Pembangunan di sektor Ekonomi Tabel 5.6

69

5.2.1 Pembangunan di sektor Ekonomi Tabel 5.6

Status responden dalam bidang pekerjaan No Kategori Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran F F 1 2 3 4 5 Belum bekerja Petani Berladang Wiraswasta Pegawai Negeri Sipil Lain – lain 5 13 5 7 2 15,62 40,63 15,62 21,88 6,25 - 14 7 8 3 - 43,76 21,87 25,00 9,37 Jumlah 32 100 32 100 F = Frekuensi, = dalam satuan persen Sumber : Data Primer, 2015 Di Desa Madula yang mayoritas menjadi pekerjaan utama adalah bertani berladang, baik sebelum pembentukan kota Gunungsitoli maupun sesudah pembentukan kota Gunungsitoli. Komoditas petanian yang utama di Desa Madula adalah karet. Desa Madula termasuk dalam salah satu desa penghasil karet terbanyak di Kota Gunungsitoli. Dari tabel 5.6 responden yang termasuk dalam kategori lain – lain sebelum pemekaran adalah responden dengan pekerjaan sebagai pelajar atau mahasiswa yang kemudian setelah pembentukan kota Gunungsitoli sudah memiliki pekerjaan yakni sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Wiraswasta sedangkan responden yang termasuk dalam kategori lain – lain setelah pemekaran adalah responden yang Universitas Sumatera Utara 70 sebelum adanya pembentukan kota Gunungsitoli belum memiliki pekerjaan kemudian bekerja dibidang jasa yakni jasa antarojek dan buruh bangunan. Tabel 5.6 juga menunjukkan ada perubahan terhadap jumlah pengganguran di Desa Madula, yang pada sebelum pembentukan kota Gunungsitoli dari 32 responden terdapat 15,62 kemudian setelah pembentukan kota Gunungsitoli tidak terdapat lagi kepala keluarga yang tidak memiliki pekerjaan dari ke 32 responden tersebut. Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa responden yakni Darwan Harefa, Rosilia Harefa, Otilus Harefa, mereka mengungkapkan bahwa pembangunan jalan desa sangat membantu mereka dalam mendapat kesempatan kerja dalam banyak bidang. Dengan dibangunnya jalan aspal desa, maka muncul peluang – peluang kerja yang baru seperti jasa angkutan, dan memudahkan mereka juga untuk mengakses pekerjaan lain diluar desa, karena jalan desa sudah memudahkan mobilitas mereka. Kesempatan berwirausaha diluar maupun di dalam desa juga sangat terbantu oleh karena pembangunan jalan tersebut. Dari sisi peluang kerja di bidang pemerintahan, dengan dibentuknya kota Gunungsitoli, maka peluang untuk menjadi pegawai negeri sipil lebih besar daripada sebelum dibentuknya kota Gunungsitoli, demikian halnya dengan warga Desa Madula. Universitas Sumatera Utara 71 Tabel 5.7 Kesulitan Kendala dalam melakukan pekerjaan No Kategori Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran F F 1 2 Ada Tidak Ada 21 11 65,62 34,38 13 19 40, 62 59,38 Jumlah 32 100 32 100 F = Frekuensi, = dalam satuan persen Sumber : Data Primer, 2015 Ada beberapa kesulitan utama warga Desa Madula dalam melakukan pekerjaan mereka. Bagi warga dengan profesi petani selain disebabkan oleh faktor alam, akses atau jalan desa yang tidak terfasilitasi juga menjadi hambatan. Setelah mengumpulkan hasil taniladang mereka, mereka harus menggotong hasil taniladang tersebut dengan berjalan kaki dari desa menuju ke tempat tengkulak untuk menjual hasil lahan mereka misalnya karet . Rentang waktu tempuh yang panjang dengan perjalanan 8 kilometer untuk keluar desa bisa mengakibatkan kesusutan pada karet. Bagi warga dengan profesi lain yang lokasi pekerjaannya diluar desa, juga sama seperti hal tadi, harus menempuh 8 kilometer berjalan kaki untuk menuju lokasi pekerjaannya. Jika harus mengontrak tinggal ditempat terdekat dengan lokasi pekerjaannya, maka hal tersebut dapat menambah cost kebutuhan hidup. Setelah pembentukan kota Gunungsitoli, jalan menuju desa sudah dibangun dan kesulitan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut diatas sudah bisa Universitas Sumatera Utara 72 teratasi, faktor alam yang kemudian menjadi kesulitan utama dalam mengerjakan pekerjaan mereka terutama bagi pekerja tani ladang. Dengan berkurangnya kesulitan dalam melakukan pekerjaan mereka seperti yang dijelaskan dalam tabel disribusi 5.7 , pendapatan warga Desa Madula menjadi semakin meningkat. Hal ini terutama dirasakan oleh warga dengan pekerjaan wiraswasta, wirausaha, pelayanan jasa, petani. Peluang untuk lebih berkarya lagi semakin terbuka, maka kesempatan untuk menghasilkan pendapatan lebih banyak lagi. Tabel 5.8 Pendapatan responden No Kategori Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran F F 1 2 3 Dibawah Rp 500.000 Rp 500.000 – Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 6 18 8 18,75 56,25 25,00 - 11 21 - 34,38 65,62 Jumlah 32 100 32 100 F = Frekuensi, = dalam satuan persen Sumber : Data Primer, 2015 Dalam kaitannya dengan pengahsilan dibidang pertanian, hasil wawancara dengan responden dan Kepala Desa Madula mengungkapkan bahwa dalam hal penjualan hasil karet misalnya, dengan kesulitan yang diuraikan dalam penjelasan tabel 5.7, pola distribusi hasil karet seperti hal tersebut menambah cost mereka, Universitas Sumatera Utara 73 sementara setelah pola distribusi berubah seperti yang dijelaskan dalam tabel 5.11. mampu mengurangi cost mereka sehingga jika diakumulasikan ada penambahan dalam jumlah pendapatan mereka pada akhirnya. Dari pendapatan tersebut reponden menuturkan dalam wawancara bahwa, mereka senang dengan adanya penambahan dalam pendapatan mereka sehingga mereka bisa sedikit demi sedikit menabung. Masyarakat Desa Madula lebih tertarik menabung atau menginvestasikan uangnya dengan menginvestasikannya dalam bentuk perhiasan Emas. Tabel 5.9 Kecukupan pendapatan terhadap kebutuhan hidup No Kategori Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran F F 1 2 Cukup Tidak cukup 8 24 25,00 75,00 18 14 56,25 43,75 Jumlah 32 100 32 100 F = Frekuensi, = dalam satuan persen Sumber : Data Primer, 2015 Dengan pendapatan seperti yang diungkapkan di tabel 5.8, meskipun ada peningkatan pendapatan yang mereka dapatkan.43,75 responden merasa pendapatan tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun ada 56,25 juga yang menyatakan bahwa pendapatn mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, dan sedikit untuk tabungan. Hasil wawancara Universitas Sumatera Utara 74 dengan responden Darwan Harefa mengungkapkan bahwa alasan mengapa pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah terutama dalam pemenuhan kebutuhan sekolah anak – anaknya, terutama yang sudah memasuki jenjang pendidikan SMA yang harus keluar desa dan harga kebutuhan – kebutuhan pokok di pasar yang jarang turun bahkan dari waktu ke waktu terus mengalami kenaikan. Tabel 5.10 Lokasi pasar kebutuhan pokok No Kategori Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran F F 1 2 Di Desa Di Luar Desa 7 25 21,87 78,13 13 19 40,62 59,38 Jumlah 32 100 32 100 F = Frekuensi, = dalam satuan persen Sumber : Data Primer, 2015 Dalam penyediaan barang kebutuhan pokok, warga Desa Madula mayoritas mengakses kebutuhan pokok dari luar desa, misalnya untuk kebutuhan barang tahan lama misalnya perabotan, kebutuhan lain selain bahan makanan, lokasinya adalah pasar Gunungsitoli dan untuk kebutuhan pokok bahan makanan. Meskipun mayoritas lokasi pembelanjaan pasar kebutuhan tidak ada perubahan baik sebelum ataupun sesudah pembentukan kota Gunungsitoli, namum ada perubahan yang ditunjukkan oleh tabel 5.10 dalam angka frekuensinya, alasan Universitas Sumatera Utara 75 dasarnya sama seperti penjelasan pada tabel – tabel sebelumnya, jalan desa yang semakin baik membuat akses terhadap desa menjadi lancar, sebelum jalan desa dibangun, para wirausahawan, pedagang keliling, sales, sulit bahkan enggan masuk ke desa karena medan yang sangat tidak baik, namun berubah setelah jala n desa dibangun, sehingga warga desa tidak perlu lagi keluar desa untuk bisa membeli sebagian besar barang – barang kebutuhannya karena para pedagang keliling, sales dengan berbagai produk yang langsung datang mendistribusikan barang – barang tersebut kepada warga desa. Tabel 5.11 Pola penjualan distribusi hasil pertanian No Kategori Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran F F 1 2 Di desa Di luar desa 9 23 28,12 71,88 25 7 78,12 21,88 Jumlah 32 100 32 100 F = Frekuensi, = dalam satuan persen Sumber : Data Primer, 2015 Dalam tabel 5.11 , terdapat 28,12 responden yang mendistribusikan hasil pertaniannya didalam desa adalah responden yang hasil pertaniannya misalnya hasil karet yang tidak terlalu banyak sehingga menjualnya kepada sesama warga desa yang berprofesi sebagai pengumpul hasil karet dari beberapa warga seperti tersebut diatas. Dari tabel 5.11 juga dapat dilihat terjadi perubahan Universitas Sumatera Utara 76 pola distribusi hasil pertanian di Desa Madula, para warga mayoritas tidak perlu mengangkut lagi hasil lahannya ke luar desa untuk dijual. Misalnya dalam penjualan hasil karet, para warga tidak perlu lagi menggotong hasil karet dan berjalan kaki menuju ke lokasi tengkulak karet , melainkan hasil karet tersebut dijemput sendiri oleh pembelinya di Desa Madula. Namun ada sebagian juga warga yang masih menditribusikan hasil pertaniannya ke luar desa, hal ini dipengaruhi berbagai faktor, misalnya harga, pola kerjasama, dan sebagainya.

5.2.2 Pembangunan di sektor Sosial