25 dalam oven pada suhu 105
o
C hingga diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung kadar sari larut air Ditjen POM., 1995.
3.4.6 Penetapan kadar abu total
Serbuk simplisia sebanyak 2 g yang telah digerus, ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan pada suhu 550
o
C hingga arang habis, lalu didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Kemudian dihitung
kadar abu total WHO, 1992.
3.4.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam
Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 mL asam klorida encer selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijarkan, didinginkan dan ditimbang hingga
diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung kadar abu tidak larut asam WHO, 1992.
3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Rumput Laut Merah
Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi dengan pelarut etanol 96. Cara kerja: serbuk simplisia rumput laut merah ditimbang sebanyak 1000 g
dibasahi dengan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3 jam sambil diaduk sesekali. Kemudian massa tersebut dimasukkan ke dalam alat perkolator sedikit
demi sedikit. Lalu dituang larutan penyari etanol 96 secukupnya sampai semua simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari di atasnya, mulut tabung
perkolator ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran perkolator dibuka dan dibiarkan tetesan cairan ekstrak mengalir dengan
Universitas Sumatera Utara
26 kecepatan 1 ml tiap menit. Perkolasi dihentikan jika 500 mg perkolat terakhir
diuapkan tidak meninggalkan sisa Ditjen POM, 1979. Selanjutnya perkolat diuapkan dengan alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental
kemudian ekstrak dipekatkan dengan cara diuapkan di atas penangas air. Bagan pembuatan ekstrak dari rumput laut merah dapat dilihat pada Lampiran 5
halaman 60 .
3.6 Formula Sediaan Krim
3.6.1 Formula standar krim Young, 1972 Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar menggunakan tipe dasar
krim minyak dalam air Young, 1972:
R Asam stearat
12 g Setil alkohol
0,5 g Sorbitol
5 g Propilen glikol
3 g Trietanolamin
1 g Gliserin
1 – 5 tetes
Nipagin q.s
Air suling ad 100
Parfum 1-3 tetes
3.6.2 Formula modifikasi
Formula krim yang digunakan dimodifikasi tanpa gliserin karena fungsinya sebagai humektan.
Formulasi dasar krim sebagai berikut: R
Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Universitas Sumatera Utara
27 Sorbitol
5 g Propilen glikol
3 g Trietanolamin
1 g Nipagin
1 Air suling
ad 100 Parfum
1-3 tetes Konsentrasi ekstrak rumput laut merah yang digunakan dalam pembuatan
sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 2,5, 5, 7,5, dan 10 bb. Formulasi dasar krim tanpa ekstrak rumput laut merah dibuat sebagai blanko.
Rancangan formulasi dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Rancangan formula sediaan krim rumput laut merah
Bahan Konsentrasi gram
F0 F 1
F 2 F 3
F 4 Ekstrak rumput
laut merah -
2,5 5
7,5 10
Dasar krim 100
97,5 95
92,5 90
Total sediaan 100
100 100
100 100
Parfum lavender 3 tetes
3 tetes 3 tetes
3 tetes 3 tetes
Keterangan: F0 : Blanko dasar krim F1 : Krim ekstrak rumput laut merah 2,5
F2 : Krim ekstrak rumput laut merah 5 F3 : Krim ekstrak rumput laut merah 7,5
F4 : Krim ekstrak rumput laut merah 10
3.6.3 Pembuatan sediaan krim
Cara pembuatan: Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam
formula dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu fase minyak dan fase air.
Universitas Sumatera Utara
28 Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol dimasukkan ke dalam
cawan penguap dan dilebur di atas penangas air pada suhu 70-75°C massa I. Kemudian fase air yang terdiri dari propilen glikol, sorbitol, TEA, nipagin dan
aquades dilarutkan dalam beaker glass pada suhu 70-75
o
C massa II. Direndam lumpang porselen dan alu dalam air panas dan keringkan, masukkan massa I ke
dalam lumpang dan ditambah dengan massa II digerus konstan sampai terbentuk dasar krim yang homogen.
Ditimbang ekstrak rumput laut merah sesuai dengan konsentrasi pada masing-masing formula, kemudian dimasukkan ke dalam lumpang dan
ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen. Ditambahkan parfum lalu digerus sampai homogen.
3.7 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap sediaan krim meliputi pemeriksaan homogenitas, penentuan tipe emulsi sediaan, pengukuran pH sediaan serta
pengamatan terhadap stabilitas sediaan.
3.7.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM RI., 1979.
3.7.2 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika homogen dalam fase luar sewaktu diaduk, maka
emulsi adalah tipe minyak dalam air ma, tetapi bila bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi air dalam minyak am Ditjen POM RI., 1985.
Universitas Sumatera Utara
29
3.7.2 Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral pH
7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, dikeringkan Dengan tisu.
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dengan air suling 100 mL. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut.
Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada
setiap minggunya selama 12 minggu Rawlins, 2003.
3.7.3 Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna,
dan pecahnya emulsi selama penyimpanan 12 minggu dengan interval pengamatan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan 7, 14, 21, 28 dan 90
hari National Health Surveillance Agency, 2005.
3.8 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan terhadap 15 orang sukarelawan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan kemerahan, gatal, dan
pengkasaran pada kulit. Cara: Kosmetika dioleskan di bagian lengan bawah, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat perubahan yang terjadi berupa
kemerahan, gatal, dan pengkasaran pada kulit Wasitaatmadja, 1997.
Universitas Sumatera Utara
30
3.9 Pengujian Aktivitas Anti-Aging
Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi awal kulit punggung tangan atau area uji yang telah ditandai dengan parameter uji, meliputi kadar air
moisture, kehalusan evennes, pori pore, noda spot dan keriput wrinkle dengan menggunakan alat skin analyzer dan moisture checker.
Pengujian aktivitas anti-aging terhadap sukarelawan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:
a. kelompok I : 3 orang relawan untuk formula blanko
b. kelompok II : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi krim
ekstrak rumput laut merah 2,5 c.
kelompok III : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi krim ekstrak rumput laut merah 5
d. kelompok IV : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi krim
ekstrak rumput laut merah 7,5 e.
kelompok V : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi krim ekstrak rumput laut merah 10
Pemakaian krim dilakukan dengan mengoleskan krim ke kulit punggung tangan hingga merata. Krim digunakan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan malam
hari setiap hari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan alat skin analyzer
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Smirnov 18. Data dianalisis menggunakan
metode One Way ANAVA untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post
Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Sampel
Hasil identifikasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Jakarta terhadap sampel rumput laut merah
yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut merah jenis Eucheuma spinosum. Hasil identifikasi rumput laut merah ini dari filum Rhodophyta, kelas
Rhodophyceae, bangsa Gigartinales, suku Areschougiaceae, marga Eucheuma, jenis Eucheuma spinosum. Dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 56.
4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia
4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia rumput laut merah jenis Eucheuma spinosum adalah berwarna coklat kemerahan, berbau khas dan
berbentuk talus silindris, talus berujung runcing dan tumpul, percabangan berlawananan atau berselang-seling dan ditumbuhi nodulus tonjolan-tonjolan.
Dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 58.
4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia rumput laut merah terlihat adanya sel-sel parenkim berbentuk poligonal tidak beraturan yang berisi
pigmen berwarna merah. dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 59.
4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi penetapan kadar air,
penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar
Universitas Sumatera Utara