Menanamkan Nilai-Nilai Ibadah Pada Remaja
Sedangkan berjalan di bumi secara angkuh adalah kurang pedulinya terhadap orang lain. Ini adalah gerakan yang dibenci dan dimurkai Allah,
serta dibenci manusia. Jadi, pembinaan pribadi anak menuju akhlak yang baik adalah dengan menanamkan nilai-nilai keagamaan, sehingga
terwujudlah sikap mental anak dan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam.
D.
Menanamkan Rasa Ingin tahu Pendidikan Akal
Seorang anak membutuhkan rasa ingin tahu. Diantara gerak dan tingkah alku anak banyak menunjukkan bahwa ia ingin tahu, misalnya
setiap benda atau apa saja yang terdapat disekitarnya, menggugah perhatiannya, lalu benda itu di periksanya dengan tangan dan mulutnya.
Karena itu tidak patut apabila orangtua membentak anak ketika ia sedang melakukannyaatau mencegahnya dari pencarian dan rasa ingi tahunya
tanpa suatu alasan. Dan kalaupun tujuannya untuk mendidik maka tidaklah hal itu dilakukan terlalu lama.
Menurut Zakyah Daradjat kebutuhan ingin tahu tentang lingkungannya adalah termasuk faktor yang penting untuk menumbuhkan
kesanggupan padanya. Oleh karena itu orang tua harus memperhatikan hal ini dalam mendidik anaknya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
ini ialah dengan aktivitas sendiri permainan. Akan tetapi permainan pada umur kanak-kanak itu permainannya tidak menentu, karena itu orang tua
memiliki peran yang sangat penting dalam memimpin anak-anak.
9
Ramayulis dalam bukunya “Pendidikan Islam Dalam rumah Tangga” menyebutkan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
pendidikan akal anak-anak adalah : 1.
Anak-anak harus diberi kesempatan bergerak dan diajar cara yang akan menolongnya untuk mencapai kebutuhan jiwanya. Supaya jangan
mereka merasa tidak tentram dan merasa tidak mendapat perhatian dan penghargaan. Juga dalam mendidik anak-anak jangan digunakan cara-
9
M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidika,Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999, cet. Ke-1 h. 15
cara ancaman, kekejaman dan siksaan badan, dan ia juga jangan merasa diabaikan dan merasa kekurangan dan kelemahan. Begitu juga jangan
dilukai perasaan mereka dengankeritik tajam, ejekan cemoohan, menganggap enteng pendapatnya serta membandingkannya dengan
anak-anak tetangga dan kaum kerabat yang lain. 2.
Berikanlah ia peluang untuk menyatakan diri, keinginan, pikiran, dan pendapat mereka dengan menyatakan secara sopan dan hormat, di
samping menolong mereka berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang dipikulkan kepadanya.
3. Ajarkan kepada mereka berbagai jenis ilmu yang dapat merangsangnya
untuk mempergunakan fikirannya, seperti ilmu mantik, matematika dan sebagainya.
10
Berdasarkan hal-hal tersebut bahwa keluarga dalam hal ini orang tua jelas berperan dalam perkembangan dan mengembangkan kepribadian
anak dalam hal ini remaja. Orangtua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan
gambaran kepribadian sesorang setelah dewasa. Jadi gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang setelah dewasa,
banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya. Para ahli sependapat bahwa dasar kepribadian anak
ditanamkan dan terpola pada tahun-tahun awal kehidupan anak.
11
Keluarga dianggap sebagai tempat berkembangnya individu, dimana keluarga ini merupakan sumber utama dari sekian sumber-sumber
pendidikan nalar seorang anak. Keluarga ini juga dinilai sebagai lapangan pertama, dimana di dalamnya seorang anak akan menemukan pengaruh-
pengaruh dan unsur-unsur kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya.
12
10
Ramayulis Dkk, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta: Radar Jaya Offset, h. 86-87.
