Pembuatan Ekstrak Etanol Rumput Laut Merah Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Pengujian Aktivitas Anti-Aging

25 dalam oven pada suhu 105 o C hingga diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung kadar sari larut air Ditjen POM., 1995.

3.4.6 Penetapan kadar abu total

Serbuk simplisia sebanyak 2 g yang telah digerus, ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan pada suhu 550 o C hingga arang habis, lalu didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Kemudian dihitung kadar abu total WHO, 1992.

3.4.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 mL asam klorida encer selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijarkan, didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung kadar abu tidak larut asam WHO, 1992.

3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Rumput Laut Merah

Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi dengan pelarut etanol 96. Cara kerja: serbuk simplisia rumput laut merah ditimbang sebanyak 1000 g dibasahi dengan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3 jam sambil diaduk sesekali. Kemudian massa tersebut dimasukkan ke dalam alat perkolator sedikit demi sedikit. Lalu dituang larutan penyari etanol 96 secukupnya sampai semua simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari di atasnya, mulut tabung perkolator ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran perkolator dibuka dan dibiarkan tetesan cairan ekstrak mengalir dengan Universitas Sumatera Utara 26 kecepatan 1 ml tiap menit. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa Ditjen POM, 1979. Selanjutnya perkolat diuapkan dengan alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental kemudian ekstrak dipekatkan dengan cara diuapkan di atas penangas air. Bagan pembuatan ekstrak dari rumput laut merah dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 60 .

3.6 Formula Sediaan Krim

3.6.1 Formula standar krim Young, 1972 Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar menggunakan tipe dasar krim minyak dalam air Young, 1972: R Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sorbitol 5 g Propilen glikol 3 g Trietanolamin 1 g Gliserin 1 – 5 tetes Nipagin q.s Air suling ad 100 Parfum 1-3 tetes

3.6.2 Formula modifikasi

Formula krim yang digunakan dimodifikasi tanpa gliserin karena fungsinya sebagai humektan. Formulasi dasar krim sebagai berikut: R Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Universitas Sumatera Utara 27 Sorbitol 5 g Propilen glikol 3 g Trietanolamin 1 g Nipagin 1 Air suling ad 100 Parfum 1-3 tetes Konsentrasi ekstrak rumput laut merah yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 2,5, 5, 7,5, dan 10 bb. Formulasi dasar krim tanpa ekstrak rumput laut merah dibuat sebagai blanko. Rancangan formulasi dijelaskan sebagai berikut. Tabel 3.1 Rancangan formula sediaan krim rumput laut merah Bahan Konsentrasi gram F0 F 1 F 2 F 3 F 4 Ekstrak rumput laut merah - 2,5 5 7,5 10 Dasar krim 100 97,5 95 92,5 90 Total sediaan 100 100 100 100 100 Parfum lavender 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes Keterangan: F0 : Blanko dasar krim F1 : Krim ekstrak rumput laut merah 2,5 F2 : Krim ekstrak rumput laut merah 5 F3 : Krim ekstrak rumput laut merah 7,5 F4 : Krim ekstrak rumput laut merah 10

3.6.3 Pembuatan sediaan krim

Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu fase minyak dan fase air. Universitas Sumatera Utara 28 Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air pada suhu 70-75°C massa I. Kemudian fase air yang terdiri dari propilen glikol, sorbitol, TEA, nipagin dan aquades dilarutkan dalam beaker glass pada suhu 70-75 o C massa II. Direndam lumpang porselen dan alu dalam air panas dan keringkan, masukkan massa I ke dalam lumpang dan ditambah dengan massa II digerus konstan sampai terbentuk dasar krim yang homogen. Ditimbang ekstrak rumput laut merah sesuai dengan konsentrasi pada masing-masing formula, kemudian dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen. Ditambahkan parfum lalu digerus sampai homogen.

3.7 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap sediaan krim meliputi pemeriksaan homogenitas, penentuan tipe emulsi sediaan, pengukuran pH sediaan serta pengamatan terhadap stabilitas sediaan.

3.7.1 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM RI., 1979.

3.7.2 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika homogen dalam fase luar sewaktu diaduk, maka emulsi adalah tipe minyak dalam air ma, tetapi bila bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi air dalam minyak am Ditjen POM RI., 1985. Universitas Sumatera Utara 29

3.7.2 Pengukuran pH sediaan

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, dikeringkan Dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dengan air suling 100 mL. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada setiap minggunya selama 12 minggu Rawlins, 2003.

3.7.3 Pengamatan stabilitas sediaan

Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna, dan pecahnya emulsi selama penyimpanan 12 minggu dengan interval pengamatan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan 7, 14, 21, 28 dan 90 hari National Health Surveillance Agency, 2005.

3.8 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan kemerahan, gatal, dan pengkasaran pada kulit. Cara: Kosmetika dioleskan di bagian lengan bawah, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan, gatal, dan pengkasaran pada kulit Wasitaatmadja, 1997. Universitas Sumatera Utara 30

3.9 Pengujian Aktivitas Anti-Aging

Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi awal kulit punggung tangan atau area uji yang telah ditandai dengan parameter uji, meliputi kadar air moisture, kehalusan evennes, pori pore, noda spot dan keriput wrinkle dengan menggunakan alat skin analyzer dan moisture checker. Pengujian aktivitas anti-aging terhadap sukarelawan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu: a. kelompok I : 3 orang relawan untuk formula blanko b. kelompok II : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi krim ekstrak rumput laut merah 2,5 c. kelompok III : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi krim ekstrak rumput laut merah 5 d. kelompok IV : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi krim ekstrak rumput laut merah 7,5 e. kelompok V : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi krim ekstrak rumput laut merah 10 Pemakaian krim dilakukan dengan mengoleskan krim ke kulit punggung tangan hingga merata. Krim digunakan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan malam hari setiap hari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan alat skin analyzer Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Smirnov 18. Data dianalisis menggunakan metode One Way ANAVA untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Universitas Sumatera Utara 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Jakarta terhadap sampel rumput laut merah yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut merah jenis Eucheuma spinosum. Hasil identifikasi rumput laut merah ini dari filum Rhodophyta, kelas Rhodophyceae, bangsa Gigartinales, suku Areschougiaceae, marga Eucheuma, jenis Eucheuma spinosum. Dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 56. 4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia

4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia rumput laut merah jenis Eucheuma spinosum adalah berwarna coklat kemerahan, berbau khas dan berbentuk talus silindris, talus berujung runcing dan tumpul, percabangan berlawananan atau berselang-seling dan ditumbuhi nodulus tonjolan-tonjolan. Dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 58.

4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia rumput laut merah terlihat adanya sel-sel parenkim berbentuk poligonal tidak beraturan yang berisi pigmen berwarna merah. dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 59. 4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar Universitas Sumatera Utara