1. Peredaran Rokok Illegal dan Pita Cukai Palsu 83
2. Kebijakan yang Kurang Mendukung 85
3. Peraturan Daerah tentang Larangan Merokok 91
C. Pengaruh Eksternal 93
1. Liberalisasi Perdagangan Dunia 93
2. Framework Convention on Tobacco Control 102
3. Trend Akuisisi Perusahaan Rokok Nasional oleh Investor Asing 117
BAB IV : KETENTUAN PEMBAGIAN
CUKAI HASIL
TEMBAKAU DITINJAU DARI ASPEK KEADILAN BAGI SUMATERA UTARA
SEBAGAI DAERAH PENGHASIL TEMBAKAU DAN LOKASI INDUSTRI
HASIL TEMBAKAU
DALAM KERANGKA
KEBIJAKAN TARIF 119
A. Cukai Tembakau dan Retribusi Daerah 119
B. Tarif Cukai Hasil Tembakau yang Single Tariff 124
C. Aspek Keadilan Terhadap Kebijakan Tarif Cukai Hasil Tembakau 127
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
134 A. Kesimpulan
134 B. Saran
137
DAFTAR PUSTAKA 139
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Perkembangan Pengaturan Cukai Tembakau 41
Tabel 2 Golongan Pengusaha Hasil Tembakau
52 Tabel 3
Perbandingan Kenaikan Tarif Cukai Hasil Tembakau Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 203PMK.0112008 dan PMK No.
181PMK.0112009 53
Tabel 4 Target dan Realisasi Penerimaan Cukai APBN 2005 – 2010
59
Tabel 5 Kasus Pita Cukai Palsu dari Tahun 2006 – Juli 2009
61 Tabel 6
Penetapan Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2009
65
Tabel 7 Perusahaan Tembakau Teratas Tahun 1999
73 Tabel 8
Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 – 2009
119
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Kemajemukan Hukum di Indonesia sebelum Abad VII – 2008
40
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS HUKUM KEBIJAKAN TARIF CUKAI TERHADAP INDUSTRI HASIL TEMBAKAU DI SUMATERA UTARA
Agung Yuriandi Ningrum Natasya Sirait
Runtung Sitepu Mahmul Siregar
ABSTRAK
Tembakau adalah jenis komoditi yang dikenakan cukai oleh negara. Penerapan cukai terhadap tembakau sudah dilaksanakan pada zaman kerajaan di
Indonesia. Indonesia menyumbang 2,1 dari persediaan tembakau di seluruh dunia. Industri Hasil Tembakau berkontribusi bagi penerimaan negara melalui cukai. Dari
sisi penerimaan negara berupa devisa, nilai ekspor tembakau dan hasil tembakau juga memegang peranan yang cukup penting. Industri Hasil Tembakau memiliki
sumbangan yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja juga sebagai salah satu objek yang dapat dijadikan sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang
berkaitan dengan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.
Namun, ada tekanan dari luar untuk meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control yang tidak lain adalah untuk mengendalikan dampak negatif dari
rokok ditinjau dari segi kesehatannya. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan Roadmap Industri Hasil Tembakau 2007-2020 dengan visi untuk mewujudkan
Industri Hasil Tembakau yang kuat dan berdaya saing di pasar dalam negeri dan global dengan tidak mengenyampingkan aspek kesehatan. Disamping Roadmap
Industri Hasil Tembakau 2007-2020 Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 181PMK.0112009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau
untuk meningkatkan penerimaan negara dalam bentuk cukai.
Kebijakan pemerintah tersebut dinamakan kebijakan tarif tunggal single tariff policy yang memberatkan industri hasil tembakau sedangkan penerimaan negara
dapat ditingkatkan. Kebijakan single tariff tersebut menyulitkan Industri Hasil Tembakau yang ada di Sumatera Utara karena merupakan industri skala kecil dan
menengah. Sudah pasti tidak adil bagi daerah Sumatera Utara yang industrinya merupakan skala kecil dan menengah yang rentan terhadap perubahan harga. Dengan
adanya perubahan harga maka konsumen rokok pada industri kecil dan menengah akan mencari substitusi produk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : perlu adanya kajian terhadap penerapan single tariff dan kebijakan yang berdasarkan pada pendapatan negara.
