Perbuatan Melawan Hukum Dan Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum

Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Terhadap debitur yang melakukan wanprestasi, kreditur dapat memiliki tuntutan-tuntutan sebagai berikut : 48 1. Pemenuhan perjanjian 2. Pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi 3. Ganti rugi saja 4. Pembatalan perjanjian 5. Pembatalan perjanjian disertai dengan ganti rugi.

C. Perbuatan Melawan Hukum Dan Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum

Dalam KUHPerdata tidak memberikan perumusan apa yang dimaksud dengan Perbuatan Melawan Hukum onrechtmatigedaad. Perumusan onrechtmatigedaad diserahkan kepada doktrin dan yurisprudensi. Oleh karena Undang-Undang tidak memberikan perumusan terhadap onrechtmatig daad, maka timbul pengertian sempit dan pengetian luas dari onrechtmatigedaad. Hoge Raad sebelum tahun 1919 merumuskan orechtmatge daad dalam Pasal 1401 Burgerlijk Wetboek Belanda sebagai berikut : Onrechtmatigedaad adalah tiap perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain atau perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri yang timbul karena undang-undang. 49 Dengan demikian, maka perbuatannya haruslah merupakan perkosaan dari hak orang lain yang berdasarkan Undang-Undang mendapatkan hak tersebut atau 48 H. Mariam Darus Badrulzaman,SH. Op.Cit,hlm.37 49 M.A Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum Jakarata : Pradnya Paramita, 1979, hlm. 21 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 bertentangan dengan kewajiban hukum yang ditentukan oleh Undang-Undang begi si pelaku sendiri. Oleh karena itu, maka onrechtmatigedaadperbuatan melawan hukum adalah sama dengan onwetmatigbertentangan dengan Undang- Undang. Pengertian ini dianggap sebagai pengertian perbuatan melawan hukum secara sempit. Pengertian ini merupakan pengaruh aliran Legisme yang berpandangan tidak ada hukum di luar Undang-Undang. Salah satu contoh dari peristiwa perbuatan melawan hukum yang ditafsirkan secara sangat sempit adalah sebagai berikut : a. Keputusan Hoge Raad tanggal 6 Januari 1905 Maatschappij Singer telah mengalami saingan dari sebuah maatschappij lainnya yang menjual mesin-mesin jahit dari lain-lain pabrik, akan tetapi telah berdagang dengan menggunakan nama Singer Maatschappij. Oleh karenanya Maatschappij Singer yang asli menuntut ganti rugi berdasarkan Pasal 1401 BW Belanda. Akan tetapi Hoge Raad menolaknya karena pada waktu itu tidak terdapat ketentuan undang-undang yang memberikan perlindungan atas hak nama perdagangan. b. Zutfense Weterleiding Arrest putusan kasasi air ledeng kota Zutfen, tanggal 10 Juni 1910, mengenai perkara sebagai berikut : Dalam sebuah rumah di kota Zutfen negeri Belanda karena iklim yang sangat dingin, pipa air dari rumah bagian bawah menjadi pecah. Pecahnya pipa saluran air ini telah menyebabkan air yang bocor meluap hingga memasuki kamar-kamar penghuninya di bagian bawah rumah tersebut. Satu-satunya keran air yang dapat menghentikan keluarnya air dari pipa bagian bawah rumah itu terletak di bagian atas rumah. Penghuninya tidak mau memenuhi permintaan untuk menutup keran Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 induk tersebut, sekalipun kepadanya telah dijelaskan bahwa dengan tidak ditutupnya keran induk tersebut akan timbul kerusakan besar pada barang yang tersimpan dalam rumah bagian bawah. Atas kejadian tersebut, penghuni rumah bagian atas telah digugat di hadapan pengadilan oleh penghuni rumah bagian bawah berdasarkan Pasal 1401 BW Belanda. Gugatan itu ditolak oleh Hoge Raad dengan alasan bahwa tidak terdapat suatu ketentuan undang-undang yang mewajibkan penghuni dari rumah tingkat atas tersebut untuk menutup keran induk tersebut. Selanjutnya mulai tahun 1919, yang dipelopori oleh Hoge Raad Belanda melalui putusannya tanggal 31 Januari 1919, terdapat pengetian perbuatan melawan hukum secara luas. Pada waktu itu terdapat perkara yang sangat menarik, yaitu perkara Cohen melawan Lidenbaum tanggal 31 Januari 1919 dimana putusan ini dapat dikatakan sebagai putusan yang revolusioner dalam hukum perdata. Perkara ini dinamakan Standaar Arrest atau Drukkere Arrest yang peristiwanya adalah sebagai berikut : Cohen dan Lidenbaum adalah kantor percetakan buku yang sedang bersaing. Perkara ini dimulai ketika Cohen menarik karyawan-karyawan Lidenbaum untuk masuk ke Cohen melalui iming-iming yang disertai dengan hadiah. Kepindahan karyawan tersebut bukannya tanpa maksud. Cohen berniat untuk mengorek segala informasi maupun data yang dimiliki oleh karyawan tersebut, khususnya yang berhubungan dengan kegiatan operasional Lidenbaum. Dari informasi yang diperoleh tersebut, Cohen merebut pangsa pasar Lidenbaum yang menyebakan Lidednbaum menjadi rugi sebab langganannya menjadi lari ke Cohen. Oleh karenya Lidenbaum menuntut ganti rugi kepada Cohen di Pengadilan Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Negeri