Pengertian Dampak Sosial Ekonomi

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dampak

Dampak secara sederhana dapat diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik itu dampak positif maupun dam negatif. Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal. Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya bisa memprediksi jenis dampak yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan diambil. Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu orang, benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang di pengaruhi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010. 2.2 Kota 2.2.1 Pengertian Kota Secara umum, kota merupakan tempat bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan sebagainya. Sedangkan, secara istilah Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang Universitas Sumatera Utara 14 melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial, ekonomi dan budaya. Perkotaan mengacu pada areal yang memiliki suasana penghidupan dan kehidupan modern dan menjadi wewenang pemerintah kota. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kota merupakan daerah permukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat. Kota merupakan daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja diluar pertanian Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010. Pengertian kota ditinjau dari beberapa aspek : 1. Berdasarkan aspek fisik adalah suatu wilayah dengan wilayah terbangun lebih padat dibandingkan dengan area sekitarnya. 2. Berdasarkan aspek demografis adalah wilayah dengan konsentrasi penduduk yang dicerminkan oleh jumlah dan tingkat kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan wilayah sekitarnya. 3. Berdasarkan aspek sosial adalah suatu wilayah dengan kelompok- kelompok sosial masyarakat yang heterogen. 4. Berdasarkan aspek geografis adalah suatu wilayah dengan wilayah terbangun yang lebih padat dibandingkan dengan area sekitarnya. 5. Berdasarkan aspek statistik adalah suatu wilayah yang secara statistik besaran atau ukuran jumlah penduduknya sesuai dengan batasan atau ukuran untuk criteria kota. 6. Berdasarkan aspek ekonomi adalah suatu wilayah yang memiliki kegiatan usaha sangat beragam dengan dominasi di sektor nonpertanian seperti perdagangan, perindustrian, pelayanan jasa, perkantoran, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 15 7. Kota ditinjau dari aspek administrasi adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh suatu garis batas kewenangan administrasi pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarakan peraturan perundang-undangan Pontoh dan Kustiawan, 2009.

2.2.2 Pembentukan Kota

Undang-undang Rebuplik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 menyebutkan pembentukan kota dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersanding atau pemekaran dari satu daerah kabupaten kota menjadi dua daerah kabupaten kota atau lebih. Syarat administratif pembentukan kota meliputi : 1. Keputusan DPRD kabupatenkota induk tentang persetujuan pembentukan calon kota, 2. Keputusan bupatiwalikota induk tentang persetujuan pembentukan calon kota, 3. Keputusan DPRD provinsi tentang persetujuan pembentukan calon kota dan terakhir keputusan gubernur tentang persetujuan pembentukan calon kota dan rekomendasi Menteri Pasal 5 ayat 2. Syarat teknis pembentukan kota adalah memiliki faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah semua dengan kategori sangat mampu atau mampu pasal 6 ayat 1. Adapun syarat fisik kewilayahan Universitas Sumatera Utara 16 pembentukan kota yaitu cakupan wilayah, sarana dan prasarana pemerintahan yang memadai pasal 7.

2.2.3 Karakteristik Kota

Karakteristik kota berdasarkan beberapa aspek adalah : 1. Dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit tinggi dan serba kokoh. 2. Dari aspek penduduk. Secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang tepat untuk menyebut kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari kelemahan –kelemahan. Kriteria jumlah penduduk ini dapat secara mutlak atau dalam arti relatif yakni kepadatan penduduk dalam suatu wilayah. 3. Dari aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat kosmopolitan. Hubungan sosial yang bersifat impersonal, sepintas lalu, berkotak-kotak, bersifat sering terjadi hubungan karena kepentingan dan lain-lain, orang ini bebas untuk memilih hubungan sendiri. 4. Dari aspek ekonomi, gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan dari bidang pertanian atau agraria sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi dari bidang-bidang lain dari segi produksi atau jasa. Kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan industri, dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota ialah adanya pasar, pedagang dan pusat perdagangan. Universitas Sumatera Utara 17 5. Dari aspek hukum, pengertian kota yang dikaitkan dengan adanya hak-hak dan kewajiban hukum bagi penghuni, atau warga kota serta sistem hukum tersendiri yang dianut untuk menunjukkan suatu wilayahtertentu yang secara hukum disebut kota. Dari karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa kota : a. Kota mempunyai fungsi-fungsi khusus sehingga berbeda antara kota dengan fungsi yang berbeda b. Mata pencaharian penduduknya diluar agraris. c. Adanya spesialisasi pekerjaan warganya d. Kepadatan penduduk e. Ukuran jumlah penduduk tertentu yang dijadikan batasan f. Warganya relatif mobility g. Tempat pemukiman yang tampak permanen h. Sifat-sifat warganya yang heterogen, kompleks, social relation, yang impersonal dan eksternal, serta personal segmentasion karena begitu banyaknya peranan dan jenis pekerjaan seseorang dalam kelompoknya sehingga seringkali tidak kenal satu sama lain, seolah-olah seseorang menjadi asing dalam lingkungannyahttp:planologiuir2011.blogspot.com201202pengertian- karakteristik-dan-sejarah.html, diakses pada tanggal 08 februari 2015 pukul 11.54 WIB. Universitas Sumatera Utara 18 2.3 Pemekaran Daerah 2.3.1 Pengertian Daerah Daerah dalam konteks pembagian administratif di Indonesia, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Daerah terdiri atas Provinsi, Kabupaten atau Kota. Sedangkan kecamatan, desa, dan kelurahan tidaklah dianggap sebagai suatu daerah daerah otonom. Daerah dipimpin oleh Kepala Daerah gubernurbupatiwalikota, dan memiliki Pemerintahan Daerah serta Dewan Perwakilan Rakyat Derah. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 menyebutkan pengertian daerah sebagai kesatuan hukum yang mempunyai batas daerah tertentu serta mempunyai wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya menurut prasangka sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari aspek ekonomi daerah mempunyai tiga pengertian yaitu: a Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapitanya, sosial budayanya, geografis dan sebagainya. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah homogen. b Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah nodal. Universitas Sumatera Utara 19 c Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah satu administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah disini berdasarkan pada pembagian administratif suatu negara. Daerah dalam pengertian ini dinamakan daerah perencanaan atau daerah administratif Wulandari,2001.

