Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guidelines for Consumer Protection of 1985, yang dikeluarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa PBB menyatakan bahwa “Konsumen dimanapun
mereka berada, dari segala bangsa, mempunyai hak-hak dasar sosialnya”. Yang dimaksud hak-hak dasar tersebut adalah hak untuk mendapatkan informasi yang
jelas, benar, dan jujur; hak untuk mendapatkan ganti rugi; hak untuk medapatkan kebutuhan dasarnya; hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan bersih
serata kewajiban untuk menjaga lingkungan; dan hak untuk mendapatkan pendidikan dasar. PBB menghimbau kepada semua negara anggotanya untuk
memberlakukan hak-hak konsumen tersebut di negaranya masing-masing
1
Permasalahan yang kini dihadapi konsumen, terutama konsumen di Indonesia, tidak hanya sekedar bagaimana pemilihan barang, tetapi jauh lebih
kompleks dari itu yaitu menyangkut kesadaran semua pihak, baik itu pengusaha, pemerintah maupun konsumen sendiri tentang betapa pentingnya dilaksanakan
perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, aman bagi
konsumen, mengikuti standar yang berlaku, dan harga yang sesuai pula reasonable. Pemerintah menyadari bahwa diperlukan suatu produk perundang-
undangan, baik itu berupa Undang-Undang maupun peraturan pelaksananya yang .
1
Tini Hadad, Dalam AZ. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Yogyakarta : Diadit Media, 2001, hlm vii.
Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
berkaitan dengan berpindahnya barang atau jasa dari tangan pengusaha ke tangan konsumen. Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan
tersebut dengan baik. Konsumen juga harus sadar akan hak-hak yang mereka punya sebagai seorang konsumen sehingga dapat melakukan kontrol sosial social
control terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha serta pemerintah. Pengusaha atau Pelaku Usaha, yang dalam hal ini termasuk pula Penyedia
Pelayanan Umum public servicer. Pelayanan umum public service memang sarat dengan berbagai permasalahan, wilayah jangkauannya sendiri sangat luas
meliputi sektor profit maupun non-profit. Sedemikian luas jangkauannya sehingga tidak mudah mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap pelayanan umum.
Adanya perbedaan persepsi itu memang lumrah sebagai konsekuensi sudut pandang yang berbeda-beda, namun bukannya tidak dapat dipengertian seseorang
terhadap sesuatu hal
2
Luasnya jangkauan pelayanan umum menunjukkan betapa tidak mudahnya memberikan gambaran persepsi yang utuh dan jelas terhadap
pelayanan umum tersebut. Persepsi yang disampaikan masyarakat bisa baik, cukup ataupun buruk. Namun dengan menentukan persepsi yang demikian,
diperlukan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan karakteristik jasapelayanan yang bersangkutan serta produk hukum yang mengaturnya. Oleh karena itu,
bagian ini melihat permasalahan pelayanan umum dari sudut pandang masyarakat sebagai pemakai atau pengguna pelayanan umum yang tersedia dengan nilai tukar
yang diberikannya dalam bentuk tarif dan biaya. Uraiannya tidak mungkin menjangkau berbagai sektor pelayanan umum yang tersedia. Pekerjaan berat ini
.
2
Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, hlm.179.
Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
menjadi tangung jawab bersama, sebab menyangkut citra negara dan bangsa pada skala nasional maupun internasional
3
Untuk memperoleh gambaran yang detail tentang masalah pelayanan umum, khususnya tentang penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan
masyarakat luas, ada satu kasus yang mempunyai dimensi perlindungan konsumen sangat lemah yaitu peristiwa pemadaman aliran listrik
.
4
Ketenagalistrikan merupakan cabang produksi yang sangat penting bagi negara sebagai salah satu hasil pemanfaatan kekayaan alam yang menguasai hajat
hidup orang banyak, maka berdasarkan Undang-Undang tentang Ketenangalisrikan Nomor 5 Tahun 1985, penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh
negara, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara BUMN, melalui pemberian kuasa usaha ketenagalistikan
.
