Identitas responden menurut Jenis Kelamin Tabel 5.3 Identitas responden menurut tingkat pendidikan Tabel 5.4

64

5.1.3. Identitas responden menurut Jenis Kelamin Tabel 5.3

Distribusi responden menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1 2 Laki – laki Perempuan 26 6 81,25 18,75 Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer, 2015 Dalam kegiatan pembangunan sosial ekonomi di Desa Madula, laki – laki lebih berperan dalam hal ini. Cenderung perempuan hanya terlibat untuk membantu proses pelaksanaan atau perencanaan saja, namun yang menjadi tombak utama dalam segala perencanaan dan kegiatan pembangunan desa adalah kaum laki – laki. Hal ini juga penulis lihat saat satu hari sedang melaksanakan observasi di Desa Madula, saat itu sedang diadakan musyawarah desa tentang peresmian bangunan rumah adat Omo sebua desa. Semua peserta musyawarah adalah kaum laki – laki. Saat penulis menanyakan kepada responden perempuan mengapa tidak ikut dalam musyawarah, responden perempuan hampir semua berpendapat sama : “ biar orang bapak – bapak saja lah yang rapat, kami ibu – ibu masih banyak lagi kerja yang mau dikerjakan, makanan belum dimasak, makanan babi mas i belum dikasi, nanti apa keputusan rapat dikasi tahu “ Universitas Sumatera Utara 65

5.1.4 Identitas responden menurut tingkat pendidikan Tabel 5.4

Distribusi responden menurut tingkat pendidikan No Pendidikan Frekuensi Persentase 1 2 3 4 5 6 7 Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP Tamat SMP Tidak Tamat SMASMUSederajat Tamat SMASMUSederajat Tamat Perguruan Tinggi 1 10 2 6 2 9 2 3,12 31,26 6,25 18,75 6,25 28,12 6,25 Jumlah 32 100 Sumber : Data Primer, 2015 Responden dengan kategori tamat SD adalah responden yang sudah berusia 50 tahun ke atas. Bahkan di desa ini ada yang tidak pernah mengecap pendidikan karena pada masa usia sekolahnya, fasilitas pendidikan di desa tidak ada, dan jika ada pun itu berada di pusat kecamatan, itu artinya untuk mencapai ke sana harus menempuh kurang lebih 8 km dengan berjalan kaki, jadi mereka lebih memilih bekerja menyadap karet saja, karena lebih konkret mengahasilkan uang dalam tempo tertentu. Demikian halnya dengan responden dengan kategori tidak tamat SMP, hanya tamat SMP, tidak tamat SMA, hanya tamat SMA, alasan semua responden tersebut jika ditanya mengapa hanya dalam batas jenjang pendidikan tersebut, hasil kesimpulan jawaban yang diberikan karena kurangnya kesadaran Universitas Sumatera Utara 66 akan pentingnya pendidikan, jika adapun keinginan untuk mengecap pendidikan, fasilitasnya tidak ada atau sulit dijangkau, jika semangat untuk bersekolah pun masih ada dan didukung penuh oleh orangtua, maka hal tersebut sudah pasti membutuhkan biaya yang cukup banyak. Misalnya saja apabila tamatan SMP hendak melanjutkan ke jenjang SMA maka dituntut untuk keluar dari desa dan kost di lokasi terdekat dengan SMA tersebut. Biaya kost dan kehidupan sehari – hari ini yang cukup memberatkan orangtua untuk menyekolahkan anak- anaknya. Namun responden yang dalam kategori sudah tamat dari jenjang Perguruan Tinggi, dalam hal ini Perguruan Tinggi setara Strata 1 S1 dan akademi DI, DII, DIII menuturkan bahwa mereka pada akhirnya mampu tamat dalam jenjang pendidikan tersebut karena tekat mereka yang kuat untuk bersekolah, misalnya dengan rela untuk tinggal di rumah orang lain dengan tidak membayar biaya kost dan makanan namun membantu pihak keluarga yang menampung mereka dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan lain sebagainya. Selain itu hal tersebut juga ada yang berhasil karena dukungan penuh orang tua yang bahkan rela menjual lahan tanah untuk keperluan sekolah. Itu semua tujuannya agar kelak anaknya mampu menjadi pemimpin daerah atau desa atau kelak mampu lebih baik lagi dalam mengelola lahan garapan keluarga. Universitas Sumatera Utara 67

5.1.5 Identitas responden menurut pekerjaan mata pencaharian Tabel 5.5