Ganti Kerugian Yang Disebabkan Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan Hukum

Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 1. Ganti kerugian atas kerugian dalam bentuk uang. 2. Ganti kerugian atas kerugian dalam bentuk natura atau pengembalian keadaan seperti keadaan semula. 3. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah bersifat melawan hukum. 4. Larangan untuk melakukan suatu perbuatan 5. Meniadakan sesuatu yang diadakan secara melawan hukum.

D. Ganti Kerugian Yang Disebabkan Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan Hukum

Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi karena wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Ganti rugi karena wanprestasi diatur dalam Buku III KUHPerdata, yang dimulai dari Pasal 1246 sampai Pasal 1252 KUHPerdata. Sedangkan ganti rugi karena perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara kreditur dengan debitur. Menurut Pasal 1246 KUHPerdata, ganti rugi yang dapat dibebankan pada debitur yang wanprestasi adalah : 52 1. Kerugian yang nyata-nyata diderita oleh kreditur, yang disebut dengan Damnun Emergens 2. Keuntungan yang seharusnya diperoleh, yang disebut Lucrum Cesans Kedua jenis ganti rugi tersebut di atas tercakup akan pengertian : 52 Komariah, Op.Cit, hlm 178 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 a. Biaya Biaya adalah ongkos yang telah dikeluarkan oleh kreditur dalam perjanjian, misalnya biaya notaris, biaya perjalanan dan sebagainya. b. Rugi Rugi adalah kerugian yang telah diderita oleh kreditur akibat adanya wanprestasi. Contoh : Kerusakan barang-barang, harga barang yang sudah dibayar. c. Bunga Bunga adalah keuntungan yang seharusnya diterima oleh kreditur jika tidak terjadi wanprestasi. Ketentuan tentang biaya, rugi dan bunga ini terdapat dalam Pasal 1239 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa : “Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, kerugian, dan bunga”. Suatu wanprestasi mungkin saja menimbulkan dua faktor ganti rugi, yakni Damnun Emergens dan Lucrum Cesans. Akan tetapi ada kalanya wanprestasi hanya menimbulkan salah satu faktor ganti rugi saja, misalnya hanya menimbulkan kerugian yang nyata-nyata diderita oleh kreditur. Kreditur yang menuntut ganti rugi harus mengemukakan dan membuktikan bahwa debitur telah melakukan wanprestasi yang mengakibatkan timbulnya kerugian. Meskipun debitur wanprestasi, namun ganti rugi yang berupa biaya, rugi dan bunga yang dibebankan kepadanya harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 1247 dan 1248 KUHPerdata. Syarat-syarat tersebut adalah sebagi berikut : 1. Kerugian yang dapat diduga atau sepatutnya diduga pada waktu perikatan. Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 2. Kerugian yang merupakan akibat langsung dan serta merta daripada wanprestasi. ad. 1 Kerugian yang dapat diduga atau sepatutnya diduga pula waktu perikatannya adalah : a. Kerugian yang dapat dikenaldiketahui oleh debitur pada waktu perjanjian dibuat dengan melihat pada keadaan, kejadian dan pengalaman. b. Kerugian yang seharusnya dapat diketahui oleh manusia biasa. Dalam Pasal 1247 KUHPerdata dinyatakan bahwa debitur hanya wajib mengganti kerugian atas kerugian yang dapat diduga pada waktu perikatan dibuat, kecuali jika ada kesengajaan atau niat jahat arglist. Niat jahat arglist menurut Asser’s adalah jika debitur dengan sengaja dan sadar melanggar akan kewajibannya tanpa menghiraukan ada atau tidaknya maksud daripada debitur untuk menimbulkan kerugian. ad. 2 Kerugian yang merupakan akibat langsung dan serta merta daripada wanprestasi. Menurut Pasal 1247 KUHPerdata, meskipun wanprestasi itu disebabkan oleh kesengajaanniat jahat, debitur hanya diwajibkan mengganti kerugian yang merupakan akibat langsung dari suatu wanprestasi. Jadi antara wanprestasi dengan kerugian harus mempunyai hubungan kausal. Jika tidak, maka kerugian tidak harus diganti oleh debitur. Jadi apabila debitur wanprestasi tanpa disertai kesengajaanniat jahat, debitur hanya diwajibkan mengganti kerugian yang dapat diduga lebih dahulu. Tetapi, apabila debitur wanprestasi disertai kesengajaanniat jahat, maka debitur diwajibkan mengganti kerugian yang merupakan akibat langsung dari wanprestasi kerugian yang dapat diduga lebih dahulu merupakan bagian dari kerugian yang Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 merupakan akibat langsung dari wanprestasi. Namun demikian, debitur yang wanprestasi tidak dapat dibebani kerugian yang bukan merupakan akibat langsung dari wanprestasi. Maksud