Pasca Reformasi Perkembangan Pengaturan Cukai Tembakau

Penetapan tarif cukai tembakau pada peraturan ini ditetapkan berdasarkan Harga Jual Eceran HJE. Namun, dapat juga ditetapkan per batangnya apabila diatur dalam peraturan menteri keuangan. Apabila dihitung-hitung cukai tembakau jika dikenakan berdasarkan Harga Jual Eceran dan per batang rokok, maka hasil yang didapat adalah sama atau tidak jauh berbeda.

4. Pasca Reformasi

Penerapan cukai tembakau pada masa pasca reformasi atau dapat disebut pada saat sekarang ini ditetapkan dengan Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Pasal yang mengatur tentang cukai tembakau adalah terdapat pada Pasal 5, yang menyebutkan bahwa : 1 “Barang kena cukai berupa hasil tembakau dikenai cukai berdasarkan tarif paling tinggi : a. Untuk yang dibuat di Indonesia : 1. 275 dua ratus tujuh puluh lima persen dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau 2. 57 lima puluh tujuh persen dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah Harga Jual Eceran. b. Untuk yang diimpor : 1. 275 dua ratus tujuh puluh lima persen dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk; atau 2. 57 lima puluh tujuh persen dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran. 2 Barang kena cukai lainnya dikenai cukai berdasarkan tarif paling tinggi : a. Untuk yang dibuat di Indonesia : 1. 1.150 seribu seratus lima puluh persen dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau 2. 80 delapan puluh persen dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran. Universitas Sumatera Utara b. Untuk yang diimpor : 1. 1.150 seribu seratus lima puluh persen dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk; atau 2. 80 delapan puluh persen dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran. 3 Tarif cukai sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dapat diubah dari persentase harga dasar menjadi jumlah dalam rupiah untuk setiap satuan barang kena cukai atau sebaliknya atau penggabungan dari keduanya. 4 Penentuan besaran target penerimaan negara dari cukai pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN dan alternatif kebijakan Menteri dalam mengoptimalkan upaya mencapai target penerimaan, dengan memperhatikan kondisi industri dan aspirasi pelaku usaha industri, disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR- Republik Indonesia untuk mendapat persetujuan. 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran tarif cukai sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, serta perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diatur dengan peraturan menteri”. 70 Ketentuan cukai tersebut di atas digunakan sebagai pungutan negara yang digunakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik sesuai dengan undang-undang merupakan penerimaan negara guna mewujudkan kesejahteraan bangsa. Hal tersebut adalah memberikan kepastian hukum dan keadilan serta menggali potensi penerimaan cukai. Untuk penetapan harga dasar dan tarif cukai hasil tembakau ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 43PMK.042005, pada peraturan ini dilakukan pembagian jenis-jenis hasil tembakau, penggolongan pengusaha pabrik hasil tembakau, nilai tarif cukai dan batasan harga jual eceran hasil tembakau buatan dalam negeri dan luar negeri, batasan harga jual eceran dan tarif cukai hasil tembakau yang diimpor maupun tidak. Peraturan ini diubah dengan Peraturan Menteri 70 Pasal 5 Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4755. Universitas Sumatera Utara Keuangan No. 118PMK.042006 pada tahun 2006, diubah kembali pada tahun 2007 dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 134PMK.042007. Pada tahun 2008 dikeluarkan peraturan baru yang mengatur tentang tarif cukai hasil tembakau dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 203PMK.0112008 dan diubah kembali pada tahun 2009 dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 181PMK.0112009. Perubahan yang dilakukan berulang-ulang ini dimaksudkan untuk mengikuti perubahan perekonomian negara mengikuti inflasi dan kenaikan harga yang terjadi. Hal-hal yang diubah adalah mengenai tarif dasarnya. Mengenai pengaturan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau DBH CHT diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 84PMK.072008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau DBH CHT Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau DBH CHT. Tata urutan pelaksanaan pembagian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau DBH CHT ke daerah diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 126PMK.072010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah. Untuk pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai tanggapan setiap departemen pemerintahan yang berbeda-beda mengenai perubahan atau kenaikan cukai hasil tembakau yang diterapkan.

B. Paradigma Kebijakan Tarif Cukai Hasil Tembakau