5
Sejarah Ketenagalisrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan milik Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik
untuk penggunaan mereka sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut terus berkembang menjadi untuk kepentingan umum. Diawali dengan perusahaan
swasta Belanda yaitu NV Nederlandsche Indische Gas Electicities Maatschappij NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga
listrik. .
6
Selama Perang Dunia II berlangsung, yaitu ketika pendudukan Belanda di Indonesia digantikan dengan pendudukan Jepang, secara langsung perusahaan-
3
Ibid. hlm.181.
4
Sabaruddin Juni. Perlindungan Konsumen Dilihat Dari Segi Kerugian Akibat Barang Cacat dan Berbahaya, Universitas Sumatera Utara Digital Library, 2002, hlm.7.
5
PT Perusahaan Listrik Negara Persero. 50 Tahun Pengabdian PLN, Jakarta: PLN, 1995, hlm.99.
6
Ibid, HLM. 101-103
Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh pemerintah Jepang. Dan setelah Indonesia merdeka di tahun 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut
oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan sepenuhnya kepada pemerintahan Republik Indonesia yang baru terbentuk. Pada
tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno pada waktu itu membentuk jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5
MW saja. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara BPU-PLN yang bergerak di bidang
listrik, gas dan kokas. Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik
Negara menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara PLN. Dan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1990, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa
usaha ketegalistrikan di seluruh wilayah Indonesia. Di tahun 1992, berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi,
Nomor 1134.K43MPE1992 tertanggal 31 Agustus 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis
penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum Perum menjadi Perusahaan
Perseroan Persero. Pasalnya, selama PLN sebagai Perum, perusahaan ini lebih dititikberatkan pada fungsi sosialnya dengan misi sebagai agen pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan setelah menjadi sebuah Perseroan, PLN dituntut untuk memperoleh keuntungan dalam mengelola
bisnisnya tanpa menghilangkan fungsi sosialnya melalui kebijaksanaan pentarifan yang tetap mengacu pada profit centre.
Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam kapasitasnya sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan, PLN mempunyai tugas untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum dan dapat diberi tugas untuk melakukan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik
7
Dalam prinsip-prinsip yang dianut dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 1985 tentang Ketenagalisrikan yang selanjutnya disebut dengan Undang-
Undang Ketenagalistrikan, PT. PLN selaku pemegang kuasa usaha
ketenagalistrikan wajib menyediakan tenaga listrik secara terus menerus berkesinambungan dengan mutu dan keandalan yang baik, juga wajib
memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggannya yaitu konsumen listrik. Ternyata keadaan yang sekarang terjadi di Indonesia jauh dengan apa yang yang
telah ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut. Khususnya di Sumatera Utara, keberadaan listrik di Sumatera Utara Sumut tampaknya telah menjadi ratapan
panjang bagi konsumennya. Meski telah satu dekade lamanya sejak pembangkit listrik di Sumatera Utara dibangun di tahun 1995, namun hingga saat ini belum
ada satupun tanda-tanda kehadiran pembangkit baru yang dapat menghibur hati masyarakat Sumut. Padahal, potensi Sumut memungkinkan untuk hal itu.
Penyebabnya adalah faktor ketidakmampuan PT.PLN untuk berinvestasi, karena selama ini harga jualnya kepada konsumen lebih rendah dari biaya produksi yang
dikeluarkan. Untuk itu, langkah yang paling memungkinkan agar pasokan listrik tetap dapat menerangi konsumennya adalah melakukan Gerakan Hemat Listrik
.
7
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan Dan Pemanfataan Tenaga Listrik, LN.No.24 Tahun 1989.
Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
GHL
8
Saat ini kondisi pasokan PLTGU Pulau Sicanang, Belawan hanya rata-rata 950 MW, itupun setelah mendapat bantuan pasokan listrik dari PT. Indonesia
Asahan Aluminium Inalum sebesar 45 MW. Artinya meskipun mendapatkan bantuan, PLN masih defisit sebsar 120 MW, padahal standar sistem kelistrikan
yang ideal cadangan daya mampu suatu pembangkit minimal 400 MW. Ini ditunjukkan agar apabila terjadi kerusakan dan atau pemeliharaan pada salah satu
unit pembangkit dapat diatasi dengan cepat. Ditambah lagi faktor kenaikan konsumsi energi sekitar 1,6 , angka kehilangan losses sekitar 12,64 atau 71,
20 lebih tinggi dari ketentuan nasional yang menetapkan angka besarannya 9 setiap tahunnya. Sehingga dapat dipastikan, langkah yang terpaksa dilakukan
adalah pemadaman bergilir seperti yang terjadi saat ini ; yaitu pada pukul 17.00-22.00, dimana pada rentang waktu tersebut,
penggunaan listrik mengalamai beban puncaknya sebesar 1070 MW.
