Wanprestasi Dalam Perikatan URAIAN TENTANG ASPEK PERIKATAN

Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009

B. Wanprestasi Dalam Perikatan

Salah satu unsur dari suatu perikatan adalah adanya suatu isi atau tujuan perikatan, yakni suatu prestasi yang terdiri dari tiga macam, yaitu : 44 1. Memberikan sesuatu, misalnya membayar harga, menyerahkan barang. 2. Berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang yang rusak, membangun rumah, melukis suatu lukisan untuk pemesanan. 3. Tidak berbuat sesuatu, misalnya perjanjian untuk tidak mendirikan suatu bangunan, perjanjian untuk tidak menggunakan merk dagang tertentu. Prestasi dalam suatu perikatan tersebut harus memenuhi syarat-syarat : 45 1. Suatu prestasi harus merupakan suatu prestasi yang tertentu, atau sedikitnya dapat ditentukan jenisnya. 2. Prestasi harus dihubungkan dengan suatu kepentingan. 3. Prestasi harus diperbolehkan oleh undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. 4. Prestasi harus mungkin dilaksanakan. Apabila debitur tidak dapat memenuhi prestasinya, maka dikatakan bahwa debitur tersebut melakukan wanprestasi. Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu wanprestatie. Wanprestasi memiliki pengertian yang jauh lebih luas dari sekadar cidera janji, oleh karena cidera janji hanya berbicara atau berhubungan dengan kelalaian atau ketidaklaksanaan suatu prestasi yang merupakan perikatan yang lahir dari perjanjian. Sedangkan wanprestasi itu sendiri mencakup juga pelaksaan kelalaian atau pelaksanaan prestasi yang buruk yang tidak hanya lahir dari Undang-Undang. Dalam membicarakan “wanprestasi” maka tidak akan 44 Kartini Muljadi Gunawan Widjaja II, Perikatan Pada Umumnya Jakarta, Penerbit Rajawali Pers, 2002, hlm. 97 45 Komariah, Op.Cit, hlm.150 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 terlepas dari masalah “pernyataan lalai” ingebrekke stelling dan “kelalaian” verzuim 46 Namun dalam hal ini seseorang itu tidak dengan sendirinya dalam keadaan wanprestasi, apabila ia tidak segera memenuhi prestasinya. Debitur harus ditegur . Adapun yang dimaksud dengan wanprestasi adalah keadaan dimana seseorang telah lalai untuk memenuhi kewajiban yang diharuskan oleh undang- undang. Jadi wanprestasi merupakan akibat daripada tidak dipenuhinya perikatan hukum. Jika tidak ditentukan lain daripada isi kontrak tersebut, maka seseorangdebitur harus segera memenuhi prestasi. Rumusan wanprestasi serupa dengan istilah “default” dalam bahasa Inggris. Menurut Black’s Law Dictionary. Yang dimaksud dengan “default” adalah : By it’s derivation, a failure. An omission of that which ought to be done. Specifically, the omission or failure to perform a legal or contractual duty; to observe a promise or discharge an obligation; or to perform an agreement. The terms also embraces the ideas of dishonesty, and of wrongful act. Dari pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary tersebut, dapat dilihat bahwa “default” memang tidak spesifik menunjuk hanya pada cidera janji, melainkan pada wanprestasi, atau tidak dipenuhinya suatu kewajiban hukum, yang juga memberikan arti kepada suatu indakan melawan hukum. Jadi ini berarti wanprestasi adalah suatu pengertian yang sangat luas yang tidak hanya meliputi cidera janji atau tidak melaksanakan perikatan yang lahir dari perjanjian, tetapi juga meliputi segala macam kewajiban dalam hal ini kewajiban dalam lapangan harta kekayaan yang dibebankan oleh hukum. 46 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian Bandung, Penerbit Alumni, 1986, Cetakan Kedua, hlm.60 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 atau diberitahu lebih dahulu oleh kreditur. Teguran itu disebut “sommatie” atau “aanmaning”, yakni teguran atau pemberitahuan yang dilakukan oleh kreditur kepada debitur, bahwa perikatan itu harus ditepati sesuai dengan apa yang tercantum dalam pemberitahuan tersebut. Jadi debitur dalam keadaan wanprestasi apabila ia tidak segera melakukan prestasinya dan telah ditegur atau disommatie. Sommatie dapat dilakukan dengan bebas, misalnya dengan lisan, tulisan ataupun melalui media telekomunikasi lainnya. Sommatie itu sendiri harus berisi : 1. Jangka waktu pemenuhan prestasi 2. Apa yang harus dilakukan 3. Tuntutan prestasi itu didasarkan atas hal apa. Ada empat macam bentuk wanprestasi, yaitu : 47 1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali 2. Terlambat memenuhi prestasi 3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sempurna 4. Melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban atau isi perikatan Apabila debitur melakukan wanprestasi, maka debitur dapat dikenakan sanksi-sanksi atau hukuman-hukuman : 1. Dipaksa untuk memenuhi perikatan 2. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur 3. Pembatalanpemecahan perikatan 4. Peralihan risiko 5. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di Pengadilan 47 Kartini Muljadi Gunawan Widjaja Op. Cit II, hlm.70 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Terhadap debitur yang melakukan wanprestasi, kreditur dapat memiliki tuntutan-tuntutan sebagai berikut : 48 1. Pemenuhan perjanjian 2. Pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi 3. Ganti rugi saja 4. Pembatalan perjanjian 5. Pembatalan perjanjian disertai dengan ganti rugi.

C. Perbuatan Melawan Hukum Dan Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum