Pengertian Perlindungan Konsumen PERTANGGUNGAN GUGAT PELAKU USAHA TERHADAP

Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Badan hukum sendiri yang membeli atau menjual, wanprestasi atau melakukan perbuatan melawan hukum. c. Teori Tujuan Harta Kekayaan oleh Rudolf von Jhering Menurut teori ini, badan hukum merupakan kumpulan manusia. Kepentingan badan hukum, hak dan kewajibannya ialah hak dan kewajiban anggota bersama-sama. Harta kekayaan badan hukum juga adalah milik bersama seluruh anggota. Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka badan hukum adalah suatu kenyataan yuridis dan selalu dapat dipertanggunggugatkan atas perbuatannya baik langsung maupun tidak langsung, berupa wanprestasi atau perbuatan melawan hukum. Menurut teori organ, perbuatan onrechtmatigedaad yang dilakukan oleh organ badan hukum itu boleh dianggap sebagai perbuatan langsung dari badan hukum itu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Untuk onrechtmatigedaad yang dilakukan oleh organ badan hukum, maka pertanggunggugatannya didasarkan pada Pasal 1365 KUHPerdata; 2. Untuk onrechtmatigedaad yang dilakukan oleh seorang wakil badan hukum yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum, dipertanggunggugatkan berdasarkan Pasal 1367 KUHPerdata; 3. Untuk onrechtmatigedaad yang dilakukan oleh organ yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum, pertanggunggugatannya dapat dipilih antara Pasal 1365 dan Pasal 1367

B. Pengertian Perlindungan Konsumen

Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Istilah “konsumen” adalah alih bahasa dari kata “consumer” Inggris dan Amerika, atau “consumentkonsument” Belanda. Secara harafiah, arti dari kata “consumer” adalah lawan kata “produsen”, yaitu “setiap orang yang menggunakan barang” 62 . Tujuan penggunaan barang atau jasa menentukan golongan dari konsumen tersebut. Begitu pula dalam Kamus Bahasa Inggris- Indonesia memberi arti kata consumer sebagai “pemakai atau konsumen” 63 Hondius mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa. Dengan rumusan ini, Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan pemakai terakhir konsumen antara dan konsumen pemakai terakhir. Konsumen dalam arti luas mencakup kedua kriteria tersebut, sedangkan konsumen dalam arti sempit hanya mengacu pada konsumen pemakai terakhir . 64 AZ Nasution memberikan batasan pengertian konsumen, yaitu : “Setiap orang yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barangjasa untuk suatu kegunaan tertentu” . 65 Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah “konsumen” sebagai defenisi yuridis formal dapat ditemukan pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UUPK, yaitu dalam Pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan . 66 62 A.S Hornby Gen.Ed. Oxford Advance Learner’s. Dictionary of Current English. Oxford University Press, hlm.183 63 John M.Echols Hasan Sadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia,1986, hlm.124 64 Shidarta,Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2006, hlm.3 65 A.Z Nasution I,Konsumen Dan Hukum, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm.69 66 Shidarta, Op.Cit,hlm.1 . Dalam penjelasan pasal 1 angka 2 UUPK dinyatakan bahwa “Di dalam kepustakaan Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 ekonomi dikenal konsumen akhir dan konsumen antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen dalam Undang-Undang ini adalah konsumen akhir”. Dari pengertian konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK tersebut terkandung unsur, yaitu : 1. Pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat 2. Digunakan untuk kepnetingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup 3. Barang danatau jasa tersebut tidak untuk diperdagangkan. Pengertian konsumen dalam UUPK di atas lebih luas bila dibandingkan dengan 2 dua rancangan Undang-Undang perlindungan konsumen lainnya, yaitu pertama dalam Rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen memberikan batasan pengertian konsumen, yaitu : “Pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain dan tidak diperdagangkan kembali” 67 Sedangkan yang kedua dalam naskah final Rancangan Akademik Undang- Undang tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut Rancangan Akademik yang disusun oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Departemen . 67 AZ NAsution II,Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta: Daya Widya,1999, hlm. 17 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Perdagangan RI menentukan bahwa, “konsumen adalah setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan” 68 Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen adalah “pembeli” koper. Istilah ini dapat dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pengertian konsumen jelas lebih luas dari pada pembeli. Luasnya pengertian konsumen secara sederhana digambarkan secara sederhana oleh mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy dengan mengatakan, “consumers by definition include us all” . Sebelum diberlakukannya UUPK oleh pemerintah mulai tanggal 20 April 2000, hanya sedikit pengeritan normatif yang tegas tentang konsumen dalam hukum positif di Indonesia. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Ketetapan MPR No.IIMPR1993 disebutkan bahwa kata konsumen dalam rangka membicarakan tentang sasaran bidang perdagangan. Sama sekali tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang pengertian istilah konsumen dalam ketetapan tersebut. Di antara ketentuan normatif itu terdapat Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diberlakukan mulai 5 Maret 2000. Undang-Undang ini memuat suatu definisi tentang konsumen, yaitu setiap pemakai danatau pengguna barang danatau jasa, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan orang lain. 69 Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan . 68 Agus Brotosusilo,Hukum Perlindungan Konsumen,Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, 1992, hlm.5 69 Shidarta, Op.Cit, hlm.2 Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 konsumen itu sendiri. Dalam bidang hukum, istilah ini masih relatif baru, khususnya di Indonesia, sedangkan di negara maju, hal ini mulai dibicarakan bersamaan dengan berkembangnya industri dan teknologi. 70 AZ Nasution berpendapat, hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. 71 Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah anatar berbagai pihak satu sama lain yang berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup. AZ Naution mengakui, asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah konsumen itu tersebar dalam berbagai bidang hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis. Ia menyebutkan, antara lain seperti hukum perdata, hukum administrasi negara dan hukum internasional, terutama konvensi-konvensi yang berkaitan dengan kepentingan- kepentingan konsumen. 72 Di dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa “Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. 73 70 Janus Sidabalok. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm.9 71 A.Z Nasution II,Op. CitI hlm.65 72 Ibid,hlm.64 73 Janus Sidabalok, Op.Cit,hlm.9 Oleh karena itu, apabila berbicara tentang perlindungan konsumen berarti mempersolakan jaminan atau kepastian tentang terpenuhinya hak-hak konsumen. Hyacintha A.T. Situmorang : Tanggung Gugat PT. PLN Persero Terhadap Kerugian Konsumen Yang Ditimbulkan Akibat Pemadaman Aliran Listrik Studi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas yang meliputi perlindungan terhadap konsumen barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga ke akibat-akibat dari pemakaian barang dan jasa itu. Bahasan perlindungan konsumen terdapat dalam dua cakupan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Perlindungan terhadap kemungkinan diserahkan kepada konsumen barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati atau melanggar ketentuan Undang-Undang. Dalam kaitan ini termasuk persoalan-persoalan mengenai penggunaan bahan baku, proses produksi, proses distribusi, desain produk, dan sebagainya, apakah telah sesuai dengan standar sehubunngan dengan keamanan dan keselamatan konsumen atau tidak, juga persoalan tentang bagaimana konsumen mendapatkan pengganti jika timbul kerugian karena memakai atau mengkonsumsi produk yang tidak sesuai. 2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil kepada konsumen. Dalam kaitan ini termasuk persoalan-persoalan promosi dan periklanan, standar kontrak, harga, layanan purnajual, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan perilaku produsen dalam memproduksi dan mengedarkan produknya. 74

C. Asas, Tujuan, Manfaaat dan Prinsip dalam Perlindungan Konsumen