dari Pasal 1247 KUHPerdata ini seseorang tidak boleh dengan sewenang-wenang minta ganti rugi meskipun kerugian itu disebabkan oleh kesengajaanniat jahat. Jika seseorang tidak dinyatakan mempunyai maksud jahat arglist, maka ia hanya harus membayar kerugian yang dapat diduga pada waktu perikatan. Apabila maksud jahat itu terbukti, maka ia harus membayar penggantian kerugian yang terdiri atas akibat langsung dan wanprestasi. Dalam menentukan kapan suatu kerugian dianggap sebagai akibat langsung dari wanprestasi ini terdapat dua teori, yaitu : 53 A telah memukul B tanpa suatu alasan yang sah sehingga B terluka ringan yang mengeluarkan darah. Untuk menghentikan darahnya yang keluar tersebut B memerlukan sedikit kapas. Oleh karena B tidak memiliki kapas di rumahnya, ia kemudian berjalan ke tempat kediaman tetangganya terdekat yang menurutnya memiliki kapas. Dalam perjalanan ke rumah 1. Teori Conditio Sine Quanon Teori ini dikemukakan oleh Von Buri yang pada pokoknya mengatakan bahwa suatu hal adalah sebab dari suatu akibat; suatu akibat tidak akan terjadi jika sebabnya tidak ada. Jadi dalam teori ini dikenal serangkaian sebab dan akibat yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Wirjono Prodjodikoro memberikan contoh sebagai berikut : 53 M.A Moegni Djojodirdjo, Op.Cit, Hlm.83-86 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 tetangganya tersebut, secara tidak sengaja ada sebutir kelapa telah jatuh menimpa kepala B tersebut, yang mengakibatkan B meninggal seketika. Dalam pandangan teori condito sine quanon tersebut, penyebab kematian B adalah karena pukulan A kepada B, oleh karena jika A tidak memukul B, B tiak akan terluka, dan karena B tidak terluka maka B tidak akan pergi ke tempat tetangganya tersebut, selanjutnya jika B tidak pergi ke tempat tetangganya tersebut, maka B tidak akan tertimpa kelapa yang menyebabkan kematian B. Jadi dalam pandangan teori ini, suatu akibat terjadi sebagai manifestasi dari serangkaian sebab yang saling berkaitan satu dnegan yang lainnya. 2. Teori Adequate Veroorzaking 54 Dalam contoh yang dikemukan oleh Wirjono Prodjodikoro di atas, mengenai kematian B, dalam pandangan teori adequate veroorzaking adalah jelas bahwa seseorang tidak mungkin dapat memperkirakan bahwa oleh karena pukulan A tersebut, B telah meninggal dunia. Dalam pandangan teori adequate veroorzaking, kematian B adalah sebagai akibat dari jatuhnya sebutir kelapa di atas kepala B, dan bukan karena A memukul B. Setiap orang tidak memperkirakan bahwa dengan dipukulnya B oleh A, B akan pergi menuju rumah Teori ini dikemukakan oleh Von Kries. Teori adequate veroorzaking mengatakan bahwa suatu akibat baru dapat dikatakan terjadi dikarenakan oleh suatu sebab jika sebab tersebut adalah suatu sebab yang menurut pengalaman manusia adalah suatu sebab yang dapat dikira-kira terlebih dahulu, bahwa dengan terjadinya suatu hal yang merupakan sebab tersebut, akan terjadilah akibat tersebut. 54 Ibid, hlm. 88-90 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 tetangganya, dan setiap orang juga tidak dapat memperkirakan bahwa dengan pergi ke rumah tetangganta tersebut sebutir kelapa akan jatuh di atas kepala B. Hoge Raad menganut teori ini, dengan perumusan bahwa suatu perbuatan merupakan suatu sebab, menurut pengalaman dapat diharapkandiduga akan terjadinya akibat yang bersangkutan. Seorang debitur yang dituduh lalai wanprestasi dan dimintakan supaya kepadanya diberikan hukuman atas kelalainnya, dapat membela diri dengan beberapa macam alasan untuk membebaskan dirinya dari hukuman-hukuman itu. Pembelaan debitur tersebut ada tiga macam, yaitu : 55 a. Mengajukan adanya keadaan memaksa overmacht atau force majeur; b. Mengajukan bahwa kreditur sendiri telah lalai exeptio non adimpleti contractus; c. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi pelepasan hak atau rechtverweking. Penuntutan ganti kerugian berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata yaitu karena perbuatan melawan hukum menunjukkan segi-segi persamaan dengan penentuan ganti kerugian karena wanprestasi, tapi juga dalam beberapa hal berbeda. Dalam undang-undang tidak diatur tentang ganti kerugian yang harus dibayar karena perbuatan melawan hukum, sedang dalam Pasal 1243 KUHPerdata memuat ketentuan tentang ganti kerugian, yang harus dibayar karena wanprestasi. Untuk penentuan ganti kerugian karena perbuatan melawan hukum dapat 55 Komariah,Op. Cit, hlm.159 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 diterapkan ketentuan-ketentuan yang sama dengan ketentuan tentang ganti kerugian karena wanprestasi. 