Bentuk-Bentuk Tipologi Kepribadian dalam Islam
Upaya-upaya pengembangan fase ini adalah: a
Mencari pasangan hidup yang baik, segera menikah secara sah setelah cukup umur.
b Membangun keluarga yang sakinah.
c Senantiasa berdoa kepada Allah agar diberi keturunan yang baik.
Kedua, Fase pra-natal, yaitu fase perkembangan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran.
Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini adalah sebagai berikut:
a Memelihara lingkungan psikologis yang ssakinah, rahmah dan
mawaddah, agar secara psikologis janin dapat berkembang secara normal. Bayi yang lahir dari keluarga broken home akan mewarisi
sifat-sifat atau karakter orang tua yang buruk. b
Senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat, terutama bagi ibu, agar janinnya mendapat nur hidayah dari Allah
Swt. Ketiga, Fase neo-natus, dimulai kelahiran sampai kira-kira minggu
keempat. Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini yang dilakukan orang tua adalah:
a Membaca azan di telinga kanan dan membaca iqamah di telinga
kiri ketika anak baru lahir. b
Memotong akikah yaitu menunjukkan rasa syukur kepada Allah juga sebagai lambing atau symbol pengorbanan dan kepedulian
sang orang tua terhadap kelahiran bayinya c
Memberi nama yang baik, yaitu nama secara psikologis mengingat atau berkolerasi dengan perilaku yang baik,
d Memberi ASI sampai usia dua tahun, selain itu ASI memiliki
komposisi gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Keempat, Fase kanak-kanak, fase kanak-kanak, yaitu fase yang
dimulai usia sebulan sampai usia sekitar tujuh tahun. Upaya-upaya pengembangan kepribadian pada fase ini adalah:
a Menumbuhkan potensi-potensi indera dan psikologis, seperti
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Tugas orang tua adalah bagaimana cara merangsang pertumbuhan berbagai potensi tersebut
agar anak mampu berkembang secara maksimal. b
Mempersiapkan diri dengan cara membiasakan dan melatih hidup yang baik, seperti dalam berbicara, makan, bergaul dan berprilaku.
Ketiga, pengenalan aspek-aspek doctrinal agama, terutama yang berkaitan dengan keimanan, melalui metode cerita dan uswah
hasanah. Kelima, Fase tamyiz, yaitu fase di mana anak mulai mampu
membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, fase ini dimulai usia sekitar tujuh tahun sampai 12 atau 13 tahun. Upaya-upaya
pengembangan kepribadian adalah sebagai berikut: a
Mengubah persepsi konkret menuju pada persepsi yang abstrak, misalnya persepsi mengenai ide-ide ketuhanan, alam akhirat dan
sebagainya. b
Pengembangan ajaran-ajaran normatif agama melalui institusi sekolah, baik yang berkenaan dengan aspek kognitif, efektif
maupun psikomotorik. Keenam, fase baligh, yaitu fase di mana usia anak telah sampai
dewasa. Usia ini anak telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberi beban tanggung jawab taklif. Upaya-upaya
pengembangan kepribadian pada fase ini adalah: a
Memahami segala titah al-khithab AllahSwt, dengan memperdalam ilmu pengetahuan.
b Menginternalisasikan keimanan dan pengetahuan dalam tingkah
laku nyata, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga, komunitas sosial, alam semesta, maupun pada Tuhan.
c Memiliki kesedian untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah
diperbuat.