30 c. Anak tidak menemukan tempat yang menyenangkan untuk bermain,
belajar dan berinteraksi sosial dengan teman-temannya. Anak-anak kecewa dengan kehidupan keluarga dan sekolah yang tidak menjawab
kepentingan dan kebutuhan anak. d. Anak-anak tidak mendapat perhatian, kasih sayan dan perlindungan
dari tindakan eksploitasi serta kekerasan di dalam rumah tangga. Kemudian anak memilih jalan pintas lari dari rumah meski tanpa
tempat tujuan yang pasti PKPA, 2011:26.
2.2.4. Resiko Anak Jalanan
Menjadi anak jalanan selalu penuh dengan resiko. Resiko tersebut ada yang ditimbulkan oleh relasi anak dengan lingkungan fisik spasial, relasi anak
dengan lingkungan sosial budaya, atau relasi anak dengan struktur atau aparatus kekuasaan. Dengan demikian ruang-ruang publik perkotaan dengan segala macam
interaksi yang terjadi di dalamnya selalu berpotensi mengancam keselamatan anak-anak yang banyak menghabiskan waktu di dalamnya. Sejauh ini ada beberap
macam resiko yang dialami anak jalanan, antara lain: korban operasi tertib sosial, korban kekerasan orang dewasa, kehilangan pengasuhan, resiko penyakit,
kehilangan kesempatan pendidikan, eksploitasi seksual dan berkonflik dengan hukum YLPS HUMANA, 2004:24.
Darwansyah 2012, menyebutkan akibat yang ditimbulkan bagi sang anak di jalanan adalah:
1. Perkembangan dan pembentukan kepribadian anak tidak berjalan dengan baik karena secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf
Universitas Sumatera Utara
31 tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh,
sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras, sehingga hal ini akan berpengaruh negatif terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian sang anak. 2. Anak-anak jalan pada umumnya menjadi pribadi yang introvert tidak
terbuka, cenderung sukar mengendalikan diri, dan lebih bersifat asosial. 3. Bagi anak jalanan perempuan seringkali mereka dijadikan sebagai tempat
pelampiasan kebutuhan seksual para preman lelaki dewasa yang sama- sama tinggal di jalanan, atau bahkan mereka dijual sebagai pelacur.
4. Menjadi subjek dan objek kriminalitas. Seorang anak jalan seringkali dimanfaatkan oleh para preman untuk mencari uang sebanyak -banyaknya
dengan cara yang tidak benar seperti mencurui dan merampas. Dan kadang-kadang anak jalanan yang tidak patuh dengan orang yang
menyuruhnya bisa menerima perlakuan kriminal seperti dipukul dan dianiaya atau bahkan diperkosa bagi anak jalanan perempuan.
5. Kehidupan masa depan sang anak tidak terjamin karena tidak dibekali oleh pengetahuan dan keterampilan yang cukup ketika masih kecil. Bahkan
dapat dikatakan anak-anak jalanan itu tidak mempunyai masa depan. Selamanya mereka akan berada di jalanan dan akan sulit sekali bagi
mereka untuk keluar dari kehidupan jalanan. 6. Pendidikan formal sang anak tidak maksimal karena mereka mungkin
lebih memilih untuk berada di jalanan daripada di sekolah dengan berbagai alasan.
Universitas Sumatera Utara
32
2.3. Pendekatan Penyelesaian Anak Jalanan