56 Apabila dilihat kembali tidak ada perbedaan antara ganti rugi yang terdapat dalam wanprestasi dengan ganti rugi pada perbuatan melawan hukum. Karena tidak ada larangan hukum untuk memperlakukan pengertian ganti rugi karena perbuatan melawan hukum dengan ganti rugi wanprestasi. Ganti rugi karena perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan kesalahan kepada pihak yang dirugikan. Kerugian yang diakibatkan karena perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 dan Pasal 1366 KUHPerdata. Dalam kedua pasal tersebut dijelaskan bahwa : Pasal 1365 : “Tiap perbuatan yang melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Pasal 1366 : “Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya”. 57 56 M.A Moegni Djojodirdjo, SH, Op.Cit, 73 57 M.Yahya Harahap,Op.Cit,hlm. 65 Jika dibandingkan dengan Pasal 1246 KUHPerdata, yaitu : “Biaya, ganti rugi, dan bunga, yang oleh kreditur boleh dituntut akan penggantiannya, terdirilah pada umunya atas rugi yang telah dideritanya dan untung yang sedianya harus dapat dinikmatinya, dengan tidak mengurangi pengecualian-pengecualian serta perubahan-perubahan” Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Dalam perbuatan melawan hukum, Pasal 1365 KUHPerdata, Undang- Undang hanya membatasi penggantian dalam bentuk kerugian, sedangkan dalam wanprestasi penggantian kerugian termasuk juga biaya dan bunga. Dalam perikatan yang lahir dari Undang-Undang Pasal 1365 sampai Pasal 1380 KUHPerdata, biaya ini tampaknya dianggap tidak ada oleh pembuat Undang-Undang, dan merupakan suatu bentuk perikatan yang tidak memerlukan biaya sama sekali untuk pelaksanaannya atau pemenuhan perikatannya. Walau demikian, Pasal 1240 dan Pasal 1242 KUHPerdata yang merupakan ketentuan yang berlaku umum tidak membatasi bahwa pelanggaran terhadap perikatan yang lahir karena Undang-Undang yang terbit karena perbuatan melawan hukum hanya dapat diberikan penggantian biaya berupa kerugian saja. Sebagai contoh dalam Putusan Colmar tanggal 2 Mei 1855 yaitu : A dan B adalah dua orang yang bertetangga secara langsung, dimana salah satu batas rumah A adalah rumah B, dan sebaliknya. Dalam peristiwa tersebut, A adalah pemilik rumah yang memilih rumah tinggal yang lebih tinggi dari rumah B. Pada daerah rumah A yang lebih tinggi dari rumah B tersebut A mempunyai jendela untuk memandang keluar. Melalui jendelanya tersebut A dapat melihat pemandangan yang indah. B selanjutnya membangun cerobong asap yang dekat dengan jendela A sehingga A tidak dapat lagi memandang keluar melalui jendela tersebut. A selanjutnya menggugat B untuk membongkar cerobong asap tersebut. Kemudian Hoge Raad mengabulkan gugatan A tersebut dengan alasan penyalahgunaan hak. Dari putusan Hoge Raad tersebut dapat dilihat bahwa dalam hal yang dituntut A kepada B bukanlah suatu bentuk ganti kerugian sebagaimana yang Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 termaksud dalam Pasal 1365 KUHPerdata melainkan suatu yang disebut dalam Pasal 1240 KUHPerdata yaitu penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat atas tanggungan debitur, dimana dalam hal ini tidak mengurangi hak untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan bunga. Dalam penerapan ganti kerugian tersebut, tidak semua ketentuan ganti rugi oleh wanprestasi dapat diterapkan pada ganti rugi berdasarkan perbuatan melawan hukum. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Pitlo yang menyatakan bahwa biasa dalam menentukan besarnya kerugian karena perbuatan melawan hukum tidak diterapkan ketentuan-ketentuan dalam pasal 1243 KUHPerdata, melainkan paling tinggi ketentuan dalam pasal 1243 KUHPerdata tersebut diterapkan secara analogis. 58 1. Pasal 1247 KUHPerdata mengenai “pembuatan perikatan” yang berarti bahwa perikatan tersebut dilakukan dari persetujuan, sedang perbuatan melawan hukum tidaklah merupakan perikatan yang lahir dari persetujuan. Oleh karena itu ketentuan dalam pasal 1247 dan 1250 KUHPerdata yang berlaku untuk wanprestasi tidak dapat diterapkan untuk perbuatan melawan hukum, karena: 2. Pasal 1250 KUHPerdata membebankan pembayaran bunga atas penggantian biaya, rugi dan bunga dalam hal terjadi kelambatan pembayaran sejumlah uang, sedang yang dialami karena perbuatan melawan hukum tidak mungkin disebabkan karena tidak dilakukannya pembayaran uang tidak tepat pada waktunya. 58 M.A Moegni Djojodirdjo, SH, Op.Cit, hlm.73 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009

BAB III PERTANGGUNGAN GUGAT PELAKU USAHA TERHADAP