Dampak tunjangan sertifikasi terhadap gaya hidup konsumtif di Yayasan Sa’adatuddarain

Sikap ini akan membawa yang tidak baik untuk diri sendiri dan pengajaran karena akan terbawa dalam keseharian. Dapat disimpulkan bahwa dampak sertifikasi yang terjadi pada guru- guru di Yayasan Sa’adatudarain dapat dikatakan mengakibatkan perubahan yang signifikan dalam gaya hidupnya terutama pada hal perilaku konsumtif. Dana tunjangan yang cair tiap enam bulan sekali tersebut sangat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan lain yang tidak cukup bila hanya mengandalkan remunerasi gaji tiap bulan dari sekolah. Keinginan dan hasrat manusiawi seseorang untuk terlihat tampil beda di depan orang lain dapat memicu munculnya perilaku konsumtif pada diri siapapun termasuk guru, terlebih lagi dengan adanya tunjangan yang didapatkan sekaligus dalam jumlah besar. Namun, tidak semua guru yang telah mendapatkan tunjangan sertifikasi dapat berubah pola perilakunya menjadi konsumtif. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat jawaban angket responden pada tiap indikatornya. Hampir semua indikator yang mengarah kepada perilaku konsumtif tidak menggambarkan 100 guru-guru sertifikasi adalah negatif. Hal ini menggambarkan bahwa hanya sebagian saja guru-guru sertifikasi yang memiliki kecenderungan untuk memiliki gaya hidup perilaku konsumtif ketika sudah mendapatkan dana atau tunjangan itu terbatas menurut aspek- aspek keempat tersebut namun dengan data jumlah anak dan kehidupan di Jakarta tidak menyebabkan hal tersebut dijadikan guru-guru yang telah bersertifikasi disebut berperilaku konsumtif.

3. Solusi untuk mengatasi dampak sertifikasi terhadap gaya hidup konsumtif guru.

Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern dan seperangkat praktik dan sikap yang masuk akal dalam konteks waktu. Namun, tidak dapat dipungkiri dan merupakan hal yang wajar dan lumrah jika para guru mendapatkan apresiasi lebih dari pemerintah berupa tunjangan sertifikasi, apalagi pada guru yang bekerja di sekolah swasta dan remunerasi gaji tiap bulannya tidak sebesar yang didapatkan oleh guru yang bekerja di sekolah negeri. Keinginan untuk menjadi sederajat dengan guru yang bekerja di sekolah negeri pasti dirasakan oleh tiap guru yang bekerja di sekolah swasta, sehingga perilaku konsumtif yang terjadi di sekolah swasta termasuk dalam kategori yang dimaklumi adanya. Namun, yang unik adalah tidak semua guru menyalahgunakan apa yang telah didapatkannya tersebut sebagaimana data yang telah dipaparkan di atas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dijelaskan pula mengenai solusi dari hal tersebut, yaitu: a. Pengarahan oleh pemerintah atau pengelola program sertifikasi guru untuk meningkatkan kinerja guru yang telah mengikuti program sertifikasi yaitu dengan cara membuat peraturan bahwa setiap guru sertifikasi wajib memiliki laptop, atau kursus komputer bagi guru sertifikasi yang belum mampu mengoperasikan komputer dengan baik, sehingga mereka dapat memperbaiki dan mengembangkan kegiatan belajar-mengajar yang ada. Jadi, harus seimbang antara apa yang mereka dapatkan dengan apa yang mereka harus kembangkan dalam bidang profesinya. b. Hendaknya para guru memberikan contoh yang terbaik pada muridnya dengan mengajarkan pola hidup hemat dan mengatur keuangan dengan baik sejak dini, karena perilaku konsumtif merupakan perilaku yang telah tertanam dan berkembang menjadi kebiasaan yang kurang baik. Dengan mengajarkan hal tersebut kepada siswa maka secara tidak langsung guru mengingatkan dirinya sendiri mengenai dampak negatif yang terjadi akibat konsumsi yang berlebihan, sehingga para guru pun dapat mengendalikan dirinya dalam konsumsi kebutuhan dan keinginan ketika mendapatkan tunjangan sertifikasi. c. Fenomena perilaku konsumtif bukan hanya terjadi pada guru sertifikasi, tetapi sudah terjadi pada tiap lapisan anggota masyarakat nasional. Oleh karena itu, maka pemerintah hendaknya mengarahkan masyarakat agar tidak berperilaku konsumtif dan mengubahnya menjadi perilaku produktif. Pada konteks guru sertifikasi ini, pemerintah terkait atau pengelola sertifikasi ini selain memberikan tunjangan guru, hendaknya juga memberikan pengarahan kepada guru untuk mengelola dana tunjangan tersebut menjadi ke arah yang lebih baik misalnya mengarahkan guru untuk menjadi produktif dengan menanamkan modal untuk berinvestasi sehingga keinginan untuk memiliki usaha produksi selain mengajar tumbuh dalam kepribadian seorang guru sertifikasi. d. Pemerintah atau pengelola sertifikasi hendaknya meminta laporan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan tunjangan sertifikasi kepada para guru yang mendapatkannya tiap enam bulan sekali atau tiap akan mengajukan pencairan dana sertifikasi. Hal ini sepatutnya dilakukan agar penggunaan dana tunjangan sertifikasi menjadi lebih terkontrol dengan baik.