Rechbank di Amsterdam atas tuduhan perbuatan melawan hukum Pasal 1401 BW Belanda. Dalam pengadilan tingkat pertama, Cohen dikalahkan, sebaliknya dalam tingkat banding Lidenbaum dikalahkan berdasrkan pertimbangan bahwa perbuatan karyawan tersebut telah melanggar suatu kewajiban hukum, tetapi tidak dapat dikatakan demikian tentang Cohen, karena undang-undang tidak melarangnya. Atas putusan tersebut Lidenbaum meminta kasasi ke Hoge Raad. Dalam pemeriksaan kasasi, Lidenbaum dimenangkan. Hoge Raad menyatakan bahwa perbuatan Cohen tersebut dapat dimasukkan sebagai perbuatan melawan hukum karena telah memperkosa suatu hak hukum milik orang lain secara bertentangan dengan kepatutan atau kesusilaan goede zeden atau dengan suatu kepantasan dalam masyarakat tanpa memperhatikan kepentigan orang lain indruist tegen de zorgvuldigheid, welke in het maatschappelijk verkeer betaamt ten aanzien van eens anders persoon of goed. Dalam hubungannya dengan makna memperkosa hak hukum orang lain, dapat dikemukakan bahwa dalam Nieuwe Burgerlijk Wetboek Belanda, Buku VI Pasal 162 ayat 2 telah dijelaskan bahwa “Yang termasuk perbuatan melawan hukum tersebut meliputi pelanggaran terhadap hak orang lain dan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban hukum atau dengan apa yang patut dalam lalu lintas pergaulan masyarakat menurut hukum yang tidak tertulis”. Putusan Hoge Raad Belanda tanggal 31 Januari 1919 tersebut telah memberikan suatu pengertian yang luas dari perbuatan melawan hukum. Demikian sejak adanya Standaar Arrest tersebut, maka apabila ada perkara Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 perbuatan melawan hukum akan didasarkan pada keputusan Hoge Raad tanggal 31 Januari 1919 tersebut. Di Indonesia, perbuatan melawan hukum ini tedapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yang menentukan bahwa “Setiap perbuatan melawan hukum yang oleh karenanya menimbulkan kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu mengganti kerugian”. Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai suatu hasil yang baik dalam melakukan gugatan berdasarkan perbuatan melawan hukum harus dipenuhi unsur-unsur : 50 1. Perbuatan yang melawan hukum Dengan meninjau kembali perumusan luas dari onrechtmatigedaad, maka “daad” perbuatan barulah merupakan perbuatan melawan hukum, apabila : 51 1. bertentangan dengan hak orang lain 2. bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri 3. bertentangan dengan kesusilaan baik bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda. 2. Harus ada kesalahan Pengertian kesalahan di sini adalah pengertian dalam hukum perdata, bukan dalam hukum pidana. Kesalahan dalam pasal 1365 KUHPerdata mengandung semua gradasi, dari kesalahan dalam arti “sengaja” sampai pada kesalahan dalam arti seringan-ringannya. 50 H.Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit, hlm.219 51 Ibid.hlm. 35 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Menurut hukum perdata, seorang itu dikatakan bersalah jika terhadapnya disesalkan bahwa ia telah melakukantidak melakukan suatu perbuatan yang seharusnya dihindarkan. Perbuatan yang seharusnya dilakukantidak dilakukan itu tidak terlepas dari dapat tidaknya hal itu dikira-kirakan. Dapat dikira-kirakan itu harus diukur secara objektif, artinya manusia normal dapat mengira-ngirakan dalam keadaan tertentu itu perbuatan seharusnya dilakukantidak dilakukan. Dapat dikira-kirakan juga harus diukur secara subjektif yaitu apa yang justru orang itu dalam kedudukannya dalam mengira-ngirakan bahwa perbuatan itu seharusnya dilakukantidak dilakukan. 3. Harus ada kerugian yang ditimbulkan Kerugian ini dapat bersifat materil atau kerugian immateriil. Menurut yurisprudensi, kerugian yang timbul karena perbuatan melawan hukum sama dengan ketentuan kerugian yang timbul karena wanprestasi dalam perjanjian. 4. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. Hubungan kausal ini dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata, yaitu “perbuatan yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian”. Jadi kerugian itu harus timbul sebagai akibat dari perbuatan orang tersebut. Jika tidak ada perbuatan melawan hukum, maka tidak ada akibat kerugian. Terdapat beberapa jenis penuntutan yang dapat didasarkan pada Pasal 1365 KUHPerdata. Pasal 1365 KUHPerdata memberikan kemungkinan beberapa jenis penuntutan, antara lain : Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 1. Ganti kerugian atas kerugian dalam bentuk uang. 2. Ganti kerugian atas kerugian dalam bentuk natura atau pengembalian keadaan seperti keadaan semula. 3. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah bersifat melawan hukum. 4. Larangan untuk melakukan suatu perbuatan 5. Meniadakan sesuatu yang diadakan secara melawan hukum.

D. Ganti Kerugian Yang Disebabkan Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan Hukum