Dengan cara mengimbangi antara tujuan meningkatkan pendapatan negara dengan kepentingan masyarakat, pemerintah daerah, dan industri hasil tembakau itu sendiri;
sebaiknya pemerintah daerah melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk memperbaiki iklim usaha dengan cara mengurangi transaction cost yang ditimbulkan
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
oleh peraturan daerah dan memperbaiki infrastruktur investasi di Sumatera Utara; dan melakukan peninjauan ulang terhadap alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau yang diterima oleh Pemerintah Daerah dengan mempertimbangkan dampak yang diterima oleh lingkungan daerah Industri Hasil Tembakau itu berdiri,
juga diperlukan studi lebih lanjut untuk mendapatkan besaran atau porsi yang baik dalam menentukan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang lebih adil bagi
daerah Sumatera Utara. Kata Kunci
: - Kebijakan Tarif Tunggal -
Industri Hasil Tembakau -
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
Universitas Sumatera Utara
LEGAL ANALYSIS OF INDUSTRIAL POLICY RATES EXCISE OF TOBACCO PRODUCTS INDUSTRY IN NORTH SUMATRA
Agung Yuriandi Ningrum Natasya Sirait
Runtung Sitepu Mahmul Siregar
ABSTRACT
Tobacco is the kind of commodities subject to excise duty by the government. The application of excise duty on tobacco has been conducted in the days of empire
in Indonesia. Indonesia accounted for 2,1 of the woldwide supply of tobacco. The tobacco industry is contribute to the government revenue through excise. In terms of
state revenue in the form of foreign exchange, export value of tobacco and tobacco result also holds an important role. The tobacco has a large contribution to labor
absorption also as one of the objects that can be used as source of Revenue for Regional Real Income associated with the Fund For The Tobacco Excise Results.
However, there is pressure from outside to ratify the Framework Convention on Tobacco Control which is none other than to control the negative impacts of
smoking in terms of health. Therefore, the government issued a Tobacco Product Industries Roadmap 2007-2020 with the vision to realize the Tobacco Industry,
strong and competitive in the domestic and global markets with no waive the health aspects. Besides Roadmap 2007-2020 of Tobacco Product Industries Government
also issued a Regulation of the Minister of Finance No. 181PMK.0112009 about Tobacco Excise Tariff to Boost Government Revenues In The Form of Excise Duty.
The government policy is called single tariff policy that hold the tobacco industry can be enhanced while government take the revenue. Single Tariff Policy is
complicated for Tobacco Product Industries in North Sumatra due to the Small and medium scale of industries. It is certainly not fair to the industrial region of North
Sumatra is a small scale and medium enterprises that are vulnerable of price changes. With the change in the consumer price of cigarettes in small and medium industries
will find the substitution products.
The results showed that : the need for study of a single application of tariff rates and policies based on government revenue. By the way of balance between the
goal of increasing government revenues with the interests of the community, local government, and the tobacco industriy itself; local government should make efforts
that aim to improve the business climate by reducing the transaction costs incurred by the local regulations and improving infrastructure investments in North Sumatra; and
conduct a review of the allocation of Profit Sharing Fund Tobacco Excise results received by the Local Government to consider the environmental impact received by
the region’s standing Tobacco Industry Results, further studies are also required to
Students Master of Law, Faculty of Law, University of North Sumatra Lecturer of Master of Law, Faculty of Law, University of North Sumatra
Universitas Sumatera Utara
obtain quantity or a good portion in determining the Sharing Fund Tobacco Excise a fairer results for the region of North Sumatra.
Key Words : - Single Tariff Policy
- Tobacco Product Industry
- Profit Sharing Fund Tobacco Excise
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN