Tabel 4 Target dan Realisasi Penerimaan Cukai
Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2005-2010
Tahun Target
Rp. Triliun Realisasi
Rp. Triliun Rasio Cukai
Persen
2005 32.24
33.26 103.16
2006 38.52
37.80 98.13
2007 42.03
44.70 106.35
2008 45.72
51.25 112.10
2009 53.30
- -
Sumber : Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2010.
Dari sisi penerimaan negara, benar bahwa penerimaan negara melalui cukai sangat tinggi dan terealisasi dengan baik. Departemen keuangan sudah bekerja
dengan baik sehingga dana tersebut mendapatkan angka yang baik. Namun, tanpa disadari oleh pemerintah kebijakan tersebut dapat menyulitkan Industri Hasil
Tembakau untuk bertahan.
2. Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam hal kebijakan tarif cukai hasil tembakau berperan dalam hal merumuskan Roadmap Industri Hasil Tembakau
yang merupakan aplikasi dari prioritas atas aspek tenaga kerja, penerimaan dan kesehatan, diantaranya dengan menghilangkan rokok ilegal dan pita cukai palsu.
Beredarnya rokok ilegal dan pita cukai palsu berarti tidak ada penerimaan negara dari sektor cukai tembakau.
Beredarnya rokok ilegal dan pita cukai palsu yang merupakan hambatan dari penerimaan negara pasti membuat gerah pemerintah, maka Pemerintah melalui
Departemen Perindustrian dan Perdangangan mengeluarkan rencana kerja di dalam
Universitas Sumatera Utara
Roadmap Industri Hasil Tembakau tersebut yang terbagi dalam beberapa jangka waktu, yaitu
74
: a.
Tahun 2007-2010 yang merupakan jangka pendek, urutan prioritas pada aspek : tenaga kerja – penerimaan negara – kesehatan.
b. Tahun 2010-2015 atau jangka menengah, urutan prioritas pada aspek :
penerimaan negara – kesehatan – tenaga kerja. c.
Tahun 2015-2020 atau jangka panjang, prioritas pada aspek kesehatan melebihi aspek tenaga kerja dan penerimaan negara.
Disamping penerimaan negara menjadi berkurang, persaingan bisnis hasil tembakau juga menjadi tidak sehat karena produk tembakau ilegal bisa menjual
dengan harga lebih murah dari yang legal. Bila hal ini terjadi maka jumlah produk hasil tembakau di pasaran meningkat, dan masyarakat dapat memperoleh dengan
mudah akibatnya berdampak pada kesehatan masyarakat karena konsumsi tembakau yang meningkat.
75
Kerugian negara dari tindak pidana terkait pita cukai palsu yang ditangani Ditjen Bea dan Cukai selama 2009 mencapai sekitar Rp. 1,5 triliun. Kerugian tersebut
adalah dari penggerebekan percetakan pita cukai palsu yang dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Peredaran pita cukai palsu tersebut terus meningkat dari tahun ke
tahun dengan melihat tabel di bawah ini. Apabila dilihat dari cara memproduksi pita
74
Departemen Perindustrian Republik Indonesia, “Roadmap Industri Pengolahan Tembakau”, Jakarta : Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009, hal. 21, dalam Ningrum Natasya Sirait,
et.al., Op.cit., hal. 203.
75
Ibid., hal. 204.
Universitas Sumatera Utara
cukai tersebut adalah dengan menjalankan kegiatan pita cukai palsu secara tertutup dengan kedok kegiatan penjualan.
76
Tabel 5 Kasus Pita Cukai Palsu dari Tahun 2006 – Juli 2009
Tahun Jumlah Kasus yang Ditangani
2006 31
2007 146
2008 750
2009 415
Sumber :
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Republik Indonesia, 2010.
Disini Departemen Perindustrian dan Perdagangan lebih berperan dalam menjaga kestabilan penerimaan negara dalam hal cukai hasil tembakau. Dapat dilihat
pada Tabel 5 di atas bahwa proses law enforcement begitu gencar dilakukan oleh Dirjend Bea dan Cukai bersinergi dengan POLRI Kepolisian Republik Indonesia
dalam melakukan pengawasan pita cukai palsu tersebut. Setiap departemen pemerintahan mempunyai pandangan yang berbeda-beda
dalam hal cukai hasil tembakau tersebut dikarenakan ada tugas yang berbeda pula pada setiap departemennya. Perbedaan persepsi yang ada ini tidak mungkin untuk
disatukan melihat perbedaan tanggung jawab dan wewenang dari setiap departemen.
3. Departemen Pertanian