9
Nilai nominal terhadap kerugian konsumen tersebut juga beragam, apakah konsumen sebagai pelanggan rumah tangga atau pelanggan bisnis. Untuk
. Akibat krisis pasokan listrik yang berdampak pada pemadaman listrik
bergilir yang dilakukan PLN kepada pelanggankonsumen listrik menimbulkan dampak negatif berupa kerugian pada pihak konsumennya. Tidak hanya
konsumen langsung pelanggan PT. PLN yang dirugikan, masyarakat yang secara tidak langsung mempunyai hubungan hukum dengan PT. PLN juga ikut
dirugikan akibat tidak berfungsinya berbagai fasilitas umum yang tenaganya mengandalkan lisrtik yang berasal dari PT. PLN, seperti lampu pengatur lalu
lintas, Stasiun Pompa Bensin Umum SPBU.
8
Hemat, Solusi Awal Krisis Sumut, POTENSI bulletin dwi bulanan PT. PLN Persero Kitlur Sumbagut, edisi Mei-Juli, No.1I tahun 2004, hlm.8.
9
Ibid.
Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
pelanggan rumah tangga, bentuk kerugian mulai dari tidak bisa mandi karena pompa air tidak berfungsi, harus membeli lilin sebagai pengganti lampu yang
padam, dan masalah kerusakan alat-alat elektronik adalah yang utama dikeluhkan. Untuk pelanggan bisnis, bentuk kerugian mulai dari produksi barang yang
berkurang karena pemadaman aliran listrik yang berdampak mesin produksi tidak dapat bekerja, dan lain sebagainya
10
Adanya ganti kerugian yang dijanjikan oleh Undang-Undang Ketenagalisrikan ternyata masih jauh dari yang diharapkan konsumen listrik.
. Tanggung Gugat PT. PLN Persero timbul karena terjadinya gangguan
dalam pelayanan yang diberikan oleh PT. PLN Persero. Gangguan ini mengakibatkan kerugian pada pelanggan. Atas kerugian ini pelanggan listrik
dapat mengajukan gugatan terhadap PT. PLN Persero atas dasar wanprestasi atau dapat juga atas dasar perbuatan melawan hukum. Untuk pembuktian ada atau
tidaknya unsur kesalahan maka PT. PLN Persero yang akan membuktikannya berdasarkan Tingkat Mutu Pelayanan dan Rekap Dasar Laporan Pemadaman,
sedangkan pelanggan listrik yang merasa dirugikan, didasarkan pada prinsip tanggung gugat yaitu dengan beban pembuktian terbalik. Pembuktian tanggung
gugat produsen karena adanya perbuatan melanggar hukum yang dilakukan secara umum dalam hukum pembuktian, yaitu membebankan kepada penggugat untuk
membuktikan adanya kesalahan tergugat yang menyebabkan kerugiannya, namun setelah lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun1999,
pembuktian tentang ada tidaknya kesalahan pelaku usaha tersebut dibebankan kepada produsen.
10
Sabaruddin Juni. Op.Cit, hlm. 8.
Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Apalagi dengan posisi konsumen yang lemah dan PT. PLN sebagai satu-satunya perusahaan pemasok listrik di seluruh wilayah Indonesia. Inilah yang menjadi
alasan bagi penulis dalam memilih topik ini, untuk melihat lebih jauh tanggung jawab PT. PLN sebagai perusahaan pemasok listrik terhadap konsumennya yang
menderita kerugian akibat kebijakan untuk mengadakan pemadaman listrik bergilir, khususnya di wilayah Sumatera Utara.
B. Perumusan Masalah