Kemiskinan Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

32 8. Dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi menurut beberapa prinsip yang telah ditetapkan. 9. Masyarakat desa harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. 10. Dapat memanfaatkan potensi desa secara rasional dan optimal tanpa menganggu keseimbangan dan kelestarian alam. 11. Dilakukan melalui tahapan desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada dengan pelaksanaan secara komprehensif menyeluruh dan koordinatif Jayadinata Pramanadika, 2006 : 89.

2.7 Kemiskinan

Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang, sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Secara umum, istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah kita artikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau Universitas Sumatera Utara 33 sekelompok orang di lain pihak. Pengertian minim disini bersifat relatif, dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda Siagian, 2012: 2-4. Beberapa ahli mengemukakan definisi kemiskinan : 1. Mencher dalam Siagian, 2012: 5 mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. 2. Pearce dalam Siagian, 2012: 7 mengemukakan, kemiskinan merupakan produk dari interaksi teknologi, sumber daya alam dan modal, dengan sumber daya manusia serta kelembagaan. 3. Castells dalam Siagian, 2012: 10 mengemukakan, kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.

2.8 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB diberikan batasan sebagai kegiatan-kegiatan terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang Universitas Sumatera Utara 34 bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat. Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal. Ia telah ada dalam ketatanegaraan Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, misalnya, merumuskan kesejahteraan sosial sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan- kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai Pancasila. Sebagai Negara Kesejahteraan yang bermodelkan Negara Kesejahteraan Partisipatif yang dalam literatur pekerjaan sosial dikenal dengan istilah Pluralisme Kesejahteraan atau welfare pluralism ditekankan bahwa negara harus tetap mengambil bagian dalam penanganan masalah sosial dan penyelenggaraan jaminan sosial social security, meskipun dalam operasionalisasinya tetap melibatkan masyarakat. Kesejahteraan Sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda, meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial. Konsepsi kedua adalah Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan Universitas Sumatera Utara 35 sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial. Konsepsi ketiga yaitu aktivitas, suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera Suharto, 2009:2.

2.8.1 Pembangunan Kesejahteraan Sosial

Pembangunan kesejahteraan sosial PKS adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial. Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup: 1. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial. 2. Peningkatan keberdayaan melalui penetapan sistem dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat kemanusiaan. 3. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksebilitas dan pilihan- pilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan. Universitas Sumatera Utara 36 Ciri utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah komprehensif dalam arti setiap pelayanan sosial yang diberikan senantiasa menempatkan penerima pelayanan beneficiaries sebagai manusia, baik dalam arti individu maupun kolektivitas, yang tidak terlepas dari sistem lingkungan sosiokulturalnya. Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial adalah seluruh masyarakat dari berbagai golongan dan kelas sosial. Namun, prioritas utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung disadvantage groups, khususnya yang terkait dengan masalah kemiskinan. Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial yang biasanya dikenal dengan nama Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS atau Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial PPKS antara lain meliputi orang miskin, penyandang cacat, anak jalanan, anak yang mengalami perlakuan salah child abuse, pasangan yang mengalami perlakuan salah spouse abuse, anak yang diperdagangkan atau dilacurkan, komunitas adat terpencil KAT, serta kelompok-kelompok lain yang mengalami masalah psikososial, disfungsi sosial atau ketunaan sosial Suharto, 2009:4-5.

2.9 Kerangka Pemikiran

Indonesia sebagai negara berkembang berupaya untuk menempatkan masyarakatnya dalam kondisi mencapai kesejahteraan, terpenuhi kebutuhan material dan spiritual berdasarkan Pancasila, suasana perikehidupan bangsa yang damai, tentram, tertib dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan hidup dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Upaya tersebut diwujudkan dalam Universitas Sumatera Utara 37 pembangunan yang dilakukan secara nasional dan berupaya untuk menjangkau setiap wilayah. Pembangunan selama ini dijalankan dengan sistem pembangunan terpusat. Namun sistem pembangunan terpusat yang selama ini dilakukan di Indonesia dianggap menyebabkan lambannya pembangunan di daerah dan semakin besarnya ketimpangan antar daerah. Kebijakan tentang Pemerintah Daerah dimana pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengatur rumah tangganya sendiri di keluarkan untuk mengatasi masalah ketimpangan tersebut. Sebagai daerah yang jauh dari pusat pemerintahan Negara, kesempatan tersebut diambil oleh banyak daerah termasuk Kabupaten Nias sehingga memekarkan dirinya membentuk satu kota baru yakni Kota Gunungsitoli. Pemekaran tersebut diyakini sebagai langkah awal meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui ; percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan, ketertiban dan peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Indikator dalam merumuskan dampak pembentukkan kota Gunungsitoli ini lebih terfokus pada ekonomi, sosial dan infrastrukur. Pemekaran tersebut diinginkan berdampak positif dan dinikmati oleh seluruh wilayah di Kota Gunungsitoli termasuk Desa Madula dalam membangun desa tersebut. Secara diagmatis kerangka penelitian digambarkan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 38 Bagan Alur Pemikiran Pembentukan Kota Gunungsitoli Desa Madula Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli Ekonomi Infrastruktur Sosial Ekonomi Masyarakat Sosial Universitas Sumatera Utara 39 2.10 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.10.1 Definisi Konsep