tingkatan ingin tampak berbeda dengan orang lain cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban angket respoden yang mengukur keinginnan untuk
tampak berbeda dengan orang lain Aspek atau dimensi yang keempat adalah kebanggaan diri. Pada aspek
ini dijelaskan mengenai bagaimana orang biasanya akan merasa bangga apabila ia dapat memiliki barang yang berbeda dari orang lain, terlebih lagi
apabila barang tersebut jauh lebih bagus dan lebih bergengsi daripada milik orang lain. Dari interpretasi data aspek kebanggaan diri diperoleh angka
persentase 57,4. Dengan demikian bisa diartikan tingkatan kebanggaan diri guru sertifikasi dalam gaya hidup perilaku konsumtifnya cukup tinggi. Hal ini
terlihat dari hasil jawaban angket responden yang mengukur tingkat kebanggaan diri seseorang ketika membeli suatu produk atau barang.
2. Dampak tunjangan sertifikasi terhadap gaya hidup konsumtif di Yayasan Sa’adatuddarain
Sertifikasi pada dasarnya mengacu pada sebuah proses pemberian pengakuan terhadap suatu profesi tertentu sebagai bukti kelayakan yang
bersangkutan untuk melakukan praktik profesinya. Bagi pendidik, maka sertifikasi merupakan pengakuan terhadap profesi pendidik sekaligus
pemberian izin untuk melaksanakan praktik mendidik. Salah satu manfaat dari sertifikasi adalah memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus
ujian sertifikasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan guru. Akan tetapi, penulis menemukan hal menarik di sini yang berkaitan mengenai
tunjangan profesi guru yang dengan tunjangan tersebut apakah gaya hidup konsumtif guru mendapatkan dampak negatif atau positif.
Dari hasil angket diperoleh interpretasi data dari aspek konsumsi yang berlebihan 69. Dengan demikian bisa diartikan tingkatan sangat tinggi. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa pengajar diYayasan sa’adatuddarain. Seperti yang dilakukan oleh salah seorang responden yaitu
Ibu Elis Maryam, beliau menuturkan bahwa dengan adanya tunjangan tersebut sangat merasakan manfaat yang lebih dari sebelumnya, walaupun
tunjangan sertifikasi tersebut cair dalam jangka waktu tiga bulan atau enam bulan. Namun, untuk guru yang mengikuti program sertifikasi dengan
sebagian banyak adalah wanita yang juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga maka hal tersebut dianggap sangat membantu untuk menunjang biaya
rumah tangga yang tidak cukup jika hanya mengandalkan remunerasi gaji tiap bulannya dari sekolah. Meskipun dana tunjangan sertfikasi tersebut
banyak digunakan untuk kepentingan rumah tangga, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar guru wanita yang telah mendapatkan dana setifikasi
memiliki hasrat dan keinginan untuk membeli barang atau produk untuk kepentingan dirinya.
Dari interpretasi data aspek pembelian bukan kebutuhan melainkan keinginan yaitu 54,6 atau termasuk dalam kategori cukup tinggi. Hal ini
sesuai dengan wawancara kepada salah satu guru sertifikasi, yaitu Ibu Safaria , yang mengatakan di sekolah bukan hanya tempat proses pembelajaran yang
terjadi, tetapi penjualan yang dapat menarik siapapun untuk membeli yang bukan dengan pembayaran uang tunai cash melainkan dengan sistem kredit.
Dengan adanya hal yang demikian juga memicu untuk meningkatkan hasrat membeli bukan untuk kebutuhan semata melainkan hanya memenuhi
keinginan pribadi. Dengan adanya tunjangan sertifikasi tersebut guru tidak perlu takut untuk membayar itu semua karena adanya tunjangan lebih tersebut
yang bisa diandalkan. Dari interpretasi data aspek tampil beda dengan orang lain yaitu 58,4
atau termasuk dalam kategori cukup tinggi. Hal ini juga terlihat dari guru- guru yang sangat memperhatikan penampilan fisiknya, dimana mereka sering
tampil dengan dandanan fashion yang trendy. Terlihat juga perbedaan seorang guru wanita yang sudah bersertifikasi dengan yang belum, terlihat
dengan memiliki motor yang digunakan untuk ke sekolah tersebut. Dari interpretasi data aspek kebanggaan diri yaitu 57,4 atau termasuk
dalam kategori cukup tinggi. Orang biasanya akan merasa bangga apabila ia dapat memiliki barang yang berbeda dari orang lain, terlebih lagi apabila
barang tersebut jauh lebih bagus dan lebih hebat daripada milik orang lain.
Sikap ini akan membawa yang tidak baik untuk diri sendiri dan pengajaran karena akan terbawa dalam keseharian.
Dapat disimpulkan bahwa dampak sertifikasi yang terjadi pada guru- guru di Yayasan Sa’adatudarain dapat dikatakan mengakibatkan perubahan
yang signifikan dalam gaya hidupnya terutama pada hal perilaku konsumtif. Dana tunjangan yang cair tiap enam bulan sekali tersebut sangat diandalkan
untuk memenuhi kebutuhan lain yang tidak cukup bila hanya mengandalkan remunerasi gaji tiap bulan dari sekolah. Keinginan dan hasrat manusiawi
seseorang untuk terlihat tampil beda di depan orang lain dapat memicu munculnya perilaku konsumtif pada diri siapapun termasuk guru, terlebih lagi
dengan adanya tunjangan yang didapatkan sekaligus dalam jumlah besar. Namun, tidak semua guru yang telah mendapatkan tunjangan
sertifikasi dapat berubah pola perilakunya menjadi konsumtif. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat jawaban angket responden pada tiap indikatornya.
Hampir semua indikator yang mengarah kepada perilaku konsumtif tidak menggambarkan 100 guru-guru sertifikasi adalah negatif. Hal ini
menggambarkan bahwa hanya sebagian saja guru-guru sertifikasi yang memiliki kecenderungan untuk memiliki gaya hidup perilaku konsumtif
ketika sudah mendapatkan dana atau tunjangan itu terbatas menurut aspek- aspek keempat tersebut namun dengan data jumlah anak dan kehidupan di
Jakarta tidak menyebabkan hal tersebut dijadikan guru-guru yang telah bersertifikasi disebut berperilaku konsumtif.
3. Solusi untuk mengatasi dampak sertifikasi terhadap gaya hidup konsumtif guru.
Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern dan seperangkat praktik dan sikap yang masuk akal dalam konteks
waktu. Namun, tidak dapat dipungkiri dan merupakan hal yang wajar dan lumrah jika para guru mendapatkan apresiasi lebih dari pemerintah berupa
tunjangan sertifikasi, apalagi pada guru yang bekerja di sekolah swasta dan remunerasi gaji tiap bulannya tidak sebesar yang didapatkan oleh guru yang