa
kepada fadhilah kesempurnaaan tidak seyogyanya diberi nama ilmu. Tujuan pendidikan Islam bukanlah sekedar memenuhi otak murid dengan
ilmu pengetahuan, tapi tujuannya adalah dengan mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi kesehatan pendidikan fisik dan mental, perasaan
dan praktek serta mempersiapkan anak anak menjadi anggota masyarakat.
95
91
Depag RI Al-Qur an dan terjemahannya,..h.5.
92
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990, cet.Ke- XII, h. 46.
93
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV.Ruhama, 1995, h.10.
94
Mahyudi, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Alam Mulia,1991, h.7.
95
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, h.104.
Akhlak termasuk diantara makna yang terpenting dalam kehidupan ini. Apabila beriman dan beribadah kepada Allah pertama kali
hubungannya yang erat adalah antara manusia dengan Tuhannya, maka akhlak pertama kali berkaitan erat dengan hubungan antara manusia
dengan manusia, baik secara individu dan kolektif.
96
Dari ketiga materi pokok pendidikan agama Islam di atas saling berkaitan, saling melengkapi dan tidak dapat terpisahkan. Dengan
keimanan manusia akan menyadari bahwa dirinya adalah sebagai hamba Allah yang harus taat dan patuh kepada-Nya dengan beribadah untuk
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan demikian manusia akan mempunyai budi pekerti atau akhlak yang
mulia dengan menjadikan pedoman dalam bersikap, bertutur kata dan bertingkah laku sehari-hari.
D. Pentingnya Pendidikan Agama Islam di Keluarga 1. Konsep Remaja
a. Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere kata bendanya,adolescentia
yang berarti remaja. Yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Bangsa primitif demikian juga orang-
orang zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain. Dalam rentang kehidupan; anak
dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi. Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti
yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emotional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget dengan mengatakan secara
psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang
96
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama...h. .32.
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intellektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir
remaja ini memungkinnya untuk mencapai intergrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum
dari periode perkembangan ini.
97
Menurut Stanley Halldalam guna rasa, 1989, perkembangan psikis remaja banyak di pengaruhi oleh faktor fisiologis. Faktor fisiologis
ini dipengaruhi oleh genetika, di samping proses pematangan yang mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan. Ia juga mengemukakan
bahwa masa remaja masa penuh gejolak emosi dan tidak seimbang, yang tercakup dalam “storm and stress.” Dengan demikian remaja mudah
terkena pengaruh oleh lingkungan.
98
b. Ciri-Ciri Masa Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan,
masa remaja
mempunyai ciri-ciri
tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut akan diterangkan secar singkat dibawah ini :
99
1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan
perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat
jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya
sama penting.
97
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Erlangga : 1980 h. 206.
98
Nuraida, Rihlah Nuraulia, Character Building untuk Guru..., h. 77.
99
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan..., h.207.
2. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja
bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalo remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai
umurnya. Kalau remaja berusaha berprilaku seperti orang dewasa, ia sering kali dituduh “terlalu besar untuk celananya” dan dimarahi karena
mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu
kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
Remaja ada dalam tempat marginal Lewin,1939. Berhubung ada macam-macam persyaratan untuk dapat dikatakan dewasa, maka lebih
mudah untuk dimasukkan kategori anak daripada kategiru dewasa. Baru pada akhir abad ke-18 maka masa remaja dipandang sebagai periode
tertentu lepas dari periode kanak-kanak. Meskipun begitu kedudukan dan status remaja berbeda daripada anak. Masa remaja menunjukkan dengan
jelas sifat-sifat masa transisi atau perlaihan calon, 1953 karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status
kanak-kanak. Dipandang dari segi sosial, remaja mempunyai posisi marginal.
3. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan.
100
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ada empat perubahan yang sama
yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang
terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang di harapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi
remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih
100
PJ. Monks-A.M. P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan ;Pengantar dalam Berbagai Bagiannya...,h.260.
sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri
menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nila juga berubah. Apa yang pada
masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Misalnya, sebagian besar remaja tidak lagi menganggap
bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas yang lebih penting daripada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman
sebaya. Sekarang mereka mengerti bahwa kualitas lebih pentng daripada kuantitas. Keempat, sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap
perubahan. mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan
kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. 4.
Masa Remaja sebagai usia Bermasalah Setiap periode mempunyai masalah-masalahnya sendiri, namun
masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki atau anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu.
Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja
tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri,
menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Karena ketidak mampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka
yakini, banyak remaja yang akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. S
eperti Ana Freud, “banyak kegagalan yang seringkali disertai akibat yang tragis, bukan karena ketidak
mampuan individu tetapi karena kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk
mencoba mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal”.
Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakan” emosinya dihadapan orang lain melainkan
menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi yang lain
adalah bahwa remaja sudah dapat menilai situasi secara kritis terlebih dulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berfikir.
Akhirnya, remaja yg emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil,tidak berubah-ubah dari satu ke suasana hati yang lain, seperti dalam
periode sebelumnya
101
. 5.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok
mash tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan
menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milie
orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Ericson menambahkan proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego. Sudah
barang tentu pembentukan identitas, yaitu perkembangan ke arah individualitas yang mantap, merupakan aspek yang penting dalam
perkembangan berdiri sendiri. Bahwa kita tidak tenggelam dalam peran yang kita mainkan, misalnya sebagai anak, teman, pelajar, teman sejawat,
pembimbing dan sebagainya. Tetapi dalam hal-hal tersebut tetap menghayati sebagai pribadi dirinya sendiri, adalah suatu pengalaman yang
harus dimiliki remaja dalam perkembangan yang sehat
102
. 6.
Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotif budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku
101
Nuraida, Rihlah Nuraulia, Character Building untuk Guru, h. 78.
102
PJ. Monks-A.M. P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan ; Pengantar dalam Berbagai Bagiannya...,h. 279.