11
Singgih D. Gunasa, Yulia Singgih D. Gunasa, Anak Remaja dan Keluarga,Jakarta: Penerbit Libri, 2011 , h. 93.
12
Asy-Syaih Fuhaim Musthafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim, Terj. Abdillah Obid, Jakarta: Mustaqim, 2004, h. 42.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang bersifat kodrati, karena antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik
terdapat hubungan darah. Karena itu kewenangannya pun bersifat kodrati pula. Sifat yang demikian, membawa hubungan antara pendidik dan
terdidik menjadi sangat erat. Fungsi lembaga pendidikan keluarga, antara lain yaitu:
1. Merupakan pengalaman pertama pada masa kanak-kanak, lembaga pendidikan
keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.
2. Di dalam keluarga menjamin kehidupan emosi anak, kehidupan emosional ini
merupakan salah satu faktor yang penting di dalam membentuk pribadi sesorang.
3. Menanamkan dasar pendidikan moral, di dalam keluarga juga merupakan
penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontohi anak.
4. Memberikan dasar pendidikan sosial, di dalam kehidupan keluarga, merupakan
basis yang sangat penting dalam peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada dasarnya keluarga merupakan lembaga sosial resmi yang minimal
terdiri dari ayah, ibu dan anak. 5.
Peletak dasar-dasar keagamaan, masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama. Anak-anak dibiasakan
ikut serta ke masjid bersama-sama untuk menjalankan ibadah, mendengar ceramah keagamaan kegiatan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap
keperibadian anak.
13
Lingkungan rumah khususnya orangtua menjadi teramat penting sebagai “tempat persemaian” dari benih-benih yang akan tumbuh dan
berkembang lebih lanjut. Namun orangtua seringkali terlalu memercayakan perkembangan dan pendidikan anak kepada orang lain.
14
13
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, ..h. 39-43
14
Singgih, Yulia Singgih, Anak Remaja Dan Keluarga... h. 92
Sebagaimana hakikat dari perkembangan yang membutuhkan campur tangan orang-orang yang ada di sekeliling kehidupan anak, yakni yang pertama
dan terutama adalah orang tuanya sendiri, demikian pula dalam usaha mempersiapkan anak menghadapi remaja. Dalam hal ini, orang tua tentu saja
meliputi ayah dan ibu. Masa remaja merupakan masa yang dalam kondisi bimbang dan
gamang, biasanya kondisi seperti ini akan mudah terpengaruh oleh lingkungannya baik pengaruh positif atau negatif. Jika tidak diiringi dengan
bimbingan keagamaan secara baik maka akan menjadi berbahaya terhadap pembentukan mentaljiwa remaja.
Sikap beragama remaja merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seorang remaja yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang
berkaitan dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen kognitif,
perasaan terhadap agama sebagai komponen efektif dan perilaku terhadap agama sebagai komponen kognatif. Di dalam sikap keagamaan antara
komponen kognitif, efektif dan kognatif saling berintegrasi sesamanya secara kompleks.
15
Melihat lingkup tanggung jawab pendidikan Islam yang meliputi kehidupan dunia dan akhirat dalam arti yang luas dapatlah diperkirakan bahwa
para orang tua tidak mungkin dapat memikulnya sendiri secara “sempurna”, lebih-lebih dalam masyarakat yang senantiasa berkembang maju. Hal ini
bukanlah merupakan aib karena tanggung jawab tersebut tidaklah harus sepenuhnya dipikul oleh orangtua secara sendiri-sendiri, sebab mereka,
sebagaimana manusia mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Namun demikian patutlah diingat bahwa setiap orang tua tidak dapat mengelakkan tanggung
jawab itu. Artinya, pada akhirnya, betapapun juga, tanggung jawab pendidikan itu berada dan kembali atau terpulang kepada orang tua juga.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak. Di sekolah anak akan mendapatkan pendidikan yang intensif. Sekolah merupakan
15
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, cet. Ke-7, h. 96.