2.3.2 Konsep Pemekaran Daerah

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hasil amandemen Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999, pemekaran daerah adalah suatu proses membagi satu daerah administratif daerah otonom yang sudah ada menjadi dua atau lebih daerah otonom baru. Landasan pelaksanaannya didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 129 tahun 2000. Pemekaran Daerah merupakan suatu langkah atau cara politik sebuah daerah dengan cara membagi atau memperluas sub bagian wilayah dari daerah tersebut baik bagian atau daerah yang berbentuk provinsi baru atau pun kabupaten baru. Pertimbangan pemekaran daerah adalah melihat negara ini sangat luas dan sumber daya yang melimpah, maka diperlukan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan potensi di setiap daerah, keharusan untuk mendekatkan pemerintah dalam pelayanan publik pada masyarakat, dan yang selanjutnya yang lebih strategis adalah dalam rangka pemerataan kesejahteraan secara nasional, infrastruktur perlu lebih tersebar lagi ke seluruh daerah, dimana diperlukan pemerintahan yang mampu menyediakan prasarana tersebut secara cepat dan Universitas Sumatera Utara 20 menyeluruh. Dengan menjadi daerah otonom baru melalui pemekaran, usaha kecil terutama jika terkait dengan kekhasan daerah akan lebih cepat maju dan berkembang, demikian juga dengan potensi daerah akan cenderung menarik pengusaha nasional dan internasional karena adanya kemandirian dalam pengelolaan berbagai kegiatan ekonomi di daerah. Pengembangan potensi daerah memang menjadi pertimbangan pemekaran, namun tidak hanya terpaku pada pengembangan satu potensi. Terutama apabila potensi yang dimiliki hanya potensi sumber daya alam sementara potensi lainnya seperti sumber daya manusia terbatas. Melalui otonomisasi, daerah harus dapat melihat urgensi daerah seperti masalah kemiskinan dalam banyak bidang. Pertimbangan pemekaran tidak hanya didasari oleh karena melihat adanya potensi sumber daya alam daerah tersebut yang siap untuk dieksploitasi sementara jika ditilik kemampuan daerah menyangkut finansial dan sumber daya manusia amat terbatas.

2.3.3 Tujuan Pemekaran Daerah

Tujuan dari dilakukannya upaya pemerintah dalam pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan berbagai pelayanan sosial yang diberikan dan meningkatkan efektivitas serta efisiensi sebuah daerah dalam mengatur atau mengelola daerahnya baik dilihat dari sektor perekonomian, politik serta pelayanan umum untuk masyarakatnya. Hal tersebut sesuai dengan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 129 tahun 2000 disebutkan tujuan pemekaran daerah yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, Universitas Sumatera Utara 21 percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan, ketertiban dan peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Pemekaran memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam komunitas yang kecil namun memiliki peluang yang lebih besar. Pemekaran juga mendukung munculnya eksperimen dan inovasi baru dalam masyarakatnya.

2.4 Sosial Ekonomi

Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada Departemen Sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010. Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Sementara istilah eko nomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi Universitas Sumatera Utara 22 berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang- barang serta kekayaan seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010. Berdasarkan beberapa pengertian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa sosial adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat seperti pola hubungan masyarakat, kebebasan berpendapat dan memilih, perubahan kebiasaan, aplikasi adat, nilai dan norma, kualitas kehiduoan beragama dan ketertiban serta keamanan. Sosial ekonomi disimpulkan merupakan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain ekonomi, sosial budaya, dan infrastruktur. 2.5Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi melalui warga-warga yang dapat saling berinteraksi Koentjaraningrat, 1997 : 143-144. Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan dan negara semua adalah masyarakat. Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat petambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-anggota nya Majid, 2008. Universitas Sumatera Utara 23 2.6 Pembangunan Desa 2.6.1 